Dalam berkarya, Kevin Anggara selalu nggak berekspektasi apapun terhadap karyanya. Menurut Kevin, memang seharusnya kalo kita berkarya itu harus tanpa ekspektasi supaya karyanya lebih jujur dan natural.
FROYONION.COM – Kevin Anggara atau dulunya yang lebih dikenal sebagai kevinchocs adalah seorang YouTuber yang bisa dibilang angkatan lama yang masih bertahan sampai saat ini. Namanya mulai naik di saat Kevin sering membuat video komedi tentang keseharian anak SMA.
Saat ini, Kevin mengaku sudah malas bikin video dengan konsep seperti itu dan menurutnya fase tersebut sudah berlalu. Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Kevin.
“Sekarang gue ngelihat mungkin banyak content creator yang nyalahin algoritma sekarang beda sama yang dulu, lo tau apa soal algoritma. Gue fine-fine aja padahal video gue judulnya cuma sekata dua kata, tapi yang nonton lebih banyak dari video lo,” ucap Kevin dalam satu episode Frodcast bersama host Hari Franky dari Froyonion.
Kevin selalu menetapkan konsep ‘quality over quantity’ dalam membuat konten. Fokus membuat konten yang bagus tanpa memikirkan algoritma karena ia percaya kalo setiap konten itu bakal ada penikmatnya masing-masing.
“Gue percaya diri sama apa yang gue bisa, itu juga yang buat gue selalu bikin konten yang gue tau dan gue suka,” lanjut Kevin.
Dari awal terjun ke industri kreatif, Kevin selalu membuat konten-konten yang ia suka. Dengan begitu, nggak ada keterpaksaan dalam membuat konten, jadinya ia bikin konten dari hati supaya hasil konten tersebut maksimal.
Alasan Kevin dalam berkarya emang dari awal bukan karena uang, tapi karena kesenangan. Berawal dari membaca buku Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika, ia mencari tau gimana Radit bisa menulis buku, ternyata berawal dari nge-blog.
Kevin mulai menulis blog tentang kehidupan sehari-harinya sebagai seorang pelajar SMA, lalu beberapa tahun kemudian ditawarin untuk blog-nya diangkat menjadi buku. Akhirnya diterbitkan buku yang berjudul Student Guidebook For Dummies.
Setelah aktif dalam tulis-menulis blog, ia mencoba beralih ke konten video pendek yang diposting ke Instagram dan YouTube. Bikin konten video pun Kevin tetap menulis script lebih dulu, setelah itu baru take video.
“Orang-orang bilang kalo ‘lo harus harus keluar dari zona nyaman lo’, ya ngapain lo keluar dari zona nyaman lo tapi apa yang lo bikin jadi jelek. Kalo lo udah tau zona nyaman lo di mana, harusnya lo terus pelajari itu sampai lo spesialis banget di situ,” ucap Kevin.
Kevin menjelaskan daripada lo ambil risiko dengan cara keluar dari zona nyaman terus kerjaan yang lo kerjain hasilnya jadi jelek, mending lo asah terus skill lo yang udah cukup lo kuasain sampai lo jadi spesialis di bidang itu.
Kalo keluar dari zona nyaman, pastinya juga ada banyak tantangan baru. Di situ lo bisa jadi juga bakal mulai dari nol lagi.
“Dari awal nge-YouTube tuh sempat kebayang nggak lo bakal sampai di taraf kesuksesan saat ini?” tanya Franky.
“Nggak. Nggak lah, nggak bisa, kayak kalo tiba-tiba gue bisa kepikiran gue punya goals yang jelas, mungkin gue nggak akan sampai kayak gini. Bisa jadi lebih, bisa jadi nggak juga. Kita nggak bakal tau,” jawab Kevin.
“Gue dari awal tuh nggak punya goals gue harus punya subscribers segini. Anaknya let it flow banget gue,” lanjut Kevin.
Menanggapi beberapa pernyataan yang dikeluarkan oleh Kevin memang hidup secara let it flow itu dapat memberikan ketenangan terhadap diri kita, tapi nggak semua orang cocok hidup secara let it flow.
Ada juga orang yang malah hidupnya nggak tenang kalo nggak ada tantangan, bagi beberapa orang hidup dengan tantangan adalah menyenangkan. Jadi, kalo semisal lo sudah terlalu nyaman dalam zona nyaman lo, lo boleh-boleh aja kok keluar dari situ asal siap menerima risiko yang ada.
Kalo lo ingin tau keseruan obrolan dua orang yang berkecimpung di industri kreatif yaitu Haris Franky dan Kevin Anggara tentang hidup tanpa ambisi, langsung aja dengarkan podcast Frodcast yang berjudul Hidup Tanpa Ambisi w/ Kevin Anggara di Spotify, Civs! (*/)