Benarkah kerja sesuai jurusan sudah tidak relevan di masa kini? Ini jawabannya!
FROYONION.COM – Jika melihat ke kanan atau ke kiri, mungkin banyak orang di sekitar kita yang kuliah jurusannya apa, eh kerjanya di mana. Dengan kata lain, banyak di antara mereka yang bekerja tidak sesuai latar belakang pendidikannya.
Menteri pendidikan, Nadiem Makarim pernah memaparkan sebuah riset yang menyatakan bahwa 80% lulusan perguruan tinggi tidak bekerja sesuai dengan jurusannya. Artinya, hanya ada sekitar 20% lulusan perguruan tinggi yang berkarir sesuai bidang ilmu yang ditempuh di bangku pendidikan formal.
Sementara itu, sebuah riset di Vietnam tahun 2019 menunjukkan fakta bahwa latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan pekerjaan dapat menyulitkan masyarakat di negara berkembang untuk naik level secara ekonomi.
Hal ini semakin diperburuk dengan stigma di masyarakat yang menganggap bahwa bekerja tidak sesuai jurusan menandakan bahwa ilmu yang dipelajari di bangku perkuliahan sangat sia-sia.
Sudah keluar banyak uang, pikiran, dan tenaga–eh malah ilmunya tidak dipakai di dunia kerja.
Baca Juga: FENOMENA MAHASISWA BEDA JURUSAN, JUSTRU DAPAT KARIR YANG LUMAYAN
Namun, Gita Savitri, salah satu influencer dan Youtuber Indonesia punya sudut pandang yang berbeda terkait kerja tidak sesuai jurusan. Tidak tanggung-tanggung, wanita yang sekarang tinggal di Jerman tersebut pernah berkata bahwa kuliah sesuai jurusan sudah tidak relevan di masa sekarang. Zaman memang sudah berubah dan lapangan pekerjaan semakin mengalami spesialisasi.
"Zaman sekarang udah nggak relevan kerja sesuai jurusan…." ungkapnya saat menjadi bintang tamu di channel YouTube Jerome Polin.
Saat itu, Gita dan Jerome berdiskusi tentang dunia pendidikan dan saling membagikan pengalaman dan pemikirannya.
Dalam diskusi tersebut, ada beberapa mindset kuliah yang perlu diterapkan oleh masyarakat, di antaranya yaitu:
Meskipun demikian, ada pula beberapa pekerjaan yang memang sebaiknya harus dikerjakan oleh orang yang berasal dari background pendidikan yang linier. Misalnya, seperti dokter dan perawat. Sebab, pekerjaan ini erat kaitannya dengan keselamatan manusia, sehingga harus dilakukan oleh orang yang benar-benar kompeten dan memiliki sertifikasi.
Lalu, bagaimana dengan fenomena salah jurusan? Tidak sedikit mahasiswa yang merasakan salah jurusan ketika sudah "nyemplung" ke jurusan yang dipilihnya. Alasannya cukup klasik, entah karena dipilihkan oleh orang tua, dipilihkan oleh guru, belum melakukan riset dengan jurusannya, dan masih banyak lagi.
Hal ini biasanya baru dirasakan ketika sudah menginjak dua hingga empat semester. Alhasil, perasaan salah jurusan ini terkadang menghantui sebagian mahasiswa, apakah harus mengambil profesi yang linier dengan jurusan?
Baca Juga: LIRIK PELUANG KARIR DI 2023 BUAT FRESH GRADUATE, PILIH PERUSAHAAN STARTUP ATAU KONVENSIONAL?
Untuk kasus ini, mungkin kita bisa berkaca dari kasus Jerome Polin. Hampir semua orang tahu bahwa ia mengambil jurusan Matematika Murni di kampus Jepang. Lantas, apakah ia setelah lulus berencana untuk bekerja sesuai jurusannya?
Jawabannya tidak. Jerome sejak masih di bangku kuliah sudah memutuskan untuk tidak bekerja di perusahaan atau lembaga tertentu. Ia merasa memiliki 'ide' sendiri untuk merancang masa depannya.
Lalu, apakah Jerome merasa salah jurusan dan menganggap ilmu yang ditempuhnya jauh-jauh ke Jepang sia-sia? Ternyata jawabannya juga tidak.
"Kuliah adalah belajar cara untuk belajar…" ungkap Jerome di channel Youtube-nya.
Jerome mengaku bahwa melalui matematika, ia belajar cara menyelesaikan problem solving. Bagi para lulusan sarjana, alangkah lebih baik menanamkan mindset bahwa mencari kerja tidak sesulit itu. Dunia kerja juga tidak sesempit hanya pada bidang yang kamu pelajari di perkuliahan.
Seperti halnya ungkap Gita Savitri, "Hidup nggak sehitam putih itu.."
Jika mau melakukan riset, zaman sekarang ada banyak pekerjaan baru yang mungkin lima atau sepuluh tahun yang lalu belum ada, namun sangat dibutuhkan di masa kini akibat perkembangan teknologi.
Pekerjaan-pekerjaan tersebut membutuhkan keterampilan dan kreativitas yang secara umum bisa dipelajari meskipun tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sama.
Sebut saja social media specialist, content writer, data science, UI/UX designer, dan masih banyak lagi.
Hal yang paling penting adalah kamu harus mempunyai soft skill tertentu, seperti disiplin, pekerja keras, toleran, pantang menyerah, sabar, berpikir kritis, literasi, komunikatif, manajemen waktu, dan lain-lain. Semua kemampuan tersebut akan lebih mudah didapatkan kalau kamu kuliah.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa kerja tidak sesuai latar belakang pendidikan adalah hal yang normal di masa sekarang. Buat kamu yang memilih keputusan ini, jangan merasa bila ilmu yang dipelajari selama ini sia-sia. Yakinlah, suatu saat ilmu tersebut pasti akan berguna–meskipun tidak digunakan secara langsung dalam pekerjaan yang ditekuni sekarang. (*/)