Hadirnya Farel Prayoga sebagai penyanyi cilik membuat gua bertanya-tanya mengenai eksistensi penyanyi cilik di Indonesia. Mengapa mereka lebih memilih lagu percintaan dibandingkan lagu anak-anak sesuai umur mereka?
FROYONION.COM - Di tahun 2022 ini, Farel Prayoga sukses menjadi penyanyi cilik yang viral melalui lagu berjudul “Ojo Dibandingke.” Lagu yang mengangkat tema tentang seseorang pria yang tetap mencintai pacarnya walaupun sering dibanding-bandingkan. Sebenarnya ga ada yang salah dengan lagunya, dan sebuah lagu memang seringkali mengangkat tema mengenai fenomena-fenomena sosial yang terjadi di luar sana.
Yang menimbulkan pertanyaan adalah, lagu ini sukses viral karena dibawakan oleh penyanyi cilik yang buat beberapa orang ga relevan dan relateable dengan fenomena yang diangkat pada lagu tersebut. Dan kasus ini sebenarnya ga cuma terjadi untuk Farel Prayoga, karena nyatanya penyanyi cilik di Indonesia udah jarang dan bahkan ga pernah menyanyikan lagu-lagu yang sesuai dengan umur mereka.
Oke, mari kita flashback ke era awal tahun 2000-an nih Civs. Mungkin buat lo yang udah berumur 20 tahun ke atas akan mengenal penyanyi-penyanyi cilik seperti Sherina Munaf, Derby Romero, Joshua Suherman, dan nama-nama lainnya. Apakah lagu yang mereka bawakan bertemakan cinta-cintaan seperti sekarang?
Engga sama sekali. Misal Sherina dan Derby Romero, yang membawakan lagu anak dengan tema pertemanan, Joshua Suherman, dengan lagu diobok-oboknya, yang bertemakan kesenangan yang dilakukan pada usia anak-anak. Rasanya, lagu-lagu tersebut jauh dari tema percintaan.
Kembali di masa sekarang, rasanya kita udah jarang menemukan penyanyi cilik dengan membawakan lagu anak-anak yang booming. Seringkali penyanyi-penyanyi cilik di era sekarang membawakan lagu-lagu yang rasanya lebih dewasa jika dibandingkan dengan umur mereka. Lantas, kenapa akhirnya hal tersebut terjadi?
Ketika kita berbicara mengenai musik, tentunya kita ga bisa melupakan industrinya, mulai dari penyanyi, label, dan lainnya. Berbicara mengenai label, tentunya label musik akan berusaha menciptakan lagu atau penyanyi yang dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat untuk keuntungan mereka. Dan di sinilah akhirnya lagu-lagu anak mulai terlupakan, karena pada dasarnya mereka tidak terlalu menguntungkan.
Nyatanya, lagu-lagu anak pada dasarnya diperuntukan untuk pasar yang spesifik dan sangat segmented yaitu anak-anak. Sehingga, pendengar lagu anak-anak tentunya adalah anak-anak saja. Sehingga, para orang dewasa pun menganggap lagu anak-anak ya hanya diperuntukan untuk anak-anak saja. Dari sinilah akhirnya produksi lagu anak jarang dilakukan di era sekarang. Karena pada dasarnya, lagu anak-anak ga menjual dibandingkan lagu yang bertemakan percintaan.
Di awal tulisan, gua sempat membahas mengenai anggapan bahwa anak-anak ga relevan dan relateable dengan persoalan cinta-cintaan. Tapi, apakah iya anak-anak zaman sekarang ga relevan dan relatable dengan persoalan tersebut?
Nyatanya, dengan berbagai arus globalisasi yang kuat anak-anak di era sekarang sudah mengenal apa itu cinta dan segala tetek bengeknya. Berbeda dengan para anak-anak yang tumbuh di awal tahun 2000an, karena pada dasarnya anak-anak di awal tahun 2000an hanya mengonsumsi apa yang disediakan oleh industri hiburan.
Misalnya, lagu anak-anak, film anak-anak, acara tv untuk anak, dan lain sebagainya. Karena akses mereka untuk mengonsumsi hal tersebut sangat terbatas. Sehingga, mereka hanya dapat mengonsumsi apa yang disediakan.
Hal ini berbeda dengan anak-anak jaman sekarang. Dengan berkembangnya globalisasi dan makin pesatnya arus informasi. Mereka mengonsumsi apa yang ingin mereka konsumsi. Dengan kata lain, mereka dapat mengakses berbagai jenis hiburan melalui gadget yang mereka punya. Mereka dapat mengakses berbagai konten dengan berbagai topik pembicaraan, mulai dari yang sesuai dengan umur mereka hingga ke topik yang jauh di atas mereka. Sehingga, hal-hal yang kita anggap sebagai topik untuk orang yang lebih dewasa seperti percintaan dan lain sebagainya dapat mereka konsumsi pula.
Jadi, anggapan kita mengenai anak-anak yang ga relevan dengan topik percintaan adalah kekeliruan. Lo bisa lihat di sosial media, konten-konten anak SD pacaran, jalan ngedate ke mall, dan lain sebagainya. Mungkin di era lo hal tersebut aneh, tapi di era sekarang hal tersebut adalah hal yang wajar, karena pada dasarnya zaman ya akan terus berkembang dan lo pun secara ga langsung dipaksa untuk mengikutinya.
Pada dasarnya, sebenarnya penyanyi cilik di Indonesia pada awalnya emang dikhususkan untuk membawakan lagu anak. Tapi, dengan berkembangnya zaman perlahan penyanyi cilik ga melulu harus membawakan lagu anak. Salah satu yang akhirnya yang menjadi penggeraknya adalah kesuksesan dari Boyband Coboy Junior.
Coboy Junior atau biasa dikenal dengan CJR sukses merubah warna penyanyi cilik di Indonesia yang biasanya membawakan lagu anak. Beberapa lagu hits dari CJR sendiri membahas mengenai permasalahan percintaan berbeda dengan lagu dari penyanyi cilik di era sebelumnya yang biasanya berkutat dengan tema-tema pertemanan ataupun berbagai aktivitas anak-anak. Dari kesuksesan CJR inilah yang akhirnya menciptakan formula baru yang merubah pandangan masyarakat mengenai penyanyi cilik di Indonesia.
Formula yang menggabungkan tema mengenai percintaan yang melibatkan anak-anak emang terkesan cringe dan norak untuk beberapa orang. Tapi, lo harus akui kadang dari kenorakan tersebut lo menemukan hiburan di dalamnya.
Memang, pasar dari CJR kala itu emang anak-anak juga yang sebenarnya sangat segmented banget. Tapi, yang membedakannya adalah CJR membawakan tema umum yang relateable dengan kebanyakan orang yaitu percintaan. Dan lo pun harus akui, di era ini pun lo pasti sering muter lagu CJR karena lo merasa relateable dengan lagu mereka kan?
Dari sini kita bisa sepakat, bahwa nyatanya penyanyi cilik yang membawakan lagu-lagu bertema percintaan lebih membawa keuntungan dibandingkan dengan penyanyi cilik yang menyanyikan lagu anak-anak. Karena ya balik lagi, tema dari lagu yang mereka bawakan bersifat umum dan bisa related dengan berbagai kelompok usia, dari anak-anak hingga orang dewasa.
Dari situ, perlahan penyanyi cilik Indonesia ga terbatas dengan lagu anak-anak aja. Banyak penyanyi cilik yang akhirnya membawakan lagu-lagu dengan tema yang lebih dewasa dibandingkan dengan usianya. Karena ya balik lagi, makin banyak orang yang related dengan lagu tersebut, ya akan makin menguntungkan.
Beberapa boomers yang doyan ngebandingin era mungkin menganggap penyanyi cilik yang menyanyikan lagu bertemakan percintaan adalah hal yang salah karena dianggap tidak relevan dan tidak relatable dengan mereka.
Tapi, dengan keadaan era yang terus berkembang, dan makin banyaknya talenta muda apa salahnya mereka menyanyikan lagu dengan tema yang lebih dewasa guna menaikan skill mereka. Toh pada akhirnya mereka pun akan mengalami hal tersebut bukan?
Tapi, pada dasarnya lagu anak pun emang masih dibutuhkan untuk para anak-anak di usia balita. Karena beberapa lagu anak juga sarat akan edukasi yang dapat berguna untuk tumbuh kembang anak.
Meskipun begitu, memberikan anak-anak “hiburan” melalui musik-musik yang lagi berkembang di era sekarang juga adalah hal yang baik. Selain menambah perbendaharaan kata mereka, mereka pun bisa belajar mengenai berbagai genre musik lainnya ataupun fenomena-fenomena yang sedang berkembang.
Jadi, mari kita support para penyanyi cilik yang ada. Mau mereka menyanyikan lagu anak atau lagu yang temanya lebih dewasa dari umur mereka. Ga perlu ngewitch hunt mereka yang masih muda dengan ngasih statement yang boomer banget seperti membanding-bandingkan era tumbuh berkembang. Karena, bukan mereka yang harus mengikuti era lo hidup berkembang, tapi justru lo yang harus bisa beradaptasi dengan era yang terus berkembang. (*/)
BACA JUGA: CUMA FAREL PRAYOGA, PENYANYI CILIK ASAL BANYUWANGI YANG BUAT PAK JOKOWI DAN PARA MENTERI ‘AMBYAR’