Segmen #SobadPena di Frodcast tak cuma menghibur tapi juga menjaga kesehatan mental sejak masa pandemi dulu. Berikut pengakuan Fadhil, seorang pendengar setia soal kenapa Sobad Pena begitu istimewa di matanya.
FROYONION.COM - Pertama kali penulis menyimak #SobadPena Frodcast adalah episode “Growing Up, Sucks?” yang diproduksi saat pandemi Covid-19. Episode itu adalah episode Frodcast pertama yang penulis dengarkan dalam format membalas pesan-pesan para pendengar setianya.
Dengan format membalas pesan pendengar setia ini, segmen #SobadPena bisa membantu sebagian orang (terutama anak-anak muda) yang saat itu membutuhkan teman curhat sebab tak bisa ke mana-mana.
Kesan yang paling membekas dalam benak dari episode tersebut ialah bagaimana si pemandu (host) menghadapi situasi dan merespon email para pendengar yang kadang aneh, di luar nurul nalar, dan ada pula yang benar-benar membingungkan untuk dijawab.
Nah, terpikir dalam benak penulis: “Bagaimana ya kalau saya berada di posisi host #SobadPena dan menghadapi situasi seperti itu?”
Frodcast #SobadPena memiliki keunikan. Segmen ini tak cuma menyuguhkan sepasang hosts yang membaca lalu merespon pesan bernada curhat dari para pemuda-pemudi tanggung tapi juga memberikan variasi suasana dengan pergantian para hosts. Meski bang Franky memang ‘penjaga gawang’, juga ada bang Aswin dan sekarang Sonia sebagai tandemnya yang menyemarakkan obrolan random ini.
Masih lekat dalam ingatan penulis, saat dengan tekun menyimak setiap episode awal #SobadPena, muncul rasa kagum terhadap permulaan podcastnya saat para hosts menceritakan hal-hal yang mereka alami selama seminggu belakangan. Terlontar pertanyaan-pertanyaan: “Lo lagi ngapain, apa yang lo rasain sekarang, dan apa yang lo temuin pas seminggu terakhir ini?”.
Menurut penulis, semua pertanyaan ini keren karena jarang sekali bahkan tidak pernah dilontarkan ke teman kita di tongkrongan. Coba temukan tongkrongan yang memulai pembicaraan dengan bertanya: “Apa yang lo alamin minggu lalu, bro?”
Agar ada suasana baru, kadang #SobadPena Frodcast di episode-episode tertentu menerapkan roleplay. Penulis ingat di episode “Netflix Haram” tiba-tiba bang Aswin menyukai sinetron FTV di SCTV. Tahu-tahu di tengah episode bang Aswin DC mengaku tak kuat berbohong lagi dengan perannya sebagai pecinta lokal 100% cinta produk Indonesia.
Mengetahui ini, penulis tertawa dan membayangkan betapa absurdnya menulis sebuah skenario dadakan untuk roleplay. Banyak sekali format yang dibawakan di segmen #SobadPena di Frodcast.
Kadang mereka menyuguhkan berita seminggu belakangan ini, kadang gimmick metal, gimmick Pamungkas atau yang lainnya yang menyegarkan suasana. Setelah pembukaan itu selesai, kita lanjut ke bagian inti dalam #SobadPena.
Walaupun sudah ada format-format unik ketika #SobadPena Frodcast dirilis, apa yang membuat #SobadPena tidak membosankan untuk disimak adalah karena selalu ada saja gimmick dan elemen kejutan yang berbeda-beda di setiap episodenya.
Dalam episode “Sisi Gelap Perkuliahan & Absurdnya Cerita Kuliah” tiba-tiba bang Aswin membawa soundboard (alat pengisi efek suara - red) dan out of nowhere menjadikan salah satu efek suara sebagai penutup ketika bang Franky/ bang Aswin mengucapkan kutipan di segmen #SobadPena. Hahaha.
Di antara begitu banyak kutipan (quotes) yang diucapkan di #SobadPena, yang paling terngiang-ngiang adalah: “Selalu ucapkan sesuatu dari sumber yang kita benar-benar tahu”.
Kadang host juga mengutip dari buku ini atau teringat sesuatu dari film itu. Inilah yang membuat para hosts Frodcast itu keren karena kaya sekali referensinya. Itu membuat penulis iri dan kadang berambisi untuk membaca lebih banyak buku agar referensinya makin banyak dan kaya juga.
Terlepas dari regulasi KPI yang diberlakukan untuk konten digital sekarang ini, di #SobadPena frodcast kata-kata ‘jorok’ yang berhubungan dengan hubungan seksual selalu disamarkan secara kreatif oleh para hosts-nya sehingga bisa terdengar lebih halus dan terasa lebih menghibur. Bagaimana tidak? Penulis bisa tertawa gara-gara suara tepuk tangan dipakai untuk menyiratkan hubungan seksual. Haha.
Tapi tenang, sepertinya dengan menjadi host #SobadPena tetap bisa melampiaskan kekesalan dengan sesekali saja melontarkan kata-kata kasar.
Yang paling penting dalam #SobadPena Frodcast ketika para hosts mulai masuk membaca pesan dari para pendengarnya.
Membaca pesan selalu memicu para hosts untuk turut membeberkan kejadian dan hal serupa yang mereka pernah alami sendiri atau teman mereka alami.
Dan mendengarkan cerita-cerita mereka juga memberikan efek lega dari dalam diri yang susah dijelaskan secara akurat.
Terkadang, para hosts berceletuk: “Ok, kali ya gue ceritain ini?” atau “Semoga [nama orang] nggak denger podcast ini, deh”.
Menceritakan kehidupan pribadi ke para pendengar terkesan sangat berani dan penulis tak bisa membayangkan apakah juga akan sanggup membagikan kisahnya sendiri jika ia di posisi host yang dimintai nasihat atau saran.
Dengan berani membuka diri seperti itu, jawaban dan tanggapan dari para hosts tersebut menjadi terasa lebih “apa adanya”.
Timbul juga rasa respect ketika para hosts merespon pesan pendengar #SobadPena Frodcast dengan tidak menambahi bumbu-bumbu agar terkesan lebih dramatik atau malah jadi ‘adu nasib’ yang membuat pendengar malas menyimak.
Kalau di episode #SobadPena Frodcast ada yang menghadirkan bintang tamu, malah jawaban para hosts dan bintang tamu memberikan banyak perspektif berbeda sehingga bisa memberikan lebih banyak opsi untuk solusi masalah yang dihadapi pendengar.
Dengan memberikan opsi-opsi solusi dari lebih dari satu kepala, para pendengar turut diajak berpikir lebih terbuka, objektif, dan logis sehingga bisa terlintas di dalam kepala: “Oh iya ya, gue kok nggak kepikiran kayak gitu ya?”.
Rasanya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa di #SobadPena Frodcast, para hosts tak cuma mas-mas introvert tapi bisa menjelma sebagai mas-mas introvert, kreatif, dan keren.
Sebagai hosts, mereka juga belajar untuk berani mengobrol di depan audience, mempelajari skills baru agar bisa membangun percakapan yang berbobot sekaligus menghibur, merespon situasi dan kondisi tak terduga, belajar melakukan improvisasi, bertukar opini yang berbeda dengan bintang tamu, melatih bermain peran, bahkan secara tidak sadar melatih menghargai diri sendiri.
Itulah tiga alasan utama kenapa kamu semua, para audience atau pembaca Froyonion, harus mencoba menjadi host #SobadPena Frodcast sekali dalam seumur hidupmu. (*/)