In Depth

KEMALASAN ADALAH MALAPETAKA BAGI ANAK KREATIF

Choiriya baru saja mendapat penghargaan sebagai Guru Kreatif dalam Acer Smart School Awards 2022. Menurut Choiriya, percuma mengaku kreatif kalau malas.

title

FROYONION.COM - Kreativitas seseorang banyak berkembang ketika masa sekolah. Banyak hal yang akan siswa eksplorasi pada masa sekolah seperti bertemu teman baru, pengetahuan baru dan lingkungan baru. Hal tersebut diyakini bisa mengasah kreativitas anak.

Choiriya sebagai guru mata pelajaran geografi dan sosiologi di Merlion School Surabaya, dalam artikel ini akan memberikan kiat-kiat mengasah kreativitas. Salah satu gagasan oleh Choiriya mengenai kreativitas adalah “percuma mengaku kreatif kalau malas.”

Choiriya mengajar geografi di tingkat SMP untuk persiapan IGCSE dan mengajar sosiologi di tingkat SMA untuk persiapan A and AS level exams. Dia baru saja dianugerahi penghargaan sebagai Guru Kreatif dalam Acer Smart School Awards 2022.

“Saya merasa keluar dari tempurung saya,” ucap Choriya. “Saya selama ini melakukan banyak hal yang saya pikir biasa saja, hanya sebagai ritme kerja atau bahkan hanya kejadian tidak terduga (incidental events). Tapi ketika saya bagikan di ajang seperti ASSA ini, ternyata saya baru sadar kalau hal-hal yg selama ini saya ciptakan itu ternyata patut untuk dibagikan.”

Dalam prosesnya, Choiriya meyakini bahwa tidak ada keberhasilan tanpa support system atau group work. Dia merasa terharu ketika melihat namanya ditulis besar di layar LED dan dilihat khalayak ramai. “Sampai sekarang masih belum percaya kalau menang,” ucapnya.

BACA JUGA: MENYELAMI JALAN KREATIVITAS DAN SPIRITUALITAS DI DALAM KITAB PINK JASON RANTI

KREATIVITAS TIDAK MELULU TENTANG SENI

Kreativitas bisa hadir dalam bidang apa saja, termasuk pendidikan. Orang-orang kreatif di dunia pendidikan suka melakukan hal-hal yg baru; menantang dirinya untuk mencoba sesuatu dan membayangkan hal-hal yang baru. Hal selain di bidang seni seperti mengajar, memasak, berdagang pun memerlukan kreativitas. 

Dalam mengajar pun guru perlu menggunakan sisi kreatif. Bagi Choiriya, kreativitas itu tanpa batas. Dan dengan bantuan teknologi informasi, maka pemerataan dalam pendidikan tidak khayal lagi akan terjadi. Masalahnya, teknologinya harus merata dulu, baru kemudian standarisasi pendidikan di Indonesia bisa terjadi.

Guru haruslah student oriented, bukan teacher oriented. Coba umpamakan guru sebagai koki. Seorang koki di rumah makan legenda akan menyajikan masakan yg itu-itu saja. Jika harus menyajikan inovasi, ia akan merasa kesulitan karena kemampuan memasaknya akibat dari terbiasa di masakan yang sama. 

Berbeda dengan koki fine dining. Dia akan mempelajari melalui survei dulu baru membuat susunan menunya. Guru yang mampu mengembangkan kreativitas siswa harus mengenal bakat dan minat muridnya terlebih dahulu dan mengubah prior knowledge menjadi derivative knowledge.

Choiriya mengatakan bahwa kreativitas pun sebetulnya bisa banyak diasah ketika di luar sekolah, misalnya dengan keluar rumah dan bertemu banyak orang. Anak bisa pergi ke taman kota, bisa membaca buku di sana, berpiknik, ataupun sekadar berkeliling. Oksigen yang masuk ke dalam otak turut memberikan stimulus supaya anak bisa berpikir kreatif.

Bisa juga dengan berkumpul atau berorganisasi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama. Di sana, anak bisa berbagi cerita dan menyebarkan manfaat kepada satu sama lain. Anak tidak boleh malas karena kemalasan adalah malapetaka bagi anak kreatif.

MENGUPAYAKAN SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DENGAN KREATIVITAS

Menurut Choiriya, pendidikan di indonesia itu belum menemukan bentuk/model yang pas. Dengan masyarakat yang majemuk menggunakan satu sistem yg mutlak tidak akan berhasil. Mencontoh model pendidikan terbaik di dunia pun belum tentu cocok. 

Menurut lo, negara mana yang punya sistem pendidikan terbaik di dunia? Banyak yang akan menjawab negara Finlandia atau Singapura. Namun, bukan kedua negara tersebut.

NJ MED survei tahun 2022 bilang negara dengan sistem pendidikan terbaik adalah India. Choiriya mengatakan bahwa kultur di India sangat mirip dengan Indonesia kecuali model geografinya.

“Kurikulum kita yang termutakhir,” terang Choiriya. “Merdeka Belajar adalah konsep yg sangat luar biasa tapi ini seperti melompat dari technology (K13) 3G ke  (kurikulum merdeka) 6G, bagi wilayah yg masih 2G ini butuh waktu berapa lama sampai bisa mengejar ke 6G. hal ini juga merupakan analogy kalau pendidikan di Indonesia juga masih belum merata. Kita semua harus memikirkan akselerasinya.”

Kemiskinan dan keterpurukan adalah sebuah siklus bagi Choiriya. Bisa dibilang, sistem pendidikan di Indonesia pun terpuruk. “Gambaran kasarnya ya, hanya ada 7,400 ilmuwan dari 270 juta penduduknya,” terang Choiriya. 

Dia mengatakan bahwa 1500 ilmuwan India masuk ke dalam 2% world top scientists. Untuk memutuskan siklus tersebut, India butuh intervensi, kemudian disuntikkan inovasi. Namun, yang lebih penting itu adalah pendanaan. 

Kalau pemerintah belum menganggarkan dana yang besar dan tepat sasaran untuk pendidikan, maka masyarakat secara mandiri bisa membantu. Hal yang paling sederhana adalah meningkatkan minat baca pada anak dengan mendirikan perpustakaan mini di teras rumah. Hal itu bisa melahirkan minat baca serta rasa tanggung jawab bagi anak untuk memelihara buku.

Sebagai guru pun baiknya kerap menggunakan berbagai perspektif pada hasil karya siswa. Misalnya langit tidak selalu cerah dan berwarna biru, atau awan tidak selalu putih. 

Coba gunakan banyak perspektif dalam melihat segala sesuatu. Dengan begitu, guru bisa mempunyai kemampuan menerima dan memahami sehingga tidak mematahkan upaya kreatif dalam benak para siswa. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Fadhil

Content writer Froyonion, suka pameran seni dan museum, sesekali naik gunung