In Depth

KATANYA CEWEK LEBIH SERING SAKIT DARIPADA COWOK, EMANG IYA?

Siapa di sini yang sering lihat cewek ngeluh sakit mulu; entah sakit pinggang, perut, ataupun kepala? Makanya banyak yang bilang cewek lebih lemah dan gampang sakit dari cowok. Padahal, pernyataan tersebut ternyata salah besar, lho.

title

FROYONION.COM – Banyak yang bilang kalau wanita dikit-dikit ngeluh sakit, entah sakit perut, sakit pinggang, sakit kepala. 

Kayak nggak pernah 100 persen sehat walafiat gitu. Tapi emang iya, cewek lebih gampang sakit dibanding sama cowok?

Setelah aku ngulik beberapa jurnal, aku menemukan bahwa angka harapan hidup lebih tinggi untuk perempuan dibandingkan laki-laki. Cowok juga cenderung lebih rentan terhadap penyakit kronis, bahkan ketika cowok kena flu dampaknya bakal bisa lebih parah dibanding yang dialami Perempuan.

Namun sebelum lebih dalam, kita perlu tahu terlebih dahulu nih apa itu ambang nyeri dan toleransi nyeri. Ketika berurusan dengan rasa sakit, ada dua faktor utama yang perlu diperhatikan, yaitu ambang nyeri dan toleransi nyeri.

Ambang nyeri adalah titik di mana seseorang mulai merasakan sakit setelah terkena rangsangan, seperti ditusuk jarum. Meskipun rangsangan tersebut bisa diukur, setiap individu merasakan nyeri yang berbeda-beda.

Toleransi nyeri, di sisi lain, mengacu pada jumlah rasa sakit yang bisa ditahan seseorang tanpa menyebabkan pingsan.

Ada anggapan, katanya wanita lebih bisa menahan rasa sakit dibanding laki-laki. Namun jika berurusan dengan urusan fisik, seperti rasa sakit, bukankah pria yang lebih kuat, ya?

Secara luas, wanita dapat mentoleransi rasa sakit dengan lebih baik, berkat sejarah evolusi yang dinamakan persalinan atau melahirkan. Akibat hak itu, ada anggapan bahwa wanita lebih mampu menahan rasa sakit dibandingkan pria.

Proses melahirkan adalah salah satu pengalaman paling menyakitkan yang bisa dialami manusia.

Penelitian dari Stanford University dan University of Florida menunjukkan bahwa wanita lebih sering mengalami nyeri yang lebih intens dan lebih sensitif terhadap rasa sakit dibandingkan pria.

Wanita lebih sering pergi ke dokter dan mengonsumsi lebih banyak obat penghilang rasa sakit. Penelitian juga menunjukkan bahwa wanita lebih sering mengalami penyakit dengan nyeri berlebih seperti migrain dan sakit punggung bagian bawah.

Namun, secara eksperimental, pria menunjukkan ambang nyeri yang lebih tinggi karena tubuh mereka melepaskan lebih banyak zat biokimia penghilang rasa sakit seperti beta-endorfin.

Penelitian dari McGill University menemukan bahwa wanita lebih mampu menangani rasa sakit karena mereka cenderung melupakan rasa sakit masa lalu lebih cepat daripada pria. Pria mengingat rasa sakit dengan lebih jelas, sehingga lebih stres dan hipersensitif terhadap rasa sakit yang sama di masa depan. Oleh karena itu, wanita cenderung bisa menahan rasa sakit lebih baik daripada pria.

Bahkan, rata-rata, perempuan bahkan bisa hidup lebih lama daripada laki-laki. Pada usia 65 tahun, 57% dari populasi adalah perempuan, dan pada usia 85 tahun, jumlahnya meningkat menjadi 67% dilansir dari Harvard.

Di Amerika Serikat, harapan hidup perempuan lebih tinggi sekitar 5 tahun dibandingkan laki-laki, sementara secara global perempuan bisa hidup sekitar 7 tahun lebih lama.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan ini. Laki-laki cenderung mengambil risiko lebih besar dalam kehidupan mereka, yang sering kali berdampak pada kecelakaan atau kematian dini.

Selain itu, laki-laki memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk meninggal akibat penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya, seperti akibat pola hidup yang kurang sehat.

APAKAH COWOK SELEMAH ITU?

Namun, apakah cowok selemah itu? Engga dongg.

Menurut jurnal Endocrinology,  pria dan wanita memiliki sistem imun yang pada dasarnya sama, namun respons imun mereka dapat sangat berbeda.

Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor hormonal dan genetik, yang membuat wanita lebih rentan terhadap penyakit inflamasi dan autoimun, sementara pria lebih rentan terhadap beberapa jenis kanker.

Jurnal tersebut membahas perbedaan respons imun antara pria dan wanita, serta dampaknya pada patogenesis penyakit.

PERBEDAAN IMUN COWOK DAN CEWEK

Secara umum, wanita memiliki respons imun bawaan dan adaptif yang lebih kuat dibandingkan pria. Hal ini dapat mempercepat pembersihan patogen, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit inflamasi dan autoimun pada wanita. Perbedaan ini melibatkan ekspresi gen, aktivitas sel imun, dan respons terhadap rangsangan imunologis.

Testosteron (T): Hormon ini menekan aktivitas sel imun dan mengurangi produksi zat inflamasi. Pria dengan kadar testosteron rendah memiliki lebih banyak zat inflamasi, antibodi, dan rasio sel imun tertentu yang lebih tinggi.

Estrogen (E2): Hormon ini bisa meningkatkan atau menurunkan respons imun, tergantung pada dosisnya. Dosis rendah meningkatkan zat inflamasi dan respons imun tipe tertentu, sementara dosis tinggi mengurangi zat inflamasi dan meningkatkan respons imun lainnya serta produksi antibodi.

Progesteron (P4): Hormon ini bersifat anti-inflamasi dan menekan aktivitas sel imun serta produksi zat inflamasi. Kadar progesteron yang tinggi selama kehamilan membantu mencegah penolakan janin dengan mengurangi respons imun tertentu.

GEN PADA KROMOSOM X PUNYA PENGARUH BESAR

Wanita memiliki dua kromosom X, sedangkan pria hanya memiliki satu. Banyak gen pada kromosom X yang mengatur fungsi imun, yang berperan penting dalam perbedaan penyakit terkait imun antara pria dan wanita. 

Misalnya, wanita memiliki tingkat ekspresi gen tertentu yang lebih tinggi, yang mempengaruhi respons terhadap infeksi seperti HIV.

Perbedaan respons imun antara pria dan wanita mempengaruhi perkembangan berbagai penyakit sebagai berikut;

Penyakit Inflamasi: Wanita lebih sering dan lebih parah terkena penyakit inflamasi seperti asma dan penyakit radang usus. Perubahan hormon selama pubertas, siklus menstruasi, dan menopause dapat mempengaruhi keparahan penyakit ini.

Penyakit Autoimun: Sekitar 80% pasien penyakit autoimun adalah wanita, dengan prevalensi tinggi untuk penyakit seperti sindrom Sjögren, tiroiditis Hashimoto, lupus, artritis reumatoid, dan multiple sclerosis.

Kanker: Pria memiliki risiko yang lebih tinggi untuk sebagian besar kanker non-reproduksi dan tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan dalam infeksi virus, fungsi imun, regulasi hormonal, dan ekspresi gen.

Penyakit Infeksi: Wanita memiliki kekebalan yang lebih tinggi terhadap berbagai patogen, tetapi juga rentan terhadap respons inflamasi yang berlebihan. Misalnya, meskipun memiliki beban HIV yang lebih rendah, wanita lebih mungkin mengembangkan AIDS dibandingkan pria dengan beban HIV yang sama.

FAKTOR VAKSIN

Perbedaan biologis antara pria dan wanita juga mempengaruhi respons terhadap vaksin. 

Wanita umumnya melaporkan reaksi yang lebih sering dan lebih parah terhadap vaksin, serta memiliki respons antibodi yang lebih tinggi dibandingkan pria. 

Hal ini menunjukkan pentingnya analisis data berdasarkan jenis kelamin dalam uji klinis vaksin.

Wanita sering kali dianggap lebih mudah sakit daripada pria, tetapi penelitian menunjukkan bahwa ini tidak sepenuhnya benar dan bergantung pada konteks yang kompleks dari ambang nyeri dan toleransi rasa sakit.

Secara biologis, perempuan dapat lebih mampu mentoleransi rasa sakit dalam beberapa situasi, seperti yang terlihat dalam respons terhadap proses melahirkan yang sangat menyakitkan.

Meskipun demikian, perbedaan dalam respons imun antara pria dan wanita juga berperan penting dalam rentang penyakit yang mereka alami sepanjang hidup mereka. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Anandita Marwa Aulia

Hanya gadis yang suka menulis