Belum merasa afdol kalau kerja atau belajar tanpa ngopi atau ngeteh? Inilah fakta yang belum lu ketahui tentang kafein dan pengaruhnya pada kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.
FROYONION.COM - Di budaya populer kita, nyeruput kopi di kafe yang nyaman dan berdesain urban udah kayak semacam ritual bagi kaum pekerja kreatif. Kopi udah mirip kayak bensin buat mereka yang kerja di industri kreatif, dari para desainer grafis, penulis, sampai creative director.
Tapi pernahkah kita bertanya apakah benar dampaknya terhadap tingkat kreativitas memang terbukti secara ilmiah?
Menurut tim peneliti University of Arkansas yang hasilnya disebarluaskan Maret 2020 lalu, kafein terbukti ampuh meningkatkan kemampuan kita untuk berkonsentrasi saat bekerja dan belajar. Kafein yang terkandung dalam kopi dan teh juga bagus dalam membantu otak kita memecahkan masalah. Tapi kalau urusan kreativitas, kafein tak memberikan dampak bagi peningkatan daya kreasi kita.
Peneliti membedakan antara pemikiran yang konvergen dan divergen. Jenis pemikiran pertama bisa dikatakan sebagai pemikiran yang bertujuan untuk mencari sebuah solusi khusus atas sebuah masalah. Sementara itu, pemikiran divergen bisa didefinisikan sebagai sebuah pemikiran yang menghasilkan ide-ide kreatif di mana tanggapan yang baru dan menarik terasa lebih tepat.
Dari riset tersebut, ditemukan juga bahwa kafein tak bisa meningkatkan ingatan jangka pendek tetapi bisa meningkatkan suasana hati (mood). Terbukti para penenggak kopi merasa lebih ceria.
Jadi, tak peduli seberapa banyak kafein yang dimasukkan ke tubuh kita, kecil kemungkinan kita bisa menghasilkan ide-ide kreatif yang kita butuhkan.
Lalu apa cara yang lebih efektif dalam mendorong kreativitas kita?
Daripada lu gelonggong diri sendiri sama kopi bergalon-galon, lu bisa banyakin jalan kaki kalau lagi banyak kerjaan yang membutuhkan kekuatan imajinasi. Jalan kaki terbukti memacu pemikiran kreatif daripada cuma duduk termenung di kamar. Setidaknya inilah temuan ilmiah yang diterbitkan di American Psychological Association (APA) pada tahun 2014.
Penelitian ini sendiri didasari atas banyaknya cerita orang bahwa mereka merasakan diri mereka bisa berpikir lebih baik saat berjalan kaki. Orang-orang yang rajin berjalan kaki terpantau bisa memberikan respon kreatif yang lebih baik daripada mereka yang banyak duduk.
Dan jalan kaki ini nggak harus dilakukan di luar ruangan kok. Karena subjek penelitian yang berjalan kaki di luar ruangan dan pakai treadmill di dalam ruangan sama-sama menunjukkan adanya peningkatan respon kreatif. Meski patut diakui juga bahwa berjalan di luar ruangan memberikan sensasi kesegaran yang lebih baik daripada di dalam ruangan. Tapi dalam hal dampaknya pada kreativitas, ternyata tidak ada perbedaan signifikan. (*/)