In Depth

INI ALASAN ORANG TETAP BEKERJA MESKI SUDAH TAJIR, JADI DRIVER MISALNYA

Mungkin lo pernah memesan layanan transportasi lewat aplikasi, lalu mendapat driver dengan mobil yang oke. Driver mobil tersebut tajir, tapi lebih memilih untuk tetap bekerja. Apa ya alasan mereka memilih tetap bekerja sebagai driver?

title

FROYONION.COM - Layanan transportasi yang dipesan Miranda (26) akhirnya tiba. Driver tersebut datang menjemput dengan mobil Pajero dan jam tangan Omega (harganya mulai sekitar 60 hingga ratusan juta). 

Bapak driver tersebut bercerita kalau dia menjadi driver sebagai pekerjaan sampingan. Miranda menilai dari tampilannya, bapak tersebut mungkin adalah bos perusahaannya. 

Kebanyakan orang mungkin beranggapan bahwa cara untuk merasa bahagia adalah dengan tidak bekerja sama sekali. Padahal belum tentu.

Kalau kata The Conversation, gagasan di atas dinilai gagal menjelaskan kenapa beberapa pensiunan mengambil pekerjaan lepas, dan beberapa pemenang lotre langsung kembali bekerja.

Pekerjaan bisa memberikan nuansa kompetensi dan hal itu berkontribusi pada kesejahteraan lo. Para peneliti telah menunjukkan bahwa manusia secara khusus tertarik pada kegiatan yang membutuhkan usaha—seringkali dalam bentuk pekerjaan—karena ini menunjukkan kemampuan lo untuk membentuk lingkungan dan menegaskan identitas diri sebagai individu yang kompeten.

Pekerjaan pun bisa bikin lo lebih bahagia, misalnya ketika lo beristirahat sehabis bekerja. Hal ini ditunjukkan oleh serangkaian eksperimen yang di dalamnya para responden memiliki pilihan untuk diam (menunggu di ruangan selama 15 menit untuk memulai eksperimen) atau menjadi sibuk (berjalan selama 15 menit ke tempat lain untuk berpartisipasi dalam eksperimen). 

Ternyata sangat sedikit peserta yang memilih untuk sibuk, kecuali jika mereka dipaksa untuk berjalan-jalan, atau diberi alasan (diberitahu ada cokelat di tempat lain). Namun, para peneliti menemukan bahwa mereka yang menghabiskan 15 menit berjalan ternyata jauh lebih bahagia daripada mereka yang menghabiskan 15 menit menunggu.

Dengan kata lain, kesibukan ternyata berkontribusi pada kebahagiaan, bahkan ketika lo berpikir bahwa lo lebih suka diam. Hewan tampaknya mendapatkan rasa ini secara naluriah: dalam eksperimen, sebagian besar mereka lebih suka bekerja untuk mendapatkan makanan daripada mendapatkannya secara gratis.

Gagasan bahwa bekerja ternyata berkontribusi pada kesejahteraan umum berkaitan dengan konsep psikologis kebahagiaan eudaimonicKebahagiaan eudaimonic adalah kebahagiaan yang didapat dari hasil perjuangan lo dalam aktualisasi diri di mana dalam prosesnya akan sangat dipengaruhi oleh bakat, nilai, dan kebutuhan dari individu dalam menjalani hidup (Baumgardner, 2010).

Penelitian telah menunjukkan bahwa kerja dan usaha adalah pusat kebahagiaan eudaimonic. Hal ini menjelaskan bahwa kepuasan dan kebanggaan bisa lo rasakan dengan menyelesaikan tugas yang melelahkan.

Selain kebahagiaan eudaimonic, terdapat juga kebahagiaan hedonic yang didefinisikan sebagai adanya perasaan positif dan sedikitnya perasaan negatif, seperti sedih atau marah. Kebahagiaan hedonic menawarkan manfaat kesehatan mental, fisik, dan waktu luang.

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa kesejahteraan subjektif sebenarnya mulai menurun jika lo bekerja lebih dari 5 jam dalam sehari. Melewatkan hari-hari tanpa usaha di pantai sepertinya bukan kunci kebahagiaan jangka panjang.

Selain mendapat kebahagiaan dari kebahagiaan eudaimonic dan hedonic, lo juga bisa mendapatkan kebahagiaan dengan cara mencari pengalaman baru. Makanya sebagian orang memilih untuk mencari pengalaman dengan bertualang, menghabiskan malam di hotel es, atau bergabung dengan perlombaan ketahanan di gurun. 

Orang-orang yang mengambil bagian dalam bentuk “kenyamanan” ini biasanya berbicara tentang pemenuhan tujuan pribadi, membuat kemajuan, dan mengumpulkan pencapaian.

Orientasi ini sesuai dengan konsep baru di bidang studi kesejahteraan: bahwa kebahagiaan pengalaman yang kaya dan beragam adalah komponen ketiga dari "kehidupan yang baik", selain kebahagiaan hedonic dan eudaimonic.

Di sembilan negara dan puluhan ribu responden, para peneliti baru-baru ini menemukan bahwa kebanyakan orang (lebih dari 50% di setiap negara) masih lebih memilih kehidupan bahagia yang ditandai dengan kebahagiaan hedonic.

Namun, sekitar seperempat lebih memilih kehidupan yang bermakna yang diwujudkan oleh kebahagiaan eudaimonic, dan sejumlah kecil orang (sekitar 10-15% di setiap negara) memilih untuk mengejar kehidupan pengalaman yang kaya dan beragam.

Dengan pendekatan yang berbeda terhadap kehidupan ini, mungkin kunci untuk kesejahteraan jangka panjang adalah dengan mempertimbangkan gaya hidup mana yang paling cocok buat lo: hedonic, eudaimonic, atau mencari pengalaman.

Sebagian driver pun mengaku dengan menyetir mobil dan membawa penumpang, mereka bisa mengobrol sambil berjalan-jalan. Megarani (27) pernah mendapat driver yang semua anaknya bekerja di luar negeri. “Hobi aja, mbak. Saya senang melihat jalanan,” kata bapak driver.

Megarani menambahkan bahwa lo jangan menilai rendah orang karena pekerjaan mereka, misalnya driver. Kita enggak tahu tahu alasan di balik mereka mengambil pekerjaan tersebut. Bisa saja mereka merasa kesepian dan ingin mengobrol dengan orang lain yang bikin mereka merasa bahagia.

Kalau kata sastrawan bernama Voltaire dalam bukunya yang berjudul Candide, “Pekerjaan menjauhkan kita dari tiga keburukan: rasa bosan, dosa, dan kemiskinan.” Para driver pun memilih pekerjaan tersebut dengan berbagai alasan. Begitu lo menjadi bapak-bapak, mungkin aja lo juga ingin merasakan menjadi driver mobil seperti mereka.

BACA JUGA: APAKAH ‘GOOD LOOKING’ MASIH JADI STANDAR NYARI KERJA?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Fadhil

Content writer Froyonion, suka pameran seni dan museum, sesekali naik gunung