Konten a day in my life as bla bla akhir-akhir ini jadi konten yang seringkali ditemui di berbagai platform sosial media. Dari konten tersebut gua berpikir, apakah sebuah pekerjaan bisa seindah sesuai dengan gambaran dari konten tersebut?
FROYONION.COM - Civs, belakangan ini kita sering banget ngeliat konten-konten berupa “a day in my life as” di beberapa platform sosial media yang kita punya, mulai dari Instagram, Tiktok, sampe Youtube. Well, tiap kali gua nontonin konten tersebut gua kadang merasakan excitement yang bikin gua pribadi berandai-andai menjadi sosok yang ada di konten di “a day in my life as” tersebut. Tapi perlahan, satu hal yang gua sadari dari konten tersebut adalah, itu semua hanya konten belaka.
Mungkin lo merasakan yang sama Civs, ketika menonton konten-konten a day in my life as tersebut. Terlebih kalau lo anak muda dan baru aja lulus kuliah dan masih mencoba mencari jenjang karir apa yang akan lo tekuni ke depannya. Rasanya, konten a day in my life as ini dapat memberikan bayangan akan pekerjaan-pekerjaan yang lagi hits di Indonesia maupun kegiatan-kegiatan yang sekiranya dapat mewakili eksistensi anak muda produktif itu sendiri.
Tapi, setelah berpikir beberapa kali rasanya konten a day in my life as ini buat gua pribadi hanyalah sebuah konten belaka yang berupa sebuah “kebohongan” dan ilusi. Mengapa demikian? Well, ada beberapa alasan yang buat gua pribadi berpikir demikian nih, Civs!
Alasan pertama adalah, konten tersebut terlalu indah jika ada di dunia nyata. Bangun tidur dengan fresh, sarapan enak, berangkat kerja dengan kendaraan yang nyaman, kehidupan kantor yang asyik dan fun, sampai pulang ke rumah tepat waktu dan mendapatkan istirahat yang cukup. Nyatanya kehidupan para pekerja ga seindah itu. Banyak hal yang ga tergambarkan dalam konten a day in my life as.
Lo ga bakal ngeliat si creator bangun kesiangan, desek-desekan di KRL, atau diomelin sama atasan. Yang kita lihat nyatanya cuma hal-hal baiknya aja dan bahkan kita ga diperlihatkan kesulitan-kesulitan dari profesi yang creator konten tersebut tekuni.
Padahal, buat gua pribadi esensi dan keypoint yang membuat konten tersebut menarik adalah penggambaran suatu profesi melalui sebuah konten. Tapi nyatanya, seringkali kita ga mendapatkan informasi yang cukup mengenai suatu profesi dari konten tersebut.
Jadi, konten a day in my life as ini buat gua pribadi terlalu indah untuk jadi kenyataan. Dan balik lagi, yang perlu di garis bawahi adalah ini semua hanya konten belaka, bukan realita. Jadi wajar aja, semua terlihat indah, tanpa ada masalah dan penuh akan keindahan semata.
Terstruktur adalah hal yang baik, tapi dalam permasalahan ini kayaknya terlalu terstruktur kadang bisa jadi kebohongan publik. Sesimple, mungkin lo pernah nonton konten a day in my life as bla bla yang creatornya bilang kalau doi kesiangan. Masalahnya gini, orang mana yang kesiangan tapi sempet buat nyari hp, dan bikin video?
Gua rasa, orang yang bener-bener telat dan kesiangan ga bakalan kepikiran buat videoin dirinya sendiri. Mereka pasti akan panik dan pastinya lebih memilih untuk bersiap diri ketimbang merekam dirinya sendiri.
Selain itu juga, beberapa konten a day in my life as juga biasanya menjadi salah satu strategi marketing suatu individu untuk meningkatkan brand awareness dirinya sendiri. Dengan memanfaatkan personal branding yang mereka punya, mereka akan menciptakan konten tersebut secara terstruktur guna menciptakan image positif atas dirinya.
Jadi, kembali ke alasan pertama. Kita ga pernah melihat hal-hal buruk terjadi pada konten a day in my life as karena bisa jadi itu salah satu strategi marketing suatu individu untuk meningkatan brand awarenessnya.
Well, semuanya balik ke lo sendiri nih Civs. Satu kata yang melekat di diri gua ketika lagi berada di internet adalah, jangan percaya pada semua hal yang ada di internet. Karena pada dasarnya internet adalah sumber dari kebohongan itu sendiri.
Lo ga bisa mempercayai konten a day in my life as sebagai sebuah kebenaran yang 100 persen valid. Karena balik lagi, itu semua cuma konten yang pada dasarnya diciptakan guna kepentingan pribadi, ya kepentingan publik ada porsinya juga sih tapi paling ga seberapa.
Sejatinya, sebuah konten diciptakan untuk keuntungan pribadi dan lo sebagai audience adalah media untuk mencapai keuntungan tersebut. Jadi, apakah konten ini salah? Ya nggak sama sekali. Yang salah adalah ketika lo mempercayai semuanya secara 100 persen tanpa ngelakuin verifikasi ulang.
Ketika lo menonton konten a day in my life as saran gua adalah, jadikan konten tersebut sebagai hiburan dan referensi tambahan mengenai jenjang karir yang mau lo ambil. Lebih lanjutnya, informasi-informasi lain mengenai profesi yang ada di konten tersebut bisa lo searching sendiri atau langsung bertanya ke orang yang emang menekuni profesi tersebut. Karena pada akhirnya, yang namanya konten selamanya akan menjadi konten. Tujuannya bukan buat memperpuas diri lo, tapi untuk bikin puas creatornya sendiri. (*/)