In Depth

HEALING EXPERIENCE, HOBI ANAK GEN Z SEKARANG YANG TERNYATA ESENSIAL BANGET!

Bagi banyak anak muda, healing jadi salah satu cara yang paling ampuh untuk bisa terus produktif. Kenapa ya kira-kira hal ini jadi esensial?

title

FROYONION.COM - Beda generasi, beda juga sarana hiburan yang paling ampuh buat mereka di kala penat melewati kesibukannya sehari-hari. Bagi banyak orang, sepertinya berkeliling dari kota ke kota ataupun wilayah ke wilayah secara sering mungkin terdengar melelahkan dan tidak menjadi salah satu opsi berlibur. 

Tapi, siapa yang nggak tahu sih kalau ternyata traveling sekarang ini kian populer di kalangan Gen Z dan menjadi salah satu cara paling ampuh buat mereka mendapatkan 'healing experience'. Selain itu, liburan traveling yang dipilih pun cenderung untuk waktu yang singkat hanya dalam 2-4 hari saja. Sudah cukup loh ternyata buat para Gen Z merasa happy meski dipepet waktu ketika berlibur seperti itu. 

Data dari hasil Indonesia Gen Z Report 2024 yang dipublikasikan oleh IDN Media menangkap kebiasaan tersebut melalui survei yang mereka lakukan. Dalam penelitian tersebut disebutkan jika 68 persen dari anak-anak Gen Z itu melakukan liburan untuk melakukan short vacation lebih dari satu kali setahun. 

BACA JUGA: GEN Z KATANYA PALING MISKIN, TAPI HOBINYA JALAN-JALAN

Alasannya sederhana, mereka ingin mengexplore destinasi baru dan merasakan pengalaman yang unik dengan berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya dalam waktu yang singkat. Selain itu, ternyata para Gen Z ini juga mempertimbangkan faktor budget yang terbatas. 

Bukan cuma itu ternyata, di tengah gaya hidup yang semakin padat, 'healing experience' jadi salah satu aspek yang sangat penting dan berperan untuk mendongkrak produktivitas generasi itu di masa sekarang ini.

TRAVELING JADI HEALER AMPUH BUAT PARA HUSTLER

Gen Z ini juga dikenal sebagai generasi yang hustle and bustle. Jangan kaget kalau mereka dalam kesehariannya punya kesibukan yang super sampai terkadang mungkin bisa melakukan lebih dari satu pekerjaan. Makanya, mereka di generasi ini juga sangat mudah terkena burnout ketika melakukan banyak hal sekaligus dalam satu waktu. 

Kebiasaan yang ingin selalu aktif bergerak itu tentunya nggak bisa dilakukan terus menerus tanpa ada istirahat yang mumpuni. Nah, survei yang dilakukan oleh IDN Media ini ternyata menemukan kalau 90 persen anak Gen Z di Indonesia ini menjadikan traveling itu sebagai 'healing experience' yang paling ampuh buat beristirahat sejenak dari kesibukannya sehari-hari. 

Dengan jalan-jalan, mereka merasa mendapatkan waktu 'break' dari daily routines yang dijalankannya sehari-hari. Kesempatan itu, biasa juga gak bakal dilewatin oleh para Gen Z ini untuk cuma sekadar muter-muter doang. Biasanya mereka ingin mengelilingi tempat, budaya, hingga berbagai aktivitas baru yang bisa mencharge semangatnya. 

Makanya, belakangan ini pun lokasi-lokasi wisata yang menawarkan tempat yang tenang dan natural landscape jadi sangat populer. Belum lagi, destinasi yang membawa kesan spiritual hingga menawarkan kesempatan untuk yoga dan meditasi. Kalau dilihat dari kebiasaan itu, nggak heran kan Ubud sekarang makin dikenal dan jadi salah satu lokasi yang paling banyak dikunjungi di Bali. 

BACA JUGA: LIBURAN SAMBIL BELAJAR SLOW LIVING DAN MINDFULNESS? CEK 2 TEMPAT INI!

"Generasi Z Indonesia punya preferensi liburan yang kuat untuk melihat pemandangan alam daripada destinasi yang fokus pada kegiatan yang menawarkan 'well-being'," tulis IDN Media dalam laporan tersebut. 

MENABUNG UNTUK HEALING, SEBAGAI BENTUK SELF REWARD

Bagi beberapa orang, mungkin jalan-jalan bukan menjadi tujuan utamanya ketika punya uang. Mungkin ada juga dari mereka yang menganggap kalau beli barang fashion impian kayak sepatu, baju, atau bahkan mungkin gadget yang terbaru sudah menjadi bagian dari ‘self reward’ yang terbaik. 

Sudut pandang itu tentunya bisa banyak ditemukan terhadap banyak Gen Z yang bekerja di perkotaan. Salah nggak kalau kita foyah-foyah untuk membeli barang sebagai ‘self reward’? Sebenarnya ini sama saja kayak kalian menyisihkan uang untuk traveling. Prioritas untuk memberikan hadiah bagi diri sendiri itu berbeda-beda dan tergantung setiap orangnya. 

Mereka yang menempatkan traveling sebagai bentuk penghargaan, just go ahead. Ada mereka yang mencari petualangan dan pengalaman baru, sementara yang lain merasa lebih puas dengan benda-benda nyata. Biasanya pilihan itu akan sangat tergantung preferensi dan apa yang tengah populer di publik dalam waktu tersebut. Jangan lupa juga, kalau istilah FOMO itu benar adanya dan seringkali terjadi di kalangan anak muda. 

Kalau menurut komika Dzawin Nur yang juga sering banget dan aktif traveling, jalan-jalan itu dia jadikan sebagai bentuk self reward dari hasil usaha yang dikumpulkannya. Dalam hal ini maksudnya adalah uang, ya! Jadi menabung untuk bisa pergi berkeliling dari satu tempat ke tempat lain bukan bentuk menghambur-hamburkan uang atau mungkin bisa disebut sebagai privilege ketika kalian punya uang banyak. 

“Banyak yang bilang, enak ya jadi lu. Lu mah jalan-jalan punya duit. Atau bahkan, lu mah enak jalan-jalan ngehasilin duit. Gini loh, gue jalan-jalan naik tuh naik tuh gunung dari 2010. Pertama kali gue jalan-jalan sebenarnya naik gunung. gue suka naik gunung karena itu adalah travelling yang paling murah. gue naik gunung dari 2009, dan itu pun gue harus nabung untuk naik gunung,” kata Dzawin dalam Frodcast. 

Dari sudut pandang Dzawin ini, kita bisa belajar kalau nabung buat jalan-jalan itu jadi sangat berarti karena kalian bisa merasakan hasil jerih payah dan keringat yang sudah dilakukan selama berhari-hari, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. 

“Sampai akhirnya gue bisa bekerja, gue bisa menabung lebih banyak lagi gue bisa pergi lebih jauh lagi. Sekarang kan ketika lu punya duit anggaplah ekonomi kita sama, terus kita nabung sama-sama tiga bulan. terus kita akhirnya punya uang Rp400 ribu. Elu beli Converse, gue beli tiket. Nah ketika gue beli tiket gue pulang. terus elu yang beli Converse ngomong, enak ya win lu jalan-jalan. Lu kan beli sepatu, gue nggak beli sepatu. jadi orang punya prioritasnya sendiri-sendiri,” cetusnya. (*/) 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Michael Josua

Cuma mantan wartawan yang sekarang hijrah jadi pekerja kantoran, suka motret sama nulis. Udah itu aja, sih!