In Depth

DI BALIK FENOMENA EMAK-EMAK YANG SEIN KE KIRI TAPI BELOKNYA KE KANAN

Dengan memahami pemikiran emak-emak yang cenderung di luar nalar, Insya Allah kita mampu menghadapi emak-emak yang bermanuver lampu sein di jalan.

title

FROYONION.COM - Buat mereka di luaran sana yang sering motoran, sepertinya pengalaman kalian di jalan raya belum lengkap. Kalau belum ditipu oleh keambiguan emak-emak dalam menggunakan lampu sein. Masang lampu sein ke kanan, taunya belok ke kiri. Pas hidupin sein ke kiri, malah belok ke kanan. Dan giliran nggak ngehidupin sein, tiba-tiba berenti seenaknya dengan wajah tanpa dosa.

Tentu enggak semua emak-emak seperti itu, termasuk emak gue. Karena waktu gue baru belajar bawa motor, emak gue selalu wanti-wanti buat ngehidupin sein sesuai dengan arah belokan gue dan harus matiin sein setelah belok atau udah di shiraatal mustaqim (jalan yang lurus).

Namun ajaran tersebut, sepertinya tidak diterapkan sepenuhnya oleh pengendara motor apalagi kaum emak-emak. Entah karena sosialiasi safety riding yang tidak merata kesegala usia dan gender, atau bisa jadi karena merebaknya SIM nembak. Apapun itu, tentunya akan membahayakan para pengendara motor NORMAL lain jika kita menggunakan atribut motor tidak sebagaimana mestinya.

Disclaimer, gue ga menyalahi kaum emak-emak saja. Karena memang ada kaum remaja labil dengan rambut kemerahan plus bau matahari menggunakan motor kurang gizi karena udah dipretelin semua sehingga tinggal kerangka doang. Bisa dibilang, kaum beginian lebih ekstrem lagi dalam berkendara di jalan raya. Selain suara motornya yang bikin sakit kepala, bawa motornya juga ugal-ugalan bak pembalap profesional.

Namun, karena jumlah model pemotor seperti itu tak terlalu banyak karena biasanya sudah diberantas lewat razia polisi, maka tipuan sein emak-emak lah menjadi headline dan tren kekinian dari zaman ke zaman.

Namun dibalik fenomena itu semua, ternyata memuat suatu alasan mengapa emak-emak sering salah dalam menggunakan lampu sein, yaa meskipun sedikit enggak masuk akal. Namun bisa memuaskan sedikit banyaknya rasa penasaran kita terhadap tradisi emak-emak tersebut.

ALASAN TIDAK MASUK AKAL DALAM PENGGUNAAN LAMPU SEIN

Hal itu pernah dialami oleh temen gue, ketika ia berkendara di jalan raya, tiba-tiba menyaliplah emak-emak tepat didepannya dengan lampu sein motor yang berkedip disebelah kiri. 

Karena temen gua ngira si emak bakalan belok kiri, lantas temen gue langsung tancap gas untuk membelokkan stang motor nya kearah kanan. namun, alih-alih si emak bakalan belok ke kiri sesuai dengan kedipan seinnya, tiba-tiba tanpa perasaan ragu, si emak malah belok ke arah kanan dan alhasil menabrak motor temen gue. 

Bukannya si emak langsung meminta maaf, sambil menanyakan keadaan temen gue ala-ala sinetron "apakah kamu baik-baik saja"(sambil menjulurkan tangan). Ia malah menyalahkan temen gue sambil ngomel "kalau ngeliat itu pake mata kepala, bukan mata kaki" dengan nada yang meninggi. 

Mendengar hal tersebut, hebatnya, temen gua enggak langsung marah, ia malah bersikap santai seperti di pantai, dan menjelaskan kepada si emak, bahwa ia belok ke kanan karena sudah melihat duluan sein si emak yang berkedip di sebelah kiri. Namun tanpa diduga-duga, jawaban si emak malah bikin kita tepuk jidad.

Dengan nada suara yang merasa paling benar, emak itu menjelaskan bahwa ia memang sengaja menyalakan sein ke kiri, sebagai isyarat agar pengendara motor yang berada di belakangnya untuk berbelok ke kiri juga. Mendengar cerita tersebut, sontak gue mikir apa jangan-jangan kebanyakan mak-mak belum mengerti fungsi sepenuhnya dari teknologi mutakhir bernama lampu sein. 

PESAN BUAT EMAK-EMAK

Meskipun tanpa mempelajari dan mengikuti arus kemajuan perkembangan teknologi nasional maupun global, semua orang pasti paham jika fungsi lampu sein sebagai isyarat ketika motor mau belok ke kanan atau ke kiri. Tapi bukan seperti yang dikonsepkan oleh mak-mak tadi ya, bahayaaa.

Saya tidak tau pasti apa yang melatarbelakangi emak tersebut dalam penggunaan sein. Entah itu karena teknik mak-mak dalam mengendarai hanya setara dengan Spongebob Squarepants alias belum memiliki kemampuan mengendari yang mumpuni atau karena label yang melekat pada diri emak-emak sebagai penguasa jalanan, sehingga ia dapat berbuat seenaknya. 

Apapun alasannya dibalik semua itu. Pesan buat emak-emak yang baca tulisan gue, lampu sein itu bukan hal yang sepele ya mak. Fungsinya penting banget dijalan, melebih fungsi hati dia kepadaku.  Kalau mak-mak masih gagal paham dalam penggunaan lampu sein, maka anda akan selalu menjadi ancaman bagi pengendara motor yang lain karena berpotensi mengantarkan kami ke UGD.

Saya yakin, kaum emak-emak suatu saat pasti akan memenuhi slot duta keselamatan lalu lintas, namun sebelum itu tolong dipelajari dulu tatacara berkendara yang baik dan aman, terutama dalam penggunaan fungsi lampu sein. Kalau nyalain lampu sein, jari jempol yang kiri usahain standby di tombol sein.

Yang lebih penting, kalau emak mau belok kiri, ya nyalain sein ke kiri sebagai tanda ke pengendara di belakang kalau emak mau belok kiri, bukan sebaliknya. Terus jangan lupa, sesekali matanya lihat speedometer, supaya tau pas sein kita masih nyala langsung bisa dimatikan.

Ayoo buat emak-emak atau kaum perempuan lain, jangan berhenti terhadap stigma emak-emak sein kiri tapi belok kanan. Tunjukkan bahwa kaum emak-emak bisa menjadi pengemudi yang bertanggung jawab di jalanan. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Bayu Dewantara

Mahasiswa UI(n) Jakarta, Content Writer, Civillion, Penulis buku antologi "Jangan Bandingkan Diriku" dan "Kumpulan Esai Tafsir Progresif"