Obsesi dalam hubungan dapat menciptakan ketidakseimbangan dan ketegangan. Orang yang terobsesi selalu ingin bersama pasangan, mengawasi setiap langkah, bahkan membatasi hubungan pertemanan.
FROYONION.COM - Obsesi adalah perasaan yang bisa mempengaruhi seseorang hingga ke tingkat yang ekstrem. Ini bisa berhubungan dengan sesuatu yang disukai, termasuk pasangan atau bahkan objek lain dalam hidup. Namun, penting untuk diingat bahwa obsesi dan cinta adalah dua hal yang sangat berbeda, meskipun kadang-kadang dapat sulit untuk membedakannya. Delulu, sebuah kata yang telah mendapatkan popularitas baru-baru ini, digunakan untuk menggambarkan tingkat obsesi yang ekstrim, terutama dalam konteks hubungan.
Menurut buku kumpulan tes psikologi cinta yang ditulis oleh Taufik Hidayat, delulu adalah sebuah istilah dalam bahasa gaul yang digunakan untuk menggambarkan orang yang terlalu terobsesi. Dalam konteks ini, delulu juga sering dikaitkan dengan pandangan atau keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan atau bahkan bersifat khayalan. Obsesi delulu dapat muncul dalam berbagai bentuk, baik dalam hubungan dengan pasangan atau terhadap hal-hal tertentu dalam hidup.
Setiap orang tentu menginginkan perhatian dan perjuangan dari pasangan mereka dalam sebuah hubungan. Ini adalah hal yang wajar. Namun, perlu diingatkan bahwa delulu adalah tingkat obsesi yang berlebihan. Orang yang terlalu terobsesi pada pasangannya akan melakukan apapun, bahkan hal-hal yang tidak masuk akal, untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Ini bisa mencakup perilaku seperti mengabaikan batasan pribadi dan mengganggu kehidupan pasangan.
Istilah delulu awalnya berasal dari komunitas penggemar musik pop Korea (K-pop). Sejak akhir 2013 dan awal 2014, anggota komunitas ini sering menggunakan istilah delulu untuk menggambarkan penggemar yang obsesif, termasuk diri mereka sendiri. Secara khusus, istilah delulu sering digunakan untuk mengolok-olok penggemar yang percaya bahwa mereka somehow bisa terlibat secara romantis dengan selebriti. Delulu terus menjadi istilah yang sangat populer dalam fandom K-pop sepanjang tahun 2010-an. Pada awal tahun 2020-an, delulu telah menyebar ke penggunaan umum di internet. Istilah ini menjadi hashtag yang sangat populer di TikTok, di mana sering digunakan dalam video-video lucu tentang orang yang berperilaku aneh atau terlalu obsesi.
Orang yang terobsesi dengan pasangannya seringkali menunjukkan berbagai ciri yang dapat mengindikasikan ketidakseimbangan dalam hubungan mereka. Beberapa ciri-ciri ini termasuk selalu ingin bersama pasangan, penekanan berlebihan pada pasangan, pembatasan hubungan pertemanan, kehilangan fokus pada kehidupan pribadi, kecenderungan menyalahkan pasangan, dan kecemasan berlebihan.
Obsesi dalam hubungan dapat mengarah pada berbagai masalah, termasuk konflik, stres, dan ketidakbahagiaan. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan antara obsesi dan cinta yang sehat dalam upaya menjaga keseimbangan dan kebahagiaan dalam sebuah hubungan. Berikut ini beberapa ciri-ciri orang yang terobsesi dengan pasangannya
Orang yang terobsesi dengan pasangannya cenderung selalu ingin bersama pasangan, baik dalam hubungan pacaran maupun pernikahan. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu bersama pasangan, bahkan bisa menginap di rumah pasangan dengan berbagai alasan. Mereka juga sering menelpon pasangan hingga larut malam, pergi keluar bersama, atau meminta bantuan untuk mengerjakan tugas.
Perilaku ini dapat membuat pasangan merasa terkekang dan kehilangan kebebasannya pribadi. Pasangan mungkin merasa seperti mereka tidak memiliki cukup ruang untuk menjalani kehidupan mereka sendiri, memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, atau menjaga koneksi dengan teman-teman dan keluarga mereka. Ini bisa mengakibatkan ketegangan dalam hubungan karena salah satu pasangan merasa bahwa ia kehilangan kontrol atas hidupnya sendiri.
Orang yang terobsesi dengan pasangannya akan selalu mencari tahu kabar pasangannya, bahkan ketika baru bangun tidur. Mereka akan melakukan berbagai hal seperti mengirim pesan atau menelpon untuk mengetahui aktivitas pasangan. Pada awal pacaran, mungkin hal ini dianggap wajar, namun jika terjadi dalam jangka waktu yang lama dan semakin tidak terkendali, hal ini bisa menjadi sangat menjengkelkan. Pasangan yang merasa diawasi terus-menerus dapat merasa tidak nyaman dan kehilangan privasinya.
Obsesi dapat mendorong seseorang untuk melakukan segala cara, termasuk membatasi hubungan pertemanan pasangan. Orang yang terobsesi dengan pasangannya mungkin akan meminta pasangan untuk berhenti berhubungan dengan teman-temannya dengan alasan bahwa hal tersebut tidak penting. Hal ini dapat menyebabkan pasangan merasa terisolasi dan kehilangan koneksi sosialnya.
Orang yang terobsesi dengan pasangannya cenderung kehilangan fokus pada kehidupan pribadinya. Mereka mungkin mengabaikan pekerjaan, hobi, atau teman-teman karena terlalu sibuk dengan pasangan. Hal ini dapat menyebabkan mereka kehilangan identitas pribadi dan merasa bergantung pada pasangan.
Orang yang terobsesi dengan pasangannya cenderung menyalahkan pasangan jika ada masalah dalam hubungan. Mereka mungkin merasa bahwa pasangan adalah satu-satunya penyebab masalah dalam hubungan mereka dan tidak mau menerima kesalahan mereka sendiri. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan dan membuat pasangan merasa tidak dihargai.
Orang yang terobsesi dengan pasangannya cenderung merasa cemas jika tidak bersama pasangan. Mereka mungkin merasa khawatir jika pasangan tidak menjawab telepon atau pesan mereka dengan cepat. Kecemasan berlebihan seperti ini dapat menyebabkan stres dan ketegangan dalam hubungan.
Oleh karena itu, dalam sebuah hubungan, obsesi terhadap pasangan dapat menjadi tanda-tanda yang harus diperhatikan. Ciri-ciri orang yang terobsesi dengan pasangan mencakup keinginan untuk selalu bersama, penekanan berlebihan pada pasangan, pembatasan hubungan pertemanan, kehilangan fokus pada kehidupan pribadi, kecenderungan menyalahkan pasangan, dan kecemasan berlebihan. Obsesi ini, sering kali terlihat sebagai ekspresi cinta yang mendalam, sebenarnya bisa berdampak negatif pada hubungan tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan antara obsesi dan cinta yang sehat dalam upaya menjaga keseimbangan dan kebahagiaan dalam sebuah hubungan. (*/)