In Depth

CIU BEKONANG, MIRAS LOKAL LEGENDARIS PENUH KONTROVERSI DARI SUKOHARJO

Siapa yang tidak kenal ciu bekonang? Minuman beralkohol khas dari Jawa Tengah ini ternyata memiliki kisah yang panjang, hingga sampai diangkat di lirik lagunya Jogja Hip-Hop Foundation "Cintamu Sepahit Topi Miring".

title

FROYONION.COM - Miras atau minuman keras identik dengan proses produksi, peredaran dan penjualan yang sembunyi-sembunyi karena di negara kita ini berlaku aturan pembatasan perdagangan eceran minuman keras atau beralkohol. 

Miras di teritori NKRI cuma diperbolehkan untuk diperjualbelikan di lokasi-lokasi tertentu misalnya hotel dan lokasi tujuan wisata. Bahkan miras tidak diperbolehkan dijual di pusat perbelanjaan/ mall.

Namun saat pertama kali tiba di desa Bekonang, kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, penulis justru menyaksikan dengan mata kepala sendiri keberadaan ciu buatan setempat produsen yang tersedia dan diperjualbelikan secara bebas. Produk miras lokal bahkan dijual secara terbuka di toko-toko kelontong. Tentu saja ini menarik perhatian penulis.

Ciu

Bagaimana ciu lokal yang dinamai “ciu bekonang” ini bisa diproduksi dan diperjualbelikan secara bebas di desa Bekonang, Sukoharjo ini? Penulis berusaha menghimpun informasi bagaimana tradisi ciu bekonang ini bisa muncul, berkembang, dan bertahan hingga detik ini di desa tersebut.

ASAL MULA NAMA BEKONANG

Usut punya usut, sejarah panjang ciu bekonang ini ternyata bermula sejak zaman penjajahan Belanda. 

“Bekonang” sendiri diambil dari nama seorang tokoh dari kerajaan Brawijaya yang bernama Kiai Konang. Beliau seorang mantan adipati yang konon membangun peradaban di daerah tersebut, demikian dikutip dari buku The History of Bekonang (2011) yang ditulis Drs. Daniel Agus Maryanto.

Makam Ki Ageng Konang
Kondisi area makam Ki Ageng Konang saat penulis berkunjung. (Foto: Dok. penulis)

Saat berada wilayah tersebut, Kiai Konang banyak menyebarkan kebaikan kepada masyarakat sekitar. Beliau mengajarkan ilmu bercocok tanam, ilmu perdagangan, bahkan juga menjadi sosok pelindung bagi masyarakat yang saat itu ditindas oleh sekelompok penjahat yang dipimpin Ki Anggaspati.

Sembung Panguripan
Inilah Sembung Panguripan, tempat mandi Ki Anggaspati saat kalah bertarung melawan Kiai Konang. (Foto: Dok. penulis)

Ki Anggaspati sendiri adalah seorang tokoh pemimpin kelompok hitam yang sering meneror masyarakat sekitar dan tak segan-segan merampas hasil panen warga. Namun, akhirnya Ki Anggaspati kalah dalam pertarungan melawan Ki Konang yang membela warga yang dirugikan. Karena itulah, nama kiai Konang semakin dikenang dan diabadikan sebagai nama wilayah yang kini dikenal sebagai desa Bekonang.

 Panji Ciu
 Panji saat diwawancarai Froyonion.com di kediamannya. (Foto: Dok. penulis) 

"Ciu bekonang sendiri adanya sebenarnya belum begitu lama. Yang lebih awal adalah ciu cangkol seperti yang ada pada lirik lagunya Jogja Hip-Hop," terang Panji pada Rabu, (30/08)  saat ditemui penulis di kediamannya di kabupaten Sukoharjo. 

Seiring berlalunya waktu, wilayah desa Bekonang membuat produk sendiri tersebut yang dinamakan ciu bekonang yang sekarang bertempat di dekat pasar Bekonang.

SEJARAH CIU BEKONANG

Ciu bekonang menurut catatan pertama kali dibuat saat masa pemerintahan Belanda dengan tujuan untuk membuat orang menjadi sedungu keledai ("as stupid as a donkey"). Dengan kata lain, ciu bekonang dibuat sebagai sebuah produk untuk membodohkan masyarakat, khususnya orang keraton Solo. 

Namun seiring berjalannya waktu, ciu bekonang malah menjadi minuman keras khas dari Sukoharjo dan bukan menjadi sebuah minuman para bangsawan Keraton Solo dan sekitarnya lagi.

BACA JUGA: KREATOR INI JAGO BIKIN MINUMAN HIGH CLASS DARI BAHAN SIMPEL

Di daerah asal ciu bekonang sendiri yakni desa Cangkol dan Bekonang, jumlah produsen ciu bekonang rumahan sekarang sudah mencapai sekitar 300-an lebih. Namun, para produsen tersebut hanya membuat bahan mentahnya dengan izin berdasarkan peraturan-peraturan tertentu, demikian menurut penuturan Edwin, salah satu anggota masyarakat desa Bekonang.

Tim Sakit Ciu Kluthuk Nusantara
Inilah tampilan depan rumah yang menjadi lokasi produksi Tim Sakit Ciu Kluthuk Nusantara (Foto : Dok. penulis) 

Sekarang pabrik ciu bekonang terbesar ialah Gedang Klutuk Nusantara yang memiliki paguyuban bernama Tim Sakit. Masyarakat umum biasanya hanya memproduksi bahan mentah ‘calon’ ciu yang setengah jadi yang kemudian dikirim ke para produsen tersebut untuk diolah lagi dan didistribusikan ke para pembeli.

Lokasi produksi ciu bekonang
Suasana lokasi produksi ciu bekonang saat penulis datang berkunjung. (Foto: Dok. penulis) 

"Selain dimanfaatkan menjadi minuman keras, ciu bekonang juga biasanya diolah menjadi produk lain yaitu alkohol medis," kata Edwin, seorang anggota masyarakat Bekonang sekaligus owner merchandise Bekonang Keras pada Sabtu, (01/09) saat ditemui penulis di Caffe RDK Sukoharjo.

Selama masa pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia dari 2020 hingga 2022 lalu, seperti kita ketahui volume penjualan alkohol medis meningkat sangat tinggi. Bahkan sempat terjadi kenaikan harga produk hand sanitizer yang fantastis di berbagai platform e-commerce karena panic buying. 

Uniknya, karena peningkatan jumlah permintaan pasar terhadap produk hand sanitizer ini, masyarakat Bekonang malah bisa mendapatkan banyak untung. Ciu bekonang yang mereka produksi kemudian diolah menjadi alkohol medis yang bisa dijual ke pabrikan hand sanitizer.

BERAGAM VARIAN RASA

Varian rasa ciu bekonang
Varian rasa ciu bekonang sangat banyak, dari yang murni tanpa rasa sampai ke lemon. (Foto: Dok. penulis)

Layaknya produk minuman lain, ciu bekonang juga mempunyai banyak varian. Di antaranya ciu bekonang Gedhang Kluthuk, Ketan Hitam, Melon, Cocopandan, Lemon, Blue Exotic, dan ciu bekonang putihan yang notabenya ciu murni tanpa perasa.

Ciu bekonang ini memiliki kandungan alkohol 30% sampai 35%. Namun, ciu bekonang yang diproduksi untuk alkohol medis memiliki kandungan alkohol hingga 90%.

"Ciu bekonang adalah ciu tradisional yang terjamin aman dan tidak menimbulkan efek buruk diminum dalam jangka panjang, asal ciu tersebut murni, tidak dioplos dengan campuran lain," ucap Edwin pada Sabtu, (01/09) saat ditemui di rumahnya di Mojolaban, Sukoharjo.

Uniknya ternyata karena sudah ada sejak lama, anak muda di sekitar desa Bekonang tidak merasa segan atau malu ketika saudara mereka atau tetangga mereka meminum ciu bekonang.

Sejumlah anak muda yang dari luar kota pun kalau berkunjung ke desa Bekonang pasti mencari ciu bekonang tersebut untuk oleh-oleh atau diminum bersama dengan teman-teman yang juga sesama penikmat minuman keras.

MEMICU LIMBAH 

Sayangnya di balik banyak keuntungan ekonomi yang didapatkan, tidak bisa dipungkiri bahwa produksi ciu bekonang juga memicu timbulnya limbah yang hingga saat ini belum ditangani dengan baik.

Penyebabnya adalah melubernya jumlah volume limbah ciu bekonang yang melebihi kapasitas IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah). Selain itu, teknologi IPAL di kabupaten Sukoharjo juga belum begitu mumpuni untuk mengubah air limbah ciu bekonang agar lebih aman saat dibuang ke lingkungan sekitar. 

Saat ini limbah ciu bekonang yang tidak tertangani dengan baik tersebut membuat para petani menjadi resah karena mereka mengalami kegagalan panen gara-gara lahan sawah mereka yang terkena limpahan air limbah tersebut. 

Limbah ciu bekonang sendiri sekarang termasuk menjadi salah satu jenis limbah pencemar persawahan dan sungai tertinggi di Sukoharjo, bahkan mengalahkan limbah pabrik tekstil.

"Dalam sehari limbah cair industri minuman beralkohol di desa Bekonang, Mojolaban, mencapai 11 ribu liter air. Limbah ini mempunyai kadar BOD 50.000 mg/l, kadar COD 150.000 mg/l dan kadar TSS 5000 mg/l. Hasil tersebut di atas melampaui batas maksimal baku mutu limbah cair yang sudah ditetapkan pemerintah," ungkap Randi, seorang aktivis sekaligus petani Kec. Mojolaban pada Selasa, (12/09) saat ditemui penulis di tempat warung minuman hasil bumi miliknya di desa Bekonang.

Sebenarnya para masyarakat khususnya petani di Sukoharjo pernah melakukan demo/ unjuk rasa tentang maraknya pembuangan limbah tersebut tetapi masyarakat masih bingung siapa yang harus disalahkan karena ada 400-an lebih rumah produksi yang ada di desa tersebut.

Sebagai produk miras lokal yang menjadi salah satu warisan budaya lokal Sukoharjo, ciu bekonang harus diakui penuh dengan kontroversi.

Tapi menurut penulis, janganlah coba-coba minum miras apalagi ciu yang tidak direkomendasikan dan tidak baik untuk kesehatan tubuh kita. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Sulthon Amanulloh

Mahasiswa jurusan Sastra di kampus yang tidak terkenal dan menyambi bekerja menjadi kapster di sebuah barbershop