Tulisan ini berdasarkan pengamatan pribadi gue selama 6 tahun sekolah di desa. Nyatanya bukan karena tenaga pendidik yang tidak kompeten, atau prasarana yang tidak lengkap. Ekonomi? Kayaknya nggak juga.
FROYONION.COM - Anak-anak cewek biasanya duduk melingkar kayak mau mulai upacara sekte aliran sesat tapi sebenernya mereka cuma mau ghibah.
Di momen kayak gini, kebetulan ada salah satu temen gue tiba-tiba nanya “Ar, kamu mau kuliah?“
Waktu itu gue dengan yakin anggukin kepala, padahal mah nggak ada jaminan pasti gue bisa kuliah karena faktor ekonomi tapi itu bukan jadi alasan ortu gue untuk nggak kuliahin anaknya.
Gue juga nanya mereka balik dan jawaban mereka adalah “Gimana orang tua aja sih“. Yang lain jawab: “ Ortu mah terserah, kalau ada duit yaa kuliah “ , bahkan ada yang jawab: “ Gue mau sih kuliah, tapi ortu nyuruh kerja ajah“.
Percakapan gue tentang lanjut sekolah nggak berhenti di situ, Civs. Rata-rata jawaban mereka itu menggambarkan tentang ketidakpastian yang diberikan oleh orang tua.
Bahkan yang faktor ekonominya cukup baik pun sama halnya ngalamin rasanya digantungin sama ortu, galaunya melebihi digantung doi sumpah.
Kebanyakan orang tua di sini (di desa gue ya) itu kurang peduli sama pentingnya pendidikan. Dan ya, dalam mendidik anak pun mereka menyerahkan sepenuhnya ke sekolah jadi nggak ada kerja sama antara sekolah dan orang tua.
BACA JUGA: MENGAPA ANAK MUDA SUKA HEALING DI DESA TAPI ENGGAN HIDUP DI SANA?
Sering banget nemuin orang tua yang marahin anaknya karena pulang telat dari sekolah padahal abis ekskul atau kerkom. Tapi beda halnya ketika anaknya pulang telat karena main atau diajak sama cowok apalagi kalau dia tajir uluhh-uluhhh.
Sebagai cewek sering banget denger kalimat “ Duh, ngapain sih sekolah tinggi-tinggi kalau ujungnya nyusruk dapur!“. Duh, pengin banget gue berubah jadi titan saat itu juga lalu menyebar virus ketitanan, tapi gue cuman bisa mesem pait sama ketawa garing.
BACA JUGA: SEBERAPA PENTING ADAT DAN BUDAYA DAERAH BAGI ANAK MUDA?
Oke gue setuju kalau ridho ortu itu emang penting, tapi mereka berdiri di atas ketidaktahuan dan ketidakpedulian terhadap pendidikan. Mereka melestarikan sebuah lingkaran setan kemiskinan dan ketertinggalan untuk anak-anaknya. Makanya hidup mereka ya jadinya begitu-begitu ajah. Nggak ada yang naik level ataupun keluar dari kungkungan lingkungan yang seperti itu.
Jadi kalau dikatakan penyebab anak-anak desa itu nggak kuliah karena tenaga pendidik kurang kompeten, ya menurut gue kurang bener sih. Karena buktinya gue masih bisa setara sama anak kota. Kesusahan yang temen-temen gue alamin tentang teori aljabar sama trigonometri apalagi siklus akuntansi itu semuanya sama.
Prasarana? Mungkin bisa jadi salah satu faktor yang menentukan. Tapi itu lebih mengarah pada proses kenyamanan pembelajaran justru anak-anak di desa dan para guru berupaya untuk pecahin masalah itu bareng-bareng. Keren!
Semuanya kembali lagi sama pembentuk pribadi awal anak yaitu orang tua. Nyatanya bukan juga karena BIAYA yang menghambat, karena sebetulnya beasiswa sekarang itu banyak. (*/)