Nyatanya perbandingan pengamen di Indonesia dengan di luar negeri sana jauh berbeda. Mulai dari tempat, kualitas, sampai ke kelas sosial udah jelas jauh berbeda.
FROYONION.COM - Musik buat gua adalah hal yang hampir bisa temui di mana pun kita berada. Dari tempat mewah sampai ke jalanan, musik selalu bisa kita temuin. Terlebih di jalanan, musik sering banget kita jumpain di setiap sudutnya. Salah satu sosok yang menyumbang kontribusi musik di jalanan ya tentunya para pengamen.
Pengamen, kalau kita merujuk dari wikipedia bisa disebut dengan seniman jalanan. Bentuk seninya bisa apa aja, mulai dari menyanyi, menari, menggambar atau melukis, dan kesenian lainnya.
Dan umumnya, di Indonesia sendiri profesi pengamen ini biasa dilakoni oleh mereka yang tidak berkecukupan atau bahkan putus sekolah. Sehingga, untuk menyambung hidup mereka pun turun ke jalanan untuk mencari uang.
Namun, nyatanya gua menemukan banyak perbedaan antara pengamen yang ada di Indonesia dan di luar negeri. Kalau di Indonesia kita seringkali melihat pengamen sebagai cara termudah dalam mencari uang.
Well, pendapat ini sebenarnya bisa dijustifikasi dengan banyaknya pengamen di Indonesia yang sebenarnya tidak memiliki kemampuan bernyanyi atau bermusik dan bahkan beberapa dari merekaa ada yang hanya menyetel musik terus tinggal joget.
Bahkan beberapa dari kita pun seringkali merasa terasa terganggu apabila bertemu dengan pengamen-pengamen di jalan ataupun di transportasi publik. Karena ya balik lagi, seringkali apa yang mereka lakukan bukannya membuat kita merasa terhibur justru malah membuat kita terganggu Terlebih, banyak pengamen yang tujuannya hanya mencari uang aja sehingga seringkali mereka meminta imbalan dengan cara yang maksa.
Jika dibandingkan dengan para pengamen di luar negeri terutama di Eropa ataupun Jepang atau negara Asia timur lainnya. Pengamen di luar sana jelas lebih memberikan esensi dari seni itu sendiri.
Banyak pengamen dari luar negeri yang benar-benar mahir di bidangnya. Mulai dari musik, menari, menggambar, dan lainnya para pengamen di luar negeri sana rasanya benar-benar merepresentasikan makna seniman jalanan sesungguhnya.
Ada banyak perbedaan antara pengamen di Indonesia dan di luar negeri, yang bakal gua coba bahas dalam beberapa poin nih Civs!
Pertama, kita bisa menjumpai pengamen di mana aja dan di situasi kapan aja kalau di Indonesia. Karena para pengamen di Indonesia lebih memilih untuk berkelana ke banyak tempat berbeda dengan pengamen di luar negeri yang stay di satu tempat.
Karena balik lagi, para pengamen di Indonesia menjadikan mengamen sebagai profesi utama mereka sehingga mereka harus mencari uang dengan cara berkelana ke banyak tempat untuk mengamen.
Berbeda dengan para pengamen di luar negeri yang biasanya stay di satu tempat yang benar-benar menjadi tempat lalu lalang masyarakat sekitar. Alasannya, karena ga semua tempat di luar negeri sana memiliki izin untuk mengamen.
Kemudian, berbeda dengan pengamen di Indonesia yang justru menghindari para polisi atau satpol pp karena takut di razia, para pengamen di luar negeri sana justru harus mencari izin ke polisi agar bisa mengamen di jalanan.
Misalnya di Jepang, mengamen biasa dikenal dengan istilah rojou-raibu atau live on the street. Para pengamen ini harus mengurusi izin penggunaan jalan ke polisi sesuai dengan Pasal 77 Ayat 2 UU Lalu Lintas di Jepang agar tidak ada resiko untuk mengganggu lalu lintas jalan. Berbeda dengan pengamen di Indonesia yang seringkali menyebabkan kemacetan.
Jadi dari segi lokasi mengamen, pengamen di Indonesia dan di luar negeri udah jauh berbeda. Pengamen di Indonesia memilih untuk berkelana juga seringkali dikarenakan di lokasi yang lama sering diadakan razia karena balik lagi, mereka mengamen bahkan ga ada izinnya berbeda dengan pengamen di luar negeri yang harus ngurus perizinannya dulu sebelum bisa mengamen di jalanan.
Alasan kedua nih Civs, nyatanya modal para pengamen Indonesia jika dibandingkan dengan pengamen di luar negeri sana udah bagai bumi dan langit. Di Indonesia, kita masih bisa ngeliat pengamen dengan modal kecrekan yang berasal dari beras. Tapi, di luar negeri kita bahkan bisa ngeliat pengamen di sana nampilin musiknya make piano dan bahkan bawa sound systemnya sendiri.
Dari sini kita bisa melihat, bahwasanya pengamen di Indonesia dan pengamen di luar negeri dari segi modal aja udah jauh berbeda. Para pengamen di luar sana emang bener-bener musisi yang emang lagi mencoba mencari lahan untuk manggung dan mencari atensi dari masyarakat di sana, berbeda dengan Indonesia yang tujuan mengamennya untuk mencari nafkah.
Bahkan, di beberapa negara yaitu Spanyol dan Bulgaria para pengamen diwajibkan untuk memiliki ijazah diploma pendidikan musik. Yes, nyatanya ijazah di bidang musik nyatanya dibutuhkan untuk mengamen di Eropa. Dalam regulasinya, pemerintah Bulgaria membagi zona untuk para pengamen.
Zona pertama, yaitu area pusat pembelanjaan dan wilayah Kota Tua yang hanya memperbolehkan pengamen dengan kualifikasi yang sesuai dengan regulasi. Zona kedua, yaitu untuk para pengamen yang belum memiliki ijazah, namun pernah mengikuti kompetisi atau pernah mengikuti event musik. Dan zona ketiga, yaitu zona bebas yang memperbolehkan siapapun untuk mengamen.
Buat gua, perbedaan inilah yang akhirnya membuat para pengamen di luar negeri sana memiliki kualitas yang bisa dibilang setara dengan musisi sesungguhnya. Dan dengan adanya regulasi ini pun buat gua ini menjadi keuntungan timbal balik untuk pengamen dan juga masyarakat sekitar.
Para masyarakat mendapatkan hiburan berkelas karena para pengamen di sana memang benar-benar musisi yang terkualifikasi dan para pengamen pun mendapatkan tempat yang ramai dan juga mendapatkan uang dari masyarakat yang merasa terhibur dengan musiknya.
Perbedaan yang paling mencolok dan menjadi alasan lahirnya perbedaan-perbedaan yang udah gua jelasin sebelumnya adalah adanya perbedaan status sosial. Yes, ga bisa dipungkiri status sosial pengamen di Indonesia dan pengamen di luar negeri sana udah jauh berbeda.
Nyatanya, pengamen di Indonesia dominan lahir di kalangan kelas menengah ke bawah. Sehingga alasan besar mereka mengamen ya untuk menyambung hidup mereka, berbeda dengan pengamen di luar sana yang bahkan dituntut untuk memiliki pendidikan tinggi dan modal yang besar. Sehingga, tujuan mengamennya lebih besar ke arah mencari panggung dan atensi dari masyarakat sekitar.
2 perbedaan yang gua sebutin sebelumnya adalah bukti adanya perbedaan kelas sosial antara pengamen Indonesia dan di luar negeri sana. Pengamen Indonesia ga bakal minta izin ke kepolisan untuk ngamen, karena bisa-bisa mereka malah ditangkep dan jadi warga binaan.
Para pengamen Indonesia sulit rasanya kalau bisa membeli peralatan musik yang proper, karena uang yang mereka kumpulkan nyatanya dipakai buat menyambung hidup untuk membeli kebutuhan.
Dan pengamen Indonesia sulit rasanya kalau memiliki pendidikan tinggi seperti diploma di bidang musik, karena nyatanya banyak pengamen di Indonesia lahir dari mereka yang putus sekolah karena terkendala biaya.
Dan akhirnya sulit buat kita untuk menuntut para pengamen ini untuk bisa setara dengan pengamen di luar negeri sana karena dari tujuan mengamen mereka aja udah berbeda. Tapi, bukan berati pengamen di Indonesia ga punya kesempatan untuk bisa sukses. Beberapa musisi Indonesia juga nyatanya lahir dari pengamen jalanan misal Kangen Band, ST12, dan lainnya.
Selain itu, memang mulai banyak pengamen yang memiliki peralatan proper dan skill musik yang mumpuni. Tapi, nyatanya lebih banyak pengamen di Indonesia yang masih struggle sampai sekarang. Jadi, sulit rasanya kalau kita menuntut mereka untuk bisa menjadi pengamen seperti di luar negeri sana. (*/)
BACA JUGA: HIDUP MATI MUSIK POP MELAYU DI INDONESIA DARI NORAK SAMPAI DIJADIKAN AJANG UNTUK BERNOSTALGIA