Sebagian dari kita mungkin masih asing dengan istilah satu ini. Ya, Bandwagon Effect adalah alasan mengapa kita selalu ingin mengikuti trend yang sedang terjadi. Lalu apakah faktor yang membuat fenomena ini terjadi? adakah dampak negatif dan positifnya? Yuk simak artikelnya.
FROYONION.COM – Apakah kamu pernah merasakan bahwa kamu ingin mengikuti suatu trend yang sedang terjadi? Apalagi bagi kamu peselancar media sosial yang tidak pernah lepas dengan banyak hal viral setiap harinya. Sebut saja fitur yang pernah ramai di Instagram seperti Add Yours yang mengharuskan kita membagikan data pribadi kita yang berujung dengan penipuan.
Nah, fenomena satu ini disebut dengan Bandwagon Effect. Bandwagon Effect adalah istilah psikologi yang menggambarkan kondisi di mana kita memiliki suatu kecendrungan mengikuti sesuatu yang sedang trend seperti perilaku, challenge, pakaian, gaya, mengunjungi tempat wisata atau tempat makan karena sedang sedang ramai diperbincangkan.
Secara lebih singkat dan jelasnya Bandwagon Effect adalah fenomena ikut-ikutan.
BACA JUGA: DUNNING-KRUGER EFFECT: SAAT LO MERASA PALING SMART DAN TAU SEGALANYA
Asal usul istilah ini sebenarnya berasal dari kata Bandwagon yang merupakan kendaraan hias dalam parade atau karnaval yang mendorong orang-orang untuk melompat ke atasnya dan menikmati musik yang sedang dimainkan.
Efek musik dan perayaan yang dilakukan secara tidak langsung menular sehingga tidak sedikit orang yang ikut serta di dalamnya. Prinsip ini pun digunakan sejak abad ke-19 dalam kampanye untuk menghubungkan kandidat dalam konsep bersenang-senang dan menunjukan bahwa mereka yang tidak ikut-ikutan sebagai orang yang ketinggalan.
Seiring dengan berjalannya waktu, hal ini digunakan sebagai bentuk manipulasi untuk mempengaruhi orang lain agar mengikuti suatu trend dan memiliki implikasi yang sangat meluas.
Bandwagon Effect ini bisa terjadi karena adanya faktor eksternal maupun internal. Misalnya saja faktor eksternal yang dipengaruhi oleh dorongan orang-orang yang berada di sekitar kita, sehingga jika kita tidak melakukan hal tersebut kita bisa mendapatkan sanksi sosial seperti dikucilkan atau dianggap aneh.
Kemudian faktor internal yang terjadi karena kurangnya sikap dalam diri hal ini dikarenakan mudahnya terpengaruh dengan pendapat orang lain yang ditelan secara mentah-mentah tanpa dipertimbangkan terlebih dahulu. Misalnya kita membeli barang yang sedang banyak dibeli tanpa memikirkan apa kegunaan barang tersebut.
Bisa dibilang fenomena ini adalah salah satu bentuk bias kognitif yang memicu kesalahan dalam berfikir dan mengambil keputusan.
Selain faktor eksternal dan internal di atas, ada beberapa faktor eksternal dan internal yang lain yaitu:
Semakin banyak orang yang mengadopsi suatu trend tentu semakin banyak orang yang ikut-ikutan, saat tidak mengikuti hal ini beberapa orang merasa ketinggalan sehingga menjadi tekanan dan akhirnya mau tidak mau harus menyesuaikan diri.
Keinginan diterima atau diakui kelompok menjadi salah satu terjadinya Bandwagon Effect. Misalnya teman-teman kita yang memiliki merek sepatu yang sama hal tersebut membuat kita membeli merek serupa agar dapat menjadi bagian dari kelompok tersebut
Ketakutan dinilai aneh karena tidak mengikuti trend yang dalam beberapa kasus berujung dengan tindakan pengucilan, sehingga agar tindakan itu tidak terjadi kita akan mengikuti trend agar mudah diterima secara sosial.
Bandwagon Effect sebenarnya tidak terlalu berdampak serius jika aspek yang dipengaruhi berupa mode, musik atau budaya. Namun, jika yang dipengaruhi adalah aspek kesehatan ini akan berdampak negatif. Sebagai contoh jika kita yang hidup dalam kelompok masyarakat anti vaksinasi maka kita juga akan cenderung menolaknya sehingga mudah terjangkit berbagai macam penyakit.
Sebaliknya, Bandwagon Effect juga dapat berdampak positif, jika kita berada dalam kelompok yang hobi membaca buku maka kita akan cenderung mempunyai minat membaca yang tinggi. (*/)