Film Indonesia dengan penonton terbanyak pada tahun ini adalah film KKN di Desa Penari dan Pengabdi Setan 2. Kira-kira kenapa ya orang Indonesia suka nonton film horor?
FROYONION.COM - Film horor Indonesia berjudul KKN di Desa Penari dan Pengabdi Setan 2 berhasil ditonton oleh jutaan orang. Pengabdi Setan 2 dinilai sebagai film yang memiliki banyak easter eggs, sedangkan KKN di Desa Penari sudah memiliki banyak pembaca sejak dikenalkan lewat thread di Twitter.
Mengutip dari Film Indonesia, KKN di Desa Penari berhasil mendapat sebanyak 9,2 juta penonton dan Pengabdi Setan 2 mendapat 6,3 juta penonton. Film horor lainnya seperti Ivanna, Qodrat, Jailangkung: Sandekala dan Kuntilanak 3 yang rilis tahun ini pun mendapat lebih dari 1 juta penonton.
Angka di atas membuktikan bahwa orang Indonesia demen banget menonton film horor. Namun, perlu lo ketahui juga bahwa yang tidak menyukai atau tidak bisa menikmati film horor juga banyak.
BACA JUGA: PENJELASAN FILM PENGABDI SETAN 2 BESERTA TEORI-TEORINYA, HATI-HATI SPOILER!
Ketika menonton film horor, sebagian orang menyaksikannya dengan menganggap film horor adalah skenario sebagaimana produksi film pada umumnya. Namun, bagaimana dengan film horor yang berdasarkan kisah nyata?
Lo bisa tetap menikmati film tersebut dengan memahami bahwa film tersebut tidak terjadi di wilayah atau waktu lo saat ini. Mengutip dari The Conversation, ketakutan mungkin setua kehidupan di Bumi. Ini adalah reaksi yang mendasar dan sangat erat untuk melindungi organisme dari ancaman yang dirasakan terhadap integritas atau keberadaannya.
Studi dan interaksi klinis menunjukkan bahwa faktor ketakutan berkaitan dengan konteks. Ketika otak berpikir bahwa kita berada di tempat yang aman setelah proses panjang, kita mengalami gairah tinggi yang mengalihkan rasa takut menjadi rasa senang.
Misalnya ketika lo masuk ke rumah hantu, pemeran hantu di sana melompat dan mengejutkan lo. Saat itu lo mengetahui bahwa mereka bukanlah ancaman karena mereka bukanlah hantu sungguhan melainkan manusia juga, sama seperti lo.
Begitu lo keluar dari rumah hantu pun palingan lo ketawa-ketawa bersama teman lo. Hal itu bisa bikin lo merasa senang. Berbeda ketika lo berada di jalan gelap dan takut semisal ada penjahat atau hantu betulan yang bakal mengejar lo.
Contoh lainnya ketika lo melihat singa di alam liar. Hal itu dapat memicu reaksi ketakutan yang kuat. Namun, respon lo terhadap pemandangan singa yang sama di kebun binatang lebih merupakan rasa ingin tahu dan berpikir bahwa singa itu lucu.
Hal ini karena otak kita memproses informasi kontekstual yang meredam respons rasa takut amigdala serta hasil akhirnya. Pada dasarnya, otak pun berpikir dan meyakini bahwa kita sebenarnya baik-baik saja. Cara inilah yang dipakai supaya lo bisa menikmati film horor, yaitu dengan meyakini bahwa hantu yang lo saksikan di layar lebar hanyalah sebuah produksi film.
Caranya terdengar simpel. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak bisa menikmati film horor?
BACA JUGA: 5 FILM PENDEK HOROR KARYA SINEAS INDONESIA YANG SUKSES BIKIN LO KETAKUTAN
Penonton kerap memilih film horor yang menarik bagi mereka secara pribadi. Ada yang menyukai film horor hantu, tetapi tidak menyukai film horor genre zombie. Begitu pun sebaliknya.
Jika pengalaman menonton film horor tidak cukup memicu otak emosional, atau jika terlalu tidak nyata bagi otak kognitif berpikir, pengalaman tersebut bisa berakhir dengan perasaan membosankan.
Dan jika otak emosional terlalu ketakutan dan otak kognitif terlalu tertekan, film horor dan pengalaman menakutkan mungkin tidak begitu menyenangkan. Erwin Dhia (23) misalnya, menonton film horor bisa membuatnya menjadi paranoid. Erwin gemar menonton film, kecuali film horor.
“Film horor bisa mempengaruhi pikiran gue,” ucap Erwin. “Gue gampang paranoid dan membayangkan [hantu] seakan menjadi nyata. Film atau cerita horor bisa terwujud di pikiran gue. Film horor memberikan gue dorongan adrenalin dan bikin gue memikirkan keberadaan makhluk ghaib.”
Berbeda dengan Sonia (23) yang sangat menikmati film horor. Dia mengaku sangat menyukai film horor Insidious (2010). Sonia bahkan pernah sangat ingin menonton film horor hingga membangun suasana dengan menontonnya di balik selimut.
Bukan berarti semua orang harus menonton film horor atau yang tidak berani menontonnya berarti cemen. Genre film yang ingin ditonton adalah selera atau referensi masing-masing orang. Toh, lagian ini cuman film kok. (*/)
BACA JUGA: DIARY KEMALA, SI ‘AKTIVIS HANTU’ BAKAL JADI FILM ANIMASI BERGENRE HOROR PERTAMA DI INDONESIA