Sebagian anak muda merasa sulit menabung. Mereka menghabiskan gaji bulanan mereka begitu saja tanpa menyisihkannya sama sekali.
FROYONION.COM - Mungkin lo yang anak muda pernah ngerasain yang namanya duit bulanan kok cepet banget ya habisnya. Semua kalangan anak muda, baik anak sekolah, kuliahan, bahkan yang sudah bekerja, semuanya pernah ngerasain hal ini. Kejadian kayak begini sangat mungkin terjadi, kalau lo pada, kesulitan menabung tiap bulannya.
Enggak perlu berlama-lama, langsung aja kita bahas persoalan ini bareng Rheza Sucipto, selaku bagian finance di Froyonion. Berikut 5 alasan kenapa anak muda mengalami yang namanya kesulitan menabung, serta apa aja solusinya terhadap persoalan ini.
1. Mindset kalau “hidup itu cuma sekali”
Istilah “hidup itu cuma sekali” lebih terkenal dalam bahasa Inggris, yaitu “you only live once” alias YOLO. Pola pikir atau mindset YOLO ini bisa jadi berbahaya buat lo, terutama di saat keadaan keuangan lo belum sepenuhnya stabil.
“Contohnya lo pengen dateng ke konser musisi favorit lo, tau nonton tim bola favorit lo bermain. Padahal keadaan ekonomi lo sendiri pas-pasan. Hal ini bisa berdampak buruk pada keadaan keuangan lo,” terang Rheza.
Rheza juga menjelaskan bahwa orang dulu itu mereka menabung terlebih dahulu sebelum melakukan atau membeli sesuatu. Jadi yang mereka korbankan itu masa lalunya, bukan masa depannya. Berbeda sama anak muda zaman sekarang, mereka memilih buat memakai duitnya buat dipakai sekarang, dan siap untuk hidup melarat ke belakangnya.
2. Melakukan pembelian secara impulsif
Ini sering terjadi buat lo yang demen buka media sosial dan terpapar banyak iklan dari sana. Atau lo memasukkan beberapa produk ke dalam aplikasi toko online, dan jadi pengen beli gegara produk tersebut lagi diskon.
Mungkin lo belum sepenuhnya butuh, tapi karena harga produk tersebut lagi murah jadinya lo membeli produk tersebut. Yang begini saran gue lo kurang-kurangin deh.
3. Merasa harus mengikuti tren
Anak muda kebanyakan enggak mau ketinggalan zaman. Tentu lo kadang merasa harus beli iPhone terbaru, laptop baru, atau sepatu baru. Padahal lo enggak membutuhkan barang-barang itu, tapi lo tetep membelinya karena takut ketinggalan tren.
Hal ini juga bisa terjadi karena lo sering melihat media sosial dan lo merasa iri dengan mereka yang memiliki gadget terbaru tersebut. Padahal perlu lo tahu bahwa keadaan keuangan lo sama keadan keuangan orang yang lo lihat di media sosial jelas berbeda.
Banyak yang mengalami hal serupa, dan sebagian orang menganggapnya sebagai fase hidup boros. Hal ini sering terjadi pada anak muda yang demen ngikutin tren, seperti tren nongkrong, fesyen, dan sebagainya.
4. Hindari pinjol dan jauhi “besar pasak daripada tiang”
Di Amerika ada yang namanya student loan. Jadi anak muda sana dikasih pinjaman sebelum menjalankan kuliah. Begitu mereka selesai kuliah, mereka harus membayar utangnya terlebih dulu, baru menjalani bisa menjalankan hidupnya sendiri.
Fenomena dikasih uang dulu ini di Indonesia juga ada, lo bisa minjem ke bank ataupun ke pinjaman online alias pinjol. Ngomongin pinjol, mereka ini mudah diakses (lo tinggal foto KTP), tapi bunga per bulannya gak normal alias mending gak usah.
Peraturan di bank itu, bunga per bulannya maksimal 4%, sedangkan kalau di pinjol bisa sampai 10%. Hal ini juga yang bikin generasi muda punya utang yang menumpuk.
5. Harga rumah yang mahal bwanget
Harga rumah saat ini terlalu tinggi, dan kenaikannya, enggak berbanding lurus dengan kenaikan pendapatan kebanyakan orang. Dulu lo bisa membeli rumah dengan cara menabung dan membayarnya tunai tanpa perlu kredit bank, tapi kalau sekarang mana bisa.
Kalau anak muda mau coba cara yang sama (dengan menabung dan membayar tunai), harga rumah keburu naik lagi sampai 2 sampai 3 kali lipatnya. Hal ini terjadi di mana-mana, enggak cuma di Indonesia.
Dari banyak persoalan di atas. Rheza merangkum beberapa solusi yang bisa lo para anak muda pakai. Yang pertama, lo harus punya yang namanya financial planning. Lo harus mencatat pengeluaran dan pemasukan lo setiap bulannya.
Dengan melakukan pencatatan keuangan, lo jadi sadar akan keadaan ekonomi lo. Dengan melakukan pencatatan pun, lo bisa menghindari diri lo melakukan kesalahan yang sama.
Cara yang kedua adalah lo harus membatasi diri lo dari paparan informasi yang enggak perlu, terutama dari media sosial. Yang ketiga adalah mengetahui batasan keuangan lo. Dengan menjalankan financial planning, lo jadi lebih bisa mengontrol keadaan keuangan yang lo punya.
Lo pun bisa menerapkan metode 50/30/20. 50% buat kebutuhan sehari-hari, 30% kemauan lo (seperti hobi dan jajan), 20%-nya bisa lo tabung.
Rheza sendiri membuat perhitungan sendiri atas keuangannya, dia menggunakan metode 40/30/20/10. Sebanyak 40% dari total penghasilan buat kebutuhan sehari-hari, 30% buat bayar utang, 20% buat ditabung, dan 10% buat hobi. Metode ini dinilai Rheza lebih ringan dari perhitungan sebelumnya. Intinya harus ada yang lo tabung buat masa depan lo, Civs! (*/)
BACA JUGA: TIPS MENGELOLA KEUANGAN BUAT ANAK MUDA SUPAYA MELEK FINANSIAL