Tidak hanya mengandalkan visual, audio atau suara bisa jadi memiliki peran yang lebih besar dalam membangun emosi penonton. Berikut penjelasan suara dalam film, termasuk pembahasan leitmotif.
FROYONION.COM - Dalam proses pembuatan dan penyajiannya, film tentu tidak dapat terlepas dari musik. Maka dari itu dibuatlah soundtrack film, scoring, juga leitmotif. Lalu apa itu leitmotif?
Sebelum masuk ke pembahasan leitmotif, perlu diketahui bahwa dalam film terdapat dua suara: diegetic sound dan non diegetic sound.
Video editor Froyonion, Erwin Dhia Falah menjelaskan bahwa diegetic sound meliputi Character Dialogue, Atmosphere/Ambience, dan Soundtrack. Lalu non diegetic sound meliputi Narrator/ V.O Dialogue, Soundtrack/Music Scoring/Leitmotif.
Mengutip Studio Binder, leitmotif atau motif utama berasal dari opera dan menjadi paling terkenal lewat karya Richard Wagner.
Wagner membangun leitmotif ke dalam karyanya untuk menandakan karakter, lokasi, emosi, bahkan ide. Bisa dibilang, leitmotif adalah cara untuk mengasosiasikan musik secara langsung dalam proses bercerita.
Para komposer film secara alami menggunakan teknik yang sama untuk membuat suara atau audio dapat menyajikan cerita, sebagaimana gambar atau visual pun dapat membuat penonton merasakan sesuatu.
Komposer film John Williams telah membuat leitmotif yang tak terhitung jumlahnya. Beberapa leitmotif populer karya Williams antara lain Jaws, Jurassic Park, Superman, E.T., Close Encounters of the Third Kind—sejumlah film yang memiliki skor ikonik berkat penggunaan leitmotif.
Jenis leitmotif pertama, yaitu digunakan untuk memberi tanda pada penonton tentang kehadiran sebuah tokoh atau karakter. Dalam film Jaws karya Steven Spielberg, komposer John Williams sangat bergantung pada leitmotif hiu yang hadirkan suasana menegangkan bagi yang menonton.
Dalam hal ini, musik mewakili hiu itu sendiri karena kita melihat sangat sedikit monster sampai akhir. Kalau kalian berpikir bahwa membuat leitmotif dalam film itu harus rumit dan berkesan, perlu kalian ketahui bahwa leitmotif Jaws dibangun hanya dengan dua nada.
Jenis leitmotif kedua, yaitu digunakan untuk memunculkan setting atau latar. Dalam film The Lord of the Rings, komposer Howard Shore mengisi hampir semua lokasi utama Middle Earth dengan leitmotif musiknya sendiri.
Dari motif The Shire yang ringan dan mendayu-dayu, hingga tanduk firasat Mordor hadir dalam The Lord of the Rings. Pada film fiksi ilmiah dan fantasi, leitmotif musik ini membantu menempatkan penonton di dunia yang asing.
Jenis leitmotif ketiga, yaitu digunakan untuk mengekspresikan emosi. Pada film Pixar berjudul Up, penonton bisa merasakan penggunaan leitmotif yang melahirkan rasa pilu.
Carl dan Ellie menjalani kehidupan dalam montase awal dengan motif yang awalnya ringan dan lucu saat mereka sedang jatuh cinta. Lalu merasakan sedih saat tragedi melanda.
Tipe leitmotif keempat atau terakhir, yaitu digunakan untuk mengikuti evolusi karakter. Mainkan "Imperial March" dan kebanyakan orang akan langsung memikirkan Darth Vader. Saat pertama kali kita mendengar di film Star Wars, leitmotif ini mengisyaratkan kekuatan jahat Lord Vader.
Namun, dalam The Phantom Menace, saat kita bertemu dengannya sebagai anak laki-laki lugu bernama Anakin, John Williams menambahkan sentuhan leitmotif yang paling samar untuk meramalkan transformasi akhirnya dari sisi terang ke sisi gelap.
Dan di akhir Return of the Jedi, saat Vader terbaring sekarat, kita mendengar iterasi leitmotif yang terasa lambat. Film Indonesia pun menggunakan leitmotif, misalnya yang paling berkesan antara lain film Warkop DKI ataupun Bajaj Bajuri.
Erwin menambahkan satu kalimat terkait leitmotif. “If you hear the sound of dancing leaves, it means I'm coming,” ujarnya, yang berarti: “Jika kalian mendengar suara daun menari, itu berarti aku datang.”