Dalam rangka Hari Ayah Nasional pada 12 November 2021 kemarin, gue mewawancarai seorang Dede Eka Wijaya yang bapaknya unik banget. Buat yang udah dengerin Frodcast episode ‘Ikan Lohan Emang Nggak Ada Yang Gentayangan?’, pasti lo tahu kalo hidupnya Dede agak mistis. Ternyata hal ini karena bapaknya suka hal-hal mistis. Walaupun gitu, ada sisi lain dari Bapak Soka yang membentuk Dede jadi orang kayak sekarang.
FROYONION.COM - Kali ini gue mewawancarai Dede Eka Wijaya, yang sering disapa Dede, anak buahnya Miko Panggayo, dan kali ini karena lagi mau bahas dia dan bapaknya, anaknya Pak Soka.
Dede ini anak terakhir dari 4 bersaudara. Sebagai anak bungsu, mungkin pandangan Dede terhadap bapaknya berbeda dari pandangan abang-abangnya yang lain.
“Bapak gue namanya Soka. Soka aja, nggak ada nama panjangnya. Gue anak bungsu dan gue punya tiga orang abang,” cerita Dede mengawali sesi wawancara dengan Froyonion.
Saat ditanya bagaimana sosok ayah untuk Dede, dia bilang kalau bapaknya adalah seseorang yang cukup unik.
“Wah, bapak gue tuh unik sih. Pertama dia tuh suka banget do it yourself alias DIY. Jadi kalo perabotan rumah ada yang rusak, biasanya dia benerin sendiri,” katanya.
Hal ini ternyata bukan bakat yang dateng tiba-tiba karena pekerjaan Pak Soka sebelum pensiun adalah seorang kuli bangunan dan mandor. Pekerjaannya ini membuat Pak Soka punya keahlian bangun-membangun dan tentu saja memperbaiki sesuatu. Tapi selain itu gara-gara urusan pekerjaan, Pak Soka jadi punya kesempatan jalan-jalan. Bukan jalan-jalan biasa karena ada proyek aja, tapi jalan-jalan mistis juga diembat.
“Kedua, bapak gue tuh mistis. Dia suka berkelana menelusuri tempat-tempat bersejarah dan mistis di Indonesia. Makanya kalo lu dengerin Frodcast, cerita gue tuh beneran. Termasuk yang sering kesurupan, salah satunya juga karena bapak gue. Bahkan kalo gue kesurupan, makhluk yang masukin gue malah diajak ngobrol sama bapak gue,” cerita Dede sambil ketawa-ketiwi menyadari tingkah bapaknya yang unik.
Menilik cerita-cerita sejarah Indonesia dari zaman Majapahit sampai politik Indonesia saat ini adalah salah satu hobi Pak Soka. Dede juga cerita kalau bapaknya sering nyeritain pengalaman berkelana beliau saat masa muda. Pengalaman Pak Soka saat muda ini selain bikin wawasan beliau soal hal-hal berbau sejarah dan mistis jadi luas, juga menjadikan beliau jadi orang yang supel.
“Bapak gue tuh gampang banget kalo diajak ngobrol. Dari berita sampe sinetron dia bisa nyambung. Sejarah sama mistis gitu dia ngerti. Soalnya dia orangnya gampang banget buat bergaul. Nggak kaku gitu,” katanya.
Kalo dilihat-lihat, sifat-sifat Pak Soka ini ternyata nurun juga ke Dede. Mulai dari kesukaan untuk membuat dan memperbaiki sesuatu, sampai skill buat gampang bergaul. Emang bener kata orang, sifat orang tua bisa juga nurun ke anak.
Sampai sini sosok Pak Soka kelihatan ramah dan supel, yah? Ternyata sifatnya ini nggak cuma ditunjukin ke orang lain, tapi juga sama keluarganya.
Dede bilang kalau bapaknya bukan sosok orang tua yang mengekang. Kebebasan adalah salah satu hal yang diberikan kepada semua anak-anaknya. Untuk Dede sendiri, sebenernya nama aslinya bukan Dede tapi Eka. Lah, aneh kan ya? Ternyata begini ceritanya..
“Waktu gue kecil tuh gue maunya dipanggil Dede. Kalo nggak dipanggil Dede gue nggak mau noleh. Makanya orang tua gue bela-belain ngubah nama gue dari akte, data-data di sekolah, semuanya deh. Sekarang nama gue jadi Dede Eka Wijaya deh. Nah dari sini aja udah kelihatan kalo bapak gue emang ngebebasin gue. Bahkan nama aja gue bisa request,” cerita Dede tentang asal muasal namanya.
Selain ngebebasin milih nama sendiri, bapaknya juga ngebebasin Dede buat pilih jurusan kuliah yang dia mau. Mungkin berbeda dengan orang tua lain yang justru sangat mengarahkan masa depan anak-anaknya.
Menurut cerita Dede, setelah lulus dari SMK, dia sempat bingung untuk memilih jurusan yang nggak ada itung-itungannya. Maklum, soalnya Dede udah enek banget sama matematika dan saudara-saudaranya.
Setelah nyari-nyari, ketemulah beberapa jurusan seni yang nggak terlalu membutuhkan keahlian menghitung. Dede akhirnya berlabuh pada Desain Komunikasi Visual di Universitas Multimedia Nusantara.
Tapi, Dede sadar kalau biaya kuliah di UMN nggak murah. Makanya dia berusaha untuk selalu cari beasiswa supaya orang tuanya nggak terlalu keberatan. Setelah memastikan kalo dia bisa dapet beasiswa, barulah dia bilang ke bapaknya soal jurusan kuliah yang dia mau.
“Respon pertama bapak gue adalah diem. Karena dia tahu biayanya nggak murah. Uang masuk aja mahal, belum lagi uang per-semester dan biaya untuk kebutuhan lainnya. Tapi, gue nggak nyangka bapak gue ngelakuin hal yang bikin gue tersentuh banget,”
Setelah tahu kalau anaknya pengen masuk DKV UMN, Pak Soka langsung memberikan restu. Biaya yang notabene mahal nggak jadi faktor yang terlalu dipertimbangkan olehnya. Hari itu, Pak Soka mengumpulkan duit senilai puluhan juta dalam cash yang dimasukkan ke kresek hitam supaya Dede bisa daftar kuliah.
“Ini duit buat kamu. Kalau mau kuliah silahkan, nggak kuliah juga nggak apa-apa. Tapi kalau kalo nggak mau kuliah, jangan pernah bilang kalau bapak nggak nyekolahin kamu ya. Semuanya terserah kamu, tapi harus bertanggung jawab,” cerita Dede menirukan perkataan bapaknya 5 tahun lalu.
Perkataan ini membuat Dede sadar betapa besar kasih sayang bapaknya ke dia. Sorot mata haru juga ditunjukkan Dede waktu nyeritain ini.
“Bapak gue emang nggak sempurna. Tapi gue tahu kalo dia orang yang bisa seratus persen percaya sama gue di saat nggak ada satu orang pun yang percaya sama gue,”
Mulai dari kerja keras, ketulusan, hingga cara memperlakukan orang lain adalah beberapa hal yang Dede pelajari dari bapaknya.
“Salah satu hal yang juga gue pelajari dari bapak gue adalah untuk memperlakukan perempuan. Bapak gue tuh sayang banget sama Ibu gue. Sekarang karena udah nggak kerja, dia bantuin Ibu gue kerja. Kalo Ibu gue lagi capek, dia selalu mijitin. Dari hal-hal kecil itu gue belajar cara menyayangi perempuan dengan benar,”katanya.
Ternyata, banyak juga pengaruh dan peran ayah di kehidupan seorang Dede. Gue percaya, sosok ayah juga nggak kalah penting dari Ibu dalam mendidik seorang anak. Di hari ayah ini, lewat cerita Dede gue pengen membagikan perspektif seorang anak dalam melihat ayahnya.
Memang nggak ada ayah yang sempurna di dunia ini. Tapi kalau kata Dede, ambil contoh yang baik dan buang yang buruk. Nantinya, hal-hal yang kita pelajari ini bisa kita terapkan saat kita berkeluarga kelak.
“Gue sadar kalo bapak sama ibu gue sekarang udah tua. Sebagai anak bungsu, hal yang gue kesali adalah karena waktu gue untuk sama orang tua jadi lebih sedikit. Karena ini gue jadi pengen cepet-cepet bikin mereka bangga dan seneng di masa tuanya. Itu sih harapan gue saat ini,”kata Dede menutup sesi wawancara bersama Froyonion.
Buat lo yang masih punya ayah, jangan malu-malu yak buat nunjukin seberapa sayangnya kita ke dia. Karena hidup di dunia kan cuman sementara, selagi bisa ketemu, tunjukin aja.
Selamat Hari Ayah Nasional buat semua bapak, papa, ayah, babeh, di Indonesia. (*/)