Rumor yang beredar sih jam kerja ga menentu, capek, dan harus kuat mental. Tapi di sisi lain, bisa magang di stasiun TV sampe sekarang masih jadi prestise tersendiri. Jadi, worth it nggak ya?
Bisa kerja di stasiun TV kayaknya impian semua anak muda yang suka sama media dan industri kreatif deh. Apalagi kalo masa kecilnya sering nonton Extravaganza, Akhirnya Datang Juga, Opera Van Java, dan serangkaian acara TV lainnya yang nggak cuma nyorot artis-artisnya aja, tapi juga kru yang bertugas.
Ternyata ketertarikan untuk nyoba kerja di TV juga dirasakan sama Ananda Cindy, cewek 23 tahun yang sekarang tugasnya jadi Social Media Officer di Froyonion.
“Gue pernah magang di salah satu stasiun TV swasta yang bisa dibilang bergengsi lah ya. Apalagi di kalangan anak muda,” katanya menceritakan awal mula ia magang di stasiun TV.
Pengalaman magangnya ia mulai tahun 2019 saat ia masih berkuliah di Universitas Indonesia, jurusan Komunikasi. Dalam 3 bulan yang Cindy lewati, ternyata ada seribu satu cerita yang ia alami.
“Jujur, gue magang karena iseng pengen nyoba. Kebetulan ada salah satu temen gue yang magang di stasiun TV itu juga. Terus gue iseng nanya ada lowongan magang juga atau enggak. Eh, ternyata ada. Jadi ya udah deh gue ikutin proses seleksinya sampe bisa magang di TV sebagai Production Assistant,” ujarnya.
Mulai dari tahap kirim CV, cover letter, dan esai, Cindy terus melaju ke tahap-tahap berikutnya. Cindy juga menjabarkan proses seleksi kalo mau magang di stasiun TV, yaitu tahap pengiriman berkas, wawancara dengan HRD, wawancara dengan supervisor, hingga wawancara dengan user.
Setelah melalui proses seleksi yang cukup panjang, barulah Cindy memulai petualangan magangnya yang naik-turun kayak roller coaster.
“Biasanya, anak magang tuh cuma dikasih satu program aja buat di-handle. Tapi, waktu itu gue dipercayakan untuk pegang 4 program sekaligus. Antara berkat sama beban sih, karena ternyata berat banget,” tuturnya bernostalgia ke masa-masa magang.
Sebagai Production Assistant (PA), Cindy punya tugas untuk mengelola social media program-program TV yang dipercayakan kepadanya, mempersiapkan keperluan syuting mulai dari alat, perlengkapan, hingga kostum. Cindy juga aktif berkoordinasi dengan produser program dalam menjalani masa magangnya.
Dari keempat program yang pernah ia tangani, Cindy mengaku kalo setiap program punya kesulitannya masing-masing.
“Ada yang tipenya tapping atau syuting dulu baru tayang dan ada juga yang tipenya live atau siaran langsung. Kedua jenis itu kesulitannya pasti beda. Misal kalo tapping berarti persiapannya harus mateng, tapi di sisi lain bisa ngulang take kalo salah. Kalo live berarti apapun yang terjadi, harus tetep jalan,”ujar cewek yang hobi koleksi vinyl ini.
Pegang 4 program sekaligus pasti ada suka dan duka yang Cindy rasakan. Bisa belajar banyak hal langsung dari orang-orang berpengalaman tentunya jadi manfaat yang Cindy terima. Tapi, Cindy juga mengaku pernah nangis di toilet saking penat dan stres sewaktu magang di TV.
“Ini malu-maluin sih, tapi gue pernah sampe nangis di toilet waktu gue magang. Karena, se-stress itu. Apalagi gue kadang suka disuruh ini-itu yang notabene bukan tugas gue. Gue inget ada satu senior di TV yang entah kenapa sensi banget kalo sama gue. Sumpah, di situ mental gue bener-bener diuji sih,” tuturnya.
Tapi Cindy juga menekankan kalo stres bekerja pasti dialami sama siapapun dan di manapun seseorang bekerja. Semua pekerjaan pasti ada tingkat stresnya masing-masing. Jadi, Cindy juga nggak pengen mematikan semangat Civillions yang pengen magang di TV.
“Saran gue jangan takut, coba aja. Kalo kalian emang tertarik buat berkarier di stasiun TV dan industri kreatif, just go for it. Pesan gue juga, kuatkan mental. Dibanding rumor kerja sampe subuh dan gaji yang nggak sepadan, gue rasa menyiapkan mental jauh lebih penting sih daripada hal-hal lain kalo lo emang mau kerja di TV,”katanya.
Saran itu juga menutup cerita pengalaman Cindy selama magang di stasiun TV. Gambaran udah dapet, tips dan saran juga udah, tinggal lo yang menentukan mau maju atau enggak untuk nyoba. (*/)