Food

TIGA KULINER YOGYAKARTA LEGENDARIS VERSI INDONESIA KAYA

Yogyakarta punya segala daya tarik wisatawan. Mulai dari budaya, keindahan alam, sampai bidang pendidikan. Semuanya berkolaborasi menjadikan kuliner Yogyakarta jadi kuliner yang sangat kaya.

title

FROYONION.COM - Biasanya orang luar Indonesia tidak punya bayangan seberapa luas dan kaya Indonesia, tapi kita masyarakatnya sadar, Pulau Jawa aja suku dan budayanya jauh beda dari barat ke timur. Termasuk cita rasa makanannya, misalnya kuliner Yogyakarta.

Indonesia Kaya membangun Galeri Indonesia Kaya yang memanfaatkan digital platform, salah satunya di YouTube Indonesia Kaya. Medium ini diharapkan bisa meningkatkan kepedulian melestarikan budaya yang sedikit demi sedikit hilang ditelan waktu.

Salah satu series yang diluncurkan adalah Kuliner Indonesia Kaya, yang meliput kekayaan santapan khas Nusantara, mulai dari Makassar, Kudus, Cirebon, juga Yogyakarta. Nggak sulit menemukan kekayaan kuliner di Yogyakarta. Seluruh sudutnya berwarna berbeda-beda, tergantung di mana daerahnya. Kuliner di kawasan mahasiswa, tentu beda sama kuliner di daerah keraton. Sajian di wilayah pesisir pantai Gunungkidul pasti nggak sama dengan kudapan di Kaliurang. Justru di situlah serunya!

Kita bisa mencicipi gudeg basah di malam hari, dan gudeg kering untuk sarapan paginya. Dari gudeg yang manis, lalu pergi jauh ke Bantul untuk makan mangut lele yang pedas dan gurih. Nggak lupa cemilan bakpia isi kacang hijau yang gurih dan manis di sepanjang Jalan Pathuk di belakang Jalan Malioboro, sampai tiwul dan gatot yang kenyal yang terbuat dari singkong.

Kekayaan kuliner Yogyakarta bahkan udah dijelajahi juga sama Rangga dan Cinta di film Ada Apa dengan Cinta 2 (2016). Di kesempatan ini kita akan bahas kekayaan kuliner Yogyakarta yang udah jadi legenda, yang bisa ditonton di sini: Kuliner Indonesia Kaya: Kuliner Yogyakarta.

1. Gudeg Manggar

Mulai dari restoran yang sudah punya banyak cabang, sampai mbok-mbok penjual gudeg kaki lima, gudeg sangat gampang ditemukan. Fun fact! Ternyata gudeg nggak selalu dibuat dari nangka muda, tapi ada juga gudeg dari bunga muda pohon kelapa yang disebut gudeg manggar.

Salah satu yang terkenal adalah Gudeg Manggar Bu Dullah yang sekarang udah sampai di generasi kedua, putrinya yang bernama Ibu Wulan. Gudeg manggar butuh proses yang lebih lama dibandingin gudeg nangka biasa. Prosesnya bisa makan waktu hampir sehari semalaman. Jadi, bikin hari ini, buat dijual besok.

Apa sih yang bikin gudeg manggar ini istimewa? Jadi aslinya dulu gudeg ini adalah makanan para raja yang sangat istimewa. Bukan tipe makanan yang bisa disantap tiap hari. Inilah yang jadi daya tarik wisatawan jauh-jauh dateng ke Bantul buat cicipin makanan raja.

2. Mangut Lele

Masakan ini udah nggak asing lagi buat pecinta kuliner Yogyakarta. Mangut lele yang paling terkenal adalah Mangut Lele Mbah Marto, yang sama kayak cerita gudeg manggar di atas, udah sampai generasi kedua, yaitu anaknya yang bernama Pak Poniman.

Ternyata, dulu Mbah Marto jualan mangut lele dengan cara digendong, jalan kaki sampai Keraton, Malioboro, Beringharjo yang ternyata laris manis. Ketika jalan pulang menuju rumah pasti sudah hampir habis. Akhirnya, Mbah Marto stay di rumahnya.

Mangut lele sebenarnya resep khas Jawa Tengah dan Yogyakarta, namun ciri khas Mbah Marto adalah rasa pedasnya yang menonjol dan diperkaya dengan rempah-rempah. Selain itu, di dapur ini juga pengunjung bisa melihat sendiri Mbah Marto yang sudah lanjut usia tetap ikut masak.

Dimasak di atas kayu bakar dan tungku, dengan lele yang diasap dan kuah santan gurih pedas, pengunjung bisa langsung santap di tempat, di depan dapur Mbah Marto yang tradisional dan sederhana. Nggak cuma mangut lele, di sini juga ada gudeg, sambal goreng krecek, dan garang asem.

3. Gatot dan Tiwul

Siapa yang nggak tahu gatot dan tiwul? Hmm mungkin cukup banyak ya, karena jajanan pasar tradisional ini sedikit demi sedikit mulai hilang juga popularitasnya, tergantikan sama cemilan lain yang lebih baru.

Gatot dibuat dari singkong kering yang direndam selama 3 hari, lalu bisa dipotong kecil-kecil atau diparut, dan setelah itu dikukus. Hasil akhirnya bertekstur kenyal. Oh ya, biasanya sebelum dikukus ditambahkan gula dan garam dulu supaya hasilnya gurih dan manis. Setelah matang ditaburi kelapa parut.

Tiwul terbuat dari tepung singkong yang disaring dan digiling sampai lembut, lalu dicampur dengan gula jawa dan kelapa parut. Diaduk rata dan dikukus dengan wadah tampah anyaman bambu. Bentuk akhir tiwul Mbok Sum berbentuk seperti bolu mini yang dibungkus di kotak kecil sesuai ukuran. Cantik!

Oh ya, tiwul ini juga banyak variasi rasa, ada gula pasir, gula merah, juga rasa buah. Selain itu, ada juga variasi rasa coklat dan keju. Yang bikin kaget, bahkan rasa sambel juga ada!

Mbok Sum awalnya berjualan tiwul karena banyaknya petani gaplek (singkong yang dikeringkan) di sekitarnya. Banyak orang yang berkunjung suka dengan tiwul dan ingin membawanya jadi oleh-oleh khas Yogyakarta. Ternyata, dari situ banyak anak muda yang juga tertarik buat bantu jualin tiwul Mbok Sum. Sekalian memperkenalkan tiwul ke kota lain. Cocok banget sama semangat melestarikan makanan tradisional.

Saat kita makan, bukan hanya fisik makanan itu yang kita serap dan cerna, tapi ada juga tradisi dan budaya yang berusaha dijaga. Banyak cerita yang udah buktiin kalo makanan ini mampu bertahan lintas generasi. Nggak perlu banyak gimmick, nggak pake diskon dan promosi gede-gedean, kedainya juga nggak rame setiap saat, tapi yang pasti, kuliner legendaris bertahan lama karena langganan loyal yang selalu datang lagi.

Meski Yogyakarta juga udah mengalami transformasi gede-gedean kayak kota lainnya di Indonesia, tapi citarasa kuliner asli emang selalu bikin kangen lagi dan berkesan di hati. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Avida Sa'aya

Ibu anak dua yang suka nulis suka-suka. A human being with many interest. Suka jalan-jalan, tapi juga doyan mager di rumah.