Setiap coffee shop itu kan punya signature sendiri-sendiri. Sekarang coffee shop membawa pengaruh yang besar terhadap pergerakan komunitas, termasuk komunitas craft. Kalau boleh dibilang, ide tentang craft itu lewat kultur ngopi.
FROYONION.COM - Kamu menyadari gak sih kalau ngopi dalam rentang satu dekade ini mengalami perkembangan yang cukup pesat? Setiap jengkal di jalan-jalan pusat kota, pasti kita akan menemui banyak kedai kopi (coffee shop). Semuanya seakan berlomba jadi yang paling instagramable, menawarkan konsep interior yang unik, juga dengan menu kopi yang khas.
Fenomena itu disingkap lebih jelas lagi ke permukaan oleh kelompok bernama "Bangga Dengan Keaslian". Mereka mengadakan acara bernama "Coffey and Craftey" pada 17-18 Juli 2023 di Bob Coffee, Kota Pasuruan. Tujuannya untuk saling berbagi pengetahuan tentang kopi kekinian sekaligus menjadi ruang edukasi.
Dari acara di diskusi itu kita bisa tahu kalau jaman sekarang kopi bukanlah sekadar minuman. Kopi adalah simbol identitas. Seseorang akan mengidentifikasi dirinya dengan branding dari kedai tertentu. Konseptor acara, Feranthory Basuki, mengatakan bahwa fenomena itu muncul beberapa tahun belakangan.
BACA JUGA: EKOPILOGI: COFFEE SHOP BERGAYA TROPICAL DI TENGAH KOTA SIDOARJO
“Orang jaman dahulu, kopi itu minuman yang identik dengan orang tua atau pekerja keras seperti tukang. Kenapa hari ini kok justru digemari anak muda bahkan fanatik dengan coffee shop karena ngopinya itu bisa menjadi identitas status sosial. Ada seseorang yang hanya mau ngopi harus benar-benar dari bean, harus arabika, tidak robusta, itu penegasan identitas,” kata pria yang akrab disapa Thory itu.
Thory melihat bahwa penegasan identitas itu harusnya ada sisi positif yang bisa dipetik, yakni dapat menciptakan sebuah kriya (craft).
“Setiap coffee shop itu kan punya signature sendiri-sendiri. Sekarang coffee shop membawa pengaruh yang besar terhadap pergerakan komunitas, termasuk komunitas craft. Kalau boleh dibilang, ide tentang craft itu lewat kultur ngopi. Itu sebabnya kita menggabungkan itu, dengan harapan itu nanti menjadi poin utama, kopi bisa jadi stimulus mewujudkan craft yang kreatif,” terangnya.
Acara itu didesain dengan tiga konsep utama, yakni diskusi tentang kopi, pertunjukan musik, dan ajang pengenalan UMKM lokal yang berkutat di seni kriya. Mulai dari kaos, furnitur, hingga manik-manik.
BACA JUGA: 'BARAKA COFFEE HOUSE' HADIRKAN NUANSA MINIMALIS JEPANG DI SEBUAH GANG, KOTA MALANG
Salah satu pelaku UMKM manik-manik, Kartika Dwi mengatakan bahwa acara seperti ini adalah ajang yang ia tunggu-tunggu, terutama di Pasuruan. Ia berharap acara serupa semakin sering diadakan di Pasuruan, khususnya yang mengangkat tema craft.
“Karena di Pasuruan jarang, saya beberapa kali ikut kegiatan di luar kota, di Malang hingga Semarang,” kata pemilik Motion Needle itu. (*/)