Hampir semua dari kita pasti tidak lepas dari makanan yang digoreng. Entah itu sekali dalam sehari pasti ada saja makanan yang digoreng yang selalu jadi pilihan untuk menjadi menu makan atau pun sekedar untuk cemilan saja. Lalu kenapa kita tidak bisa lepas dengan goreng-mengoreng?
FROYONION.COM – Sadar atau tidak sadar gorengan menjadi hal yang tidak bisa kita pisahkan dari kehidupan kita. Bisa dibilang gorengan merupakan salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia, tak heran jika makanan satu ini selalu dipilih sebagai kudapan yang wajib hadir di segala macam acara. Bahkan gorengan juga menu yang diburu ketika berpuasa.
Saking melekatnya hampir semua jenis makanan dibuat dengan teknik digoreng, dari makanan yang gurih sampai makanan yang cenderung manis, seperti tempe goreng, tahu goreng, bakwan, risol, pisang goreng bahkan ada ice cream goreng yang pernah viral dan oreo goreng yang masih menjadi perdebatan di kalangan gen z sampai sekarang.
Yang menjadi pertanyaan di sini, “dari mana sebenarnya awal mula teknik menggoreng?”
Pada dasarnya teknik menggoreng bukanlah berasal dari indonesia, nenek moyang kita lebih mengajarkan untuk dikeringkan, diasinkan, diasapi, dipepes dan direbus untuk mengolah makanan.
Hingga akhirnya teknik menggoreng diadopsi dari para pedagang Tiongkok yang datang ke Indonesia. Pada awalnya minyak yang digunakan adalah minyak babi, namun masyarakat Indonesia kemudian menggantinya dengan minyak kelapa karena ketersediaan minyak kelapa yang melimpah.
BACA JUGA: PASIR SANGRAI: ALTERNATIF MINYAK GORENG DENGAN KEARIFAN LOKAL
Karena dianggap enak makanan yang digoreng akhirnya menjadi makanan yang disukai oleh banyak orang. Makan dapat dibilang enak jika makanan tersebut melibatkan banyak panca indra, aroma gorengan selagi hangat dibantu dengan tekstur garing yang dirasakan oleh lidah menambah kelezatan yang diciptakan, apalagi suara kriuk yang didengar oleh telinga kemudian direspon oleh otak menjadikan gorengan sulit untuk berhenti dimakan, walaupun banyak anggapan yang mengatakan bahwa gorengan tidak sehat.
Ini juga yang menjadi alasan mengapa kita kesulitan untuk berhenti memakan kripik atau tidak bosan ketika melihat konten ASMR berjam-jam dan merasa tergiur walau hanya mendengar suaranya saja.
Hal ini juga diperkuat dengan adanya penelitian yang mengatakan bahwa kita mampu menilai seberapa lezat makanan tersebut lewat suara yang dihasilkan, suara makanan juga penting sebagai indikator untuk tekstur dan kualitasnya.
Dan lagi salah satu faktor terbesar yang membuat kita tidak bisa lepas dari gorengan adalah karena negara kita merupakan salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia, karena punya minyak yang melimpah membuat kita tidak mempunyai pantangan untuk menggoreng apapun jenis makanannya.
Kebiasaan ini lah yang memicu keluhan pada masyarakat ketika harga minyak goreng naik bahkan langka yang pernah terjadi beberapa waktu lalu.
Harga yang murah dan dapat ditemukan di mana pun menjadikan gorengan dianggap sebagai makanan penyelamat bagi masyarakat Indonesia, yang bisa dibilang dalam segi ekonomi banyak yang menengah ke bawah.
Meskipun makanan yang digoreng bisa menjadi lebih enak namun yang harus kita perhatikan adalah gorengan memiliki jumlah kalori yang banyak sehingga untuk merasa kenyang kita cenderung memakan gorengan yang lebih banyak, jumlah kalori yang terlalu banyak dapat membuat kita mengalami obesitas dan hipertensi.
Kita tidak harus berhenti mengkonsumsi gorengan namun akan lebih baik jika kita mengimbanginya dengan makanan yang lebih bergizi dan berprotein. (*/)