Dunia fashion kian berkembang, termasuk dalam teknik menjahitnya. Belakangan kembali tren teknik menjahit sashiko dari Jepang. Seperti apa tren ini dan bagaimana penerapannya?
FROYONION.COM – Memperbarui pakaian lama kerap dilakukan untuk mendapat tampilan baru dari bahan yang sudah ada. Misalnya, merombak dress jadul menjadi lebih kekinian dengan cara memotong lengan dan menambah beberapa aksesoris.
Salah satu cara memperbarui tampilan pakaian lama ini adalah dengan teknik sashiko. Dikutip dari Good News From Indonesia, kata sashiko berasal dari bahasa Jepang yang artinya “tusukan kecil” yang digunakan untuk menjahit kain.
BACA JUGA: 8 CARA STYLING BLAZER UNTUK LOOK KASUAL HINGGA ELEGAN DENGAN MARKS & SPENCER
Teknik ini sendiri sudah ada sejak abad ke-18. Pada awalnya, sashiko digunakan oleh para petani Jepang untuk memperbaiki serta memperkuat pakaian lama mereka yang sudah usang.
Caranya adalah dengan menambahkan jahitan tambahan supaya kain lebih tahan lama serta dapat digunakan dalam jangka waktu lebih panjang.
Sashiko juga merupakan pilihan yang lebih ramah lingkungan karena bisa mengurangi kebutuhan membeli pakaian baru.
Seiring waktu, teknik sashiko tidak hanya digunakan untuk memperbaiki pakaian lama, tapi bergeser menjadi seni yang memiliki nilai estetika tinggi. Bahkan, dewasa ini penerapan sashiko juga kerap digunakan sebagai dekorasi.
Motif yang dipakai dalam teknik sashiko ini sendiri sangat beragam. Polanya juga tidak terbatas hanya ada satu saja.
Tiap daerah di Jepang umumnya memiliki gaya sashiko mereka sendiri-sendiri yang unik dan tidak dimiliki oleh daerah lainnya.
Secara umum, ada dua kelompok utama motif sashiko. Pertama ada sashiko moyosazhi dan kedua ada sashiko hitomesazhi.
BACA JUGA: 7 PILIHAN SEPATU ALTERNATIF SAMBA YANG KECE BUAT DIPAKAI SEHARI-HARI
Sashiko moyosazhi dikenal karena jahitannya mirip jahitan jelujur. Ciri khas yang membedakannya dari sashiko hitomesazhi adalah pola geometris serta hasil jahitannya yang lebih rapi.
Tampilan yang rapi ini didapat dari langkah jahitan yang sama serta tusukan yang konsisten.
Sementara sashiko hitomesazhi tidak menggunakan teknik jahitan jelujur, melainkan teknik jahitan bebas. Motif ini biasanya diaplikasikan pada pakaian yang memiliki bentuk geometris, pagar, anak panah, ombak, dan lain-lain.
Motif ini sendiri awalnya didesain di Cina. Akan tetapi, masyarakat Jepang telah mengembangkan sendiri motifnya dengan sentuhan khas mereka.
Keindahan sashiko terutama terletak pada kesederhanaan pola-pola yang digunakan. Beberapa di antaranya seperti seigaiha atau ombak biru lautan dan asamoya atau awan tipis. Keduanya memiliki arti simbolis serta estetika yang mendalam.
Tidak hanya indah dipandang, menjahit dengan teknik sashiko juga terbukti memiliki manfaat terapeutik bagi banyak orang.
Prosesnya terbilang repetitif dan meditatif sehingga membantu dalam meredakan stres serta memberikan rasa tenang.
Aktivitas ini juga bisa dijadikan hobi yang produktif sekaligus menenangkan.
BACA JUGA: UNIQLO U FALL/WINTER 2024: PERPADUAN GAYA MINIMALIS DAN FUNGSIONALITAS TINGGI
Selain itu, teknik sashiko juga serbaguna. Ia tidak hanya berperan sebagai reparasi pakaian namun juga menciptakan aneka barang dekoratif yang tetap fungsional.
Bantal, taplak meja, hingga hiasan dinding merupakan beberapa contoh dekorasi rumah yang bisa menggunakan teknik sashiko sehingga membuatnya tampak lebih menarik.
Sashiko tidak terbatas hanya pada penggabungan dua pakaian lama. Keahlian para desainer serta perajin membuat teknik ini bisa turut diterapkan pada dunia quilting, misalnya, dengan menambah pola hingga tekstur pada selimut.
Teknik jahit sashiko masih tetap eksis hingga kini, salah satunya melalui event workshop yang digelar Uniqlo.
Dalam rangka peringatan International Repair Day pada 19 Oktober lalu, Uniqlo menggelar workshop sashiko di Balai Pemasyarakatan Jakarta Pusat (BAPAS Jakpus).
Pesertanya ialah orang-orang di bawah pengawasan BAPAS Jakpus yang sudah menjalani masa hukuman penjara dan tengah melalui sisa hukumannya di luar penjara.
Dikatakan oleh Irma Yunita selaku Corporate Affairs Director PT Fast Retailing Indonesia sebagaimana dikutip dari Hidup Gaya, tujuan dari workshop ini adalah untuk membekali keterampilan baru yang nantinya diharapkan akan dapat digunakan saat mereka sudah siap kembali untuk terjun ke tengah masyarakat.
Selain itu, event ini juga sengaja dibuat bertepatan dengan International Repair Day dan digelar secara global oleh Uniqlo. Tujuannya ialah memperkenalkan cara-cara memperbaiki, mendaur ulang serta merawat pakaian yang dimiliki untuk memperpanjang usia pakainya.
Sashiko sendiri menjadi bagian dari RE.UNIQLO STUDIO sebagai bentuk komitmen mereka dalam mengurangi jumlah limbah pakaian, memperpanjang masa guna pakaian sekaligus mendukung perputaran ekonomi.
Di Jepang, pelatihan serentak sashiko digelar Uniqlo di 13 toko yang terfasilitasi RE.UNIQLO STUDIO. Negara-negara lain yang turut menggelar workshop serupa di antaranya adalah Italia, Spanyol, Cina, Filipina, Korea Selatan, Jerman dan Singapura.
Bagaimana, tertarik mempelajari teknik menjahit sashiko? (*/)