Fashion

CELANA JEANS TERTUA DITEMUKAN DI TIONGKOK, TANDA FESYEN SUDAH ADA SEJAK 3.200 TAHUN LALU

Mumi Turfan Man yang ditemukan para arkeolog ini memakai celana serupa model jeans berbahan denim. Model celana ini populer digunakan oleh masyarakat kita pada abad 21 ini.

title

FROYONION.COM - Jangan dikira fesyen celana dimulai sejak Levi Strauss dan Jacob Davis membuat celana denim di tahun 1873. Berabad-abad sebelum itu, kisaran 3.200 tahun lalu umat manusia sudah memakai celana yang mirip dengan denim jaman sekarang.

Ini diungkap oleh para arkeolog di tahun 1970 yang melakukan penelitian di Pemakaman Yanghai, Tiongkok. 

Mereka menemukan sekitar 500 mumi Turfan Man (orang-orang Turfan) yang satu di antaranya memakai celana dengan kondisi yang masih dapat dikatakan utuh. Ini membuka tabir sejarah umat manusia mulai mengenal fesyen, khususnya celana.  

Setelah diteliti, diketahui bahwa celana ini dirancang dengan menggunakan berbagai teknik tenun. Desainnya memiliki tingkat kerumitan yang tidak sederhana, mirip dengan yang dibuat di pabrik modern. 

Selain itu, bahan yang digunakan adalah bahan yang tahan lama. Dilihat pada rancangan selangkangannya, tampaknya celana ini sengaja dibuat untuk menunggangi kuda. 

JEANS TERTUA DI DUNIA
Perancang busana mengungkap celana panjang tertua di dunia. (Sumber: M. WAGNER ET AL/ARCHAEOLOGICAL RESEARCH IN ASIA 2022.)

Pakar kostum, Olivia Warschaw, dalam artikel yang diterbitkan Big Think mengatakan, bahwa fesyen memiliki aspek penting bagi catatan sejarah manusia. 

Sayangnya, asal-usul dan maknanya sering diabaikan. Ini terjadi karena bias yang dianut oleh manusia karena menganggap aspek ekonomi, politik, sains, filsafat, atau seni rupa lebih penting.

Minimnya soal kajian sejarah fesyen juga terjadi karena sebagian besar peninggalan tekstil tidak terawetkan. 

Padahal fesyen tidak bisa dilepas dari gagasan di balik praktik budaya dan agama. Evolusi dalam tren pakaian dapat penuh dengan isyarat tentang kondisi yang terjadi di era masing-masing.  

UPAYA MENELUSURI TEKNIK TENUN CELANA MUMI TURFAN MAN

Bagi para arkeolog, menentukan usia celana Turfan Man mungkin cukup mudah dengan melakukan analisis penanggalan karbon. Namun yang diketahui dari atom-atom itu tidak dapat menjelaskan bagaimana celana itu dibuat.

Untuk memecahkan teka-teki itu, seorang arkeolog, Mayke Wagner, membentuk tim ahli lintas ilmu dengan menggandeng ahli kimia, geologi, dan perancang busana demi menemukan informasi lebih mendalam tentang Turfan Man. Mereka ingin mengungkap mulai dari metode hingga rahasia filosofis dibalik celana itu.

Dilansir dari Big Think, tahun 2022 tim Wagner mempresentasikannya di Archaeological Research in Asia. Dari situ, mereka memaparkan bahwa celana Turfan Man dibuat dengan bantuan satu alat dan pengrajinnya memakai empat teknik menenun yang berbeda. Dikatakan tenun karena tidak ditemukan pada kain itu bahwa celana disusun bukan dari menjahit beberapa kain.

Di temuan penelitiannya, celana ditenun dengan menggunakan teknik menenun kepar. Teknik ini menghasilkan pola diagonal rusuk paralel sehingga kain lebih elastis dan cocok digunakan oleh penggembala. 

Namun yang mengejutkan, teknik ini adalah hal baru saat digunakan Turfan Man. Menurut Karina Gromer, seorang arkeolog tekstil, mengatakan bahwa pernah ditemukan potongan kain serupa yang lebih tua 200 tahun berada di Austria, sebuah tempat yang cukup jauh dari Tiongkok.  

Gromer pun heran, karena pada celana kuno itu memiliki banyak kesamaan dengan denim modern. Di bagian lutut, menggunakan teknik tenun permadani yakni yang menghasilkan tenun tebal yang dapat melindungi persendian saat menunggang kuda. "Ini bukan barang untuk pemula," katanya dalam artikel Science News

Meskipun perancang busana dapat dengan mudah mengenali pola tenun, mereka tidak tahu apa-apa tentang peralatan yang mungkin digunakan oleh pengrajinnya. Tidak ada alat tenun yang pernah ditemukan di dekat Yanghai. 

Hingga hari ini, para arkeolog tidak tahu seperti apa bentuk alat tenun kuno dari wilayah ini. Wagner berpendapat bahwa para pengrajin mungkin menggunakan alat tenun yang dapat dioperasikan dari posisi duduk, namun ini hanyalah spekulasi.

CELANA TURFAN MAN BERPENGARUH PADA PRODUKSI BUDAYA BERIKUTNYA

Penemuan celana ini bisa jadi kiblat fesyen pemakaian celana panjang yang dikenakan generasi berikutnya yang berpindah-pindah di Eurasia yang dalam kesehariannya tampaknya banyak bersinggungan dengan aktivitas penunggangan kuda. 

Tim Wagner mencoba membuat replika celana semirip mungkin. Lalu mereka mengujinya pada seorang pria yang menunggang kuda tanpa pelana dan menemukan bahwa celana tersebut pas dengan nyaman namun tetap memungkinkan pengendara untuk menjepit kakinya dengan kuat di sekitar kuda.

Yang menarik lainnya, pola T pada lutut ini sama dengan simbol yang ada pada bejana perunggu yang ditemukan di Tiongkok dan tembikar dari Siberia maupun Kazakhstan. 

Sulit untuk dikatakan sebagai kebetulan belaka, karena berdasarkan analisis perkiraan waktu, pola T ini ditemukan pada benda yang memiliki masa yang sama meskipun berada di tempat yang berbeda, yakni antara Asia Tengah dan Asia Timur.

Ini menunjukkan bahwa kedua wilayah itu meskipun secara geografis cukup jauh namun memiliki konektivitas. Migrasi dengan moda kuda adalah hal yang masuk akal menjadi penyebab konektivitasnya. 

Lainnya, pola piramida berundak yang ada pada celana memiliki pola yang sama pada tembikar yang ditemukan di Petrovka di Asia Tengah, desain arsitektur di Asia Barat Daya, dan kebudayaan masyarakat Timur Tengah.

Sedangkan teknik tenun kepar yang ada di Eropa Timur, bisa jadi adalah kebudayaan yang terpengaruh dari Tiongkok. Memang, wilayah ini adalah laboratorium sejarah yang sangat mengesankan. 

Michael Frachetti, antropolog dari Universitas Washington di St. Louis, menyebut celana Manusia Turfan sebagai titik masuk untuk mengkaji bagaimana jalur sutra di sekitaran Tiongkok mengubah dunia. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Ugik Endarto

Pegiat di Perpustakaan Jalanan Wahana Baca juga berkecimpung di Metallagi.com