In Depth

YAKIN MAU PAKAI PINJAMAN ONLINE BUAT KULIAH? STUDI MENGUNGKAP DAMPAK BURUKNYA

Kuliah bisa jadi susah cuma gara-gara biaya. Coba cek gimana efeknya kalo pake pinjaman online buat kuliah. Apakah jadi bantuan atau malah bikin masalah baru?

title

FROYONION.COM - Pendidikan tinggi di Indonesia masih jadi permasalahan karena gak semua orang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Dari 273 juta orang, hanya 10% yang bisa masuk ke universitas.

Tahun lalu, lebih dari setengah siswa SMA milih gak lanjut kuliah. Dan masalahnya, 7 dari 100 mahasiswa yang mulai kuliah harus berhenti, kebanyakan karena masalah uang.

Melansir The Conversation, di sisi penyedia pendidikan, Indonesia punya 3.107 perguruan tinggi, tapi setengahnya di Pulau Jawa. Padahal, jumlah mahasiswa yang bisa diterima cuma 9,3 juta, padahal yang umurnya 15-19 tahun aja udah 22 juta.

Banyaknya perguruan tinggi yang terbatas dan calon mahasiswa yang banyak, bikin biaya kuliah di Indonesia makin mahal. Bahkan, diprediksi biaya kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) bisa mencapai Rp430 juta pada tahun 2040.

Ini pasti jadi beban berat buat orang tua lulusan SMA/SMK, yang meskipun udah nabung selama 18 tahun, cuma bisa bayarin tiga semester kuliah anak mereka.

PINJAMAN PENDIDIKAN: SEBUAH SOLUSI ATAU MASALAH BARU?

Buat atasi masalah uang, banyak yang mikirin pinjaman pendidikan. Ada dua jenis pinjaman, dari pemerintah dan swasta. 

Tapi, di Indonesia, pinjaman dari pemerintah seperti di Perbadanan Tabung Pendidikan Tinggi Nasional (PTPTN) di Malaysia atau Student Loans Company (SLC) di Inggris, belum ada.

Malah, banyak yang pilih pinjaman swasta dari bank. Beberapa bank menawarkan pinjaman pendidikan lewat kredit serbaguna atau kredit pendidikan.

Tapi, skema pinjaman ini muncul karena kebijakan neoliberal yang gak terlalu dukung peran pemerintah dalam pendidikan. Pendidikan dianggap seperti barang dagangan yang tergantung pada pembeli dan penjual, jadi susah dijangkau masyarakat.

MASALAH TERKAIT PINJAMAN PENDIDIKAN

Masalahnya, studi di Inggris dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) bilang, kenaikan biaya kuliah bisa kurangi minat mahasiswa. Mahasiswa dari keluarga kurang mampu malah harus pilih jurusan yang lebih murah supaya gak kebanting bayar. Ironisnya, ini bisa jadi penghalang buat mereka dapat kerja yang sesuai dan bayar pinjaman pendidikan.

Proses kredit yang ribet di pinjaman pendidikan swasta, mirip kredit bank biasa, bikin gak banyak yang tertarik di Indonesia. Walaupun ada alternatif kayak pinjol dengan konsep pay later, tapi bunga tinggi bisa bikin mahasiswa kejebak hutang.

SOLUSINYA GIMANA?

Buat mengatasi semua ini, pemerintah perlu bikin solusi jangka panjang. Bisa kasih subsidi atau bahkan bikin pendidikan tinggi jadi gratis, seperti yang sudah dilakukan Swedia dan Norwegia. Atau mungkin kasih potongan pajak kayak di Malaysia dan Singapura.

Sebagai upaya mendalami dampak pinjaman online dalam pendidikan tinggi di Indonesia, sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menyampaikan pandangan mereka mengenai permasalahan ini.

INI KATA MAHASISWA SOAL PINJAMAN ONLINE BUAT KULIAH

Sebut saja Doni (23 tahun) mahasiswa jurusan teknik di Bandung, menurutnya pinjaman online ini bukan bikin kemudahan malah bikin kesulitan. Niatnya mau mengejar cita-cita tapi malah harus mikir soal hutang.

"Sulit mengejar mimpi di kampus kalo harus mikirin terus soal utang. Pinjaman online kayaknya bisa bantu, tapi gue khawatir nantinya malah tambah ribet bayar utang. Harusnya ada sistem yang bener, biar mahasiswa bisa fokus belajar," katanya saat dihubungi Senin (27/02/2024).

Menurutnya, sudah waktunya pemerintah harus lebih membantu mahasiswa. Berharap ada beasiswa yang lebih banyak dan mudah diakses.

"Gue pikir, pemerintah harus lebih bantu mahasiswa. Gak adil kalo yang punya duit bisa kuliah dengan tenang, sedangkan yang gak punya duit malah tambah susah. Gue harapnya ada beasiswa yang lebih banyak dan mudah diakses,” ucapnya.

Tawaran pinjaman online memang menggiurkan, kalo kata Hasna (21 tahun) mahasiswi jurusan Sastra, bunga dan syarat pinjol bikin bingung. 

"Aku udah coba liat pinjaman online, tapi bunga dan syaratnya bingungin. Lebih enak kalo pemerintah turun tangan, biar semua mahasiswa punya peluang yang sama. Mungkin bisa ada program subsidi atau bantuan lainnya,” katanya.

Hasna bilang, dia akan mendukung pemerintah kalau bisa membuat kuliah nggak jadi masalah uang dan berharap ada solusi jangka panjang.

"Gue dukung kalo pemerintah bisa bikin kebijakan biar kuliah gak jadi masalah duit terus. Kan seharusnya pendidikan itu hak semua orang, bukan cuma yang berduit aja. Harusnya ada solusi jangka panjang yang bener-bener berpihak ke mahasiswa,” katanya.

Harapan dari mereka ke pemerintah nggak cuma disampaikan Doni dan Hasna. Sesil (23 tahun) berharap pemerintah bisa membuat program pendidikan yang benar-benar bantu mahasiswa.

"Pinjaman online itu kayak makan dulu, bayar nanti. Tapi beneran nanti bisa bayar gak sih? Lebih percaya kalo pemerintah punya program pendidikan yang bener-bener bantu mahasiswa. Kalo perlu, mereka bisa buat kebijakan yang mengatur batas maksimal bunga pinjaman supaya gak ngerugiin mahasiswa,” jelasnya.

Dalam situasi yang seperti ini, pemerintah bisa lebih aktif buat bikin kebijakan supaya pendidikan tinggi gak cuma dianggap sebagai barang dagangan, tapi sebagai barang publik yang bisa diakses semua orang. Dengan kebijakan yang bener, semoga mahasiswa bisa akses pendidikan tinggi tanpa harus terjebak utang panjang. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Abdurrahman Rabbani

Cuma buruh tinta yang banyak cita-cita.