In Depth

THE GREAT RESIGNATION: HATI-HATI RESIGN HANYA KARENA IKUT TREN DOANG!

‘The Great Resignation’ yang ramai diperbincangkan hingga dilakukan oleh anak muda di seluruh dunia rupanya butuh dilihat dari sudut pandang berbeda. Kali ini, Bayu Puspito Bhaskoro, CEO Mindtera, turut memaparkan pendapatnya.

title

FROYONION.COM - Saat pandemi melanda, banyak hal yang terdampak. 

Kesehatan, ekonomi, politik, sosial, hingga hal-hal yang sangat melekat dengan manusia seperti kesehatan mental pun ikut terdampak. 

Tidak heran bahwa akhirnya banyak dobrakan dan perubahan yang terjadi selama dan setelah pandemi–entah itu baik atau buruk. Contohnya vaksin Covid-19 akhirnya berhasil dibuat manusia karena ada pandemi. Berbagai inovasi di bidang kesehatan pun ikut berkembang sejak ada pandemi. 

Namun di sisi lain, ada pula dampak buruk yang ditorehkan. Contohnya di saat pandemi, banyak orang yang sadar bahwa mereka tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. 

Dilansir dari Tech Target, selama pandemi banyak sekali disrupsi yang terjadi di dunia profesional. Sebut saja work from home yang sekarang jadi lumrah, dulu adalah sesuatu yang mengagetkan para budak korporat. Alhasil setelah menjalani berbagai perubahan dalam pekerjaan selama pandemi, banyak yang sadar bahwa pekerjaan mereka saat ini tidak membuat mereka puas dan bahagia. 

Akibatnya, banyak orang yang mengajukan resign setelah menyadari hal ini. Saking banyaknya dan terjadi di berbagai belahan dunia, sampai-sampai jadi fenomena yang punya nama–’The Great Resignation’. 

Dicetuskan oleh Anthony Klotz, ‘The Great Resignation’ menjadi sebuah fenomena ekonomi yang berdampak pada lebih dari 70 juta orang di Amerika Serikat pada 2021 lalu. Ribuan perusahaan Amerika harus memutar otak menghadapi fenomena ini. 

“Apakah harus nego gaji setinggi-tingginya agar para karyawan nggak jadi resign, atau gantikan dengan AI aja?”

Mungkin kira-kira begitu isi pemikiran mereka. 

Tapi yang jelas, fenomena ‘The Great Resignation’ ini akhirnya sampai juga di Indonesia. Contohnya saja di awal tahun 2023 ini, media sosial sempat dipenuhi dengan berita dari Hustiani, seorang perempuan asal Mataram yang memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya di Indonesia demi menjadi petani ceri dengan gaji Rp30 juta/minggu di Australia. Itu gaji tahun 2021 lho, mungkin saja sekarang lebih tinggi. 

Melihat nasib baik Hustiani, nggak heran kalau banyak anak muda yang pengen mencoba hal yang sama–resign dari kerjaan dan jalani slow living yang lebih damai dengan gaji lebih besar. 

Pertanyaannya, apakah itu bijak? 

Menjawab hal ini, Bayu Puspito Bhaskoro, selaku founder Mindtera–sebuah startup lokal yang bergerak pada terciptanya lingkungan kerja yang berkualitas–turut memberikan pendapatnya. 

Bayu Puspito Bhaskoro, Mindtera
Bayu Puspito Bhaskoro, salah satu founder Mindtera. (Dok: Mindtera Team) 

“Inti dari great resignation kan sebenarnya, orang mencari kesempatan kerja yang lebih ‘santai’ tapi dengan penghasilan yang lebih tinggi. Nggak ada yang salah atau benar kalau mau mengambil keputusan untuk jadi petani ceri gitu. Tapi yang terpenting, kita harus bisa membuat standar tentang apa itu sukses untuk diri kita sendiri. 

Ada yang punya standar sukses itu kalau dia bisa mencapai suatu level profesional dalam kurun waktu tertentu. Maka dia butuh perusahaan yang selalu push dia untuk bekerja lebih giat. 

Tapi ada juga yang mendefinisikan sukses itu kalau pekerjaan nggak terlalu berat, tapi di bisa merasa secure dan happy. Ada juga yang bilang sukses itu kalau sudah bisa bantu orang tua. 

Artinya ada banyak definisi sukses dalam bekerja, yang menjadikan great resignation nggak salah dan nggak benar dalam berbagai perspektif. Tapi akan jadi hal buruk kalau resign karena ikut-ikutan tren saja. 

Ingat, santai menurut orang lain belum tentu santai menurut kita dan juga sebaliknya,” tutur Bayu saat diwawancara secara virtual oleh Froyonion pada Selasa (2/5) lalu. 

Dari opini Bayu, kita dapat melihat pentingnya punya tujuan kerja yang jelas supaya nggak mudah terombang-ambing dengan fenomena global seperti great resign ini. 

Oleh sebab itu menurut Bayu juga, Mindtera menyediakan coaching untuk para pekerja di Indonesia agar dapat menentukan tujuan kerja dengan lebih terarah. Adapun coaching ini juga dapat diakses melalui aplikasi mereka. 

Intinya, lebih baik resign kalau memang alasannya sudah mantap dan justru bisa jadi awal untuk karier yang lebih cemerlang lagi. Karena setelah resign pun, tanggung jawab untuk bekerja demi hidup masih tetap berlaku kan? (*/) 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.