Banyak anak muda yang tergiur sama fitur satu ini, di satu sisi bisa jadi penyelamat, di sisi lain bisa bikin skakmat.
FROYONION.COM - Civs, seberapa sering lo buka-tutup aplikasi e-commerce di gadget lo dalam satu hari?
Rasanya, kebanyakan anak muda kreatif khususnya di era digital suka banget asal masukin barang ke keranjang, biasanya karena tergiur promosi, diskon, campaign, ataupun karena ngeliat influencer make produk tertentu. Kita lebih sering kalap dan ‘lapar mata’ sama barang tertentu, nggak mengerti alasan kenapa kita bisa checkout barang yang mungkin nggak terlalu kita butuhkan juga.
Kalo pas abis gajian sih nggak apa-apa kalo mau checkout keranjang, setidaknya lo masih punya anggaran yang ‘segar’ buat lo belanjakan sesuatu yang sifatnya konsumtif. Tapi, apa jadinya kalo tiba-tiba hasrat konsumtif muncul di saat lo nggak ada duit?
Apa lagi jalan keluarnya kalo bukan pakai fitur PayLater?
Dengan modal selfie pake KTP, fitur PayLater ini langsung sat set sat set membantu lo dalam pembayaran produk apapun yang ada di platform e-commerce secepat kilat. Pembayaran barang bisa dilakukan di bulan sesudahnya, dilengkapi juga sama opsi cicilan, bisa 3, 6, hingga 12 bulan cicilan dengan bunga.
Aksesibilitas yang tinggi dan persyaratan yang nggak ribet ini jadi keunggulan utama PayLater, terutama buat Gen-Z dan Milenial yang nggak mau repot. Penggunanya nggak perlu datang langsung ke kantor untuk tanda-tangan perjanjian apapun. Nikmat mana lagi yang lo dustakan?
Tapi, di balik semua kemudahan dan fleksibilitas yang disajikan fitur PayLater, lo tetap harus perhatikan beberapa hal sebelum checkout belanjaan, Civs.
Pertama, lo harus bisa mengkategorikan tujuan penggunaan PayLater, baik untuk keperluan konsumtif atau produktif.
Kalo buat Miko Panggayo, doi melihat urgensi dari barang yang pengen dibeli terlebih dahulu. Untuk barang yang sifatnya konsumtif, doi selalu mengusahakan barang tersebut bisa dibayarkan tunai tanpa PayLater. Kalo anggarannya nggak cukup, usahakan untuk menabung sampai uangnya cukup.
Untuk kasus barang konsumtif dan situasinya urgent, PayLater-nya harus 100% dibayarkan di bulan selanjutnya tanpa menyicil. Fungsinya untuk menghindari bunga terlalu besar dan cicilan yang terlalu lama pastinya.
Sedangkan kalo barang itu bersifat produktif (bisa menunjang produktivitas kerjaan / kehidupan), lo bisa mempertimbangkan opsi cicilan jangka pendek dan jangka panjang. Karena menurutnya, PayLater bisa jadi opsi yang cukup membantu untuk nalangin barang / properti keperluan shooting.
Sedangkan bagi gue pribadi, dalam setiap penggunaan PayLater, gue selalu mengkategorikan barang menjadi 2 bagian. Yang pertama adalah barang dengan harga kurang dari / sama dengan Rp1 juta, dan yang kedua adalah barang dengan harga lebih dari Rp1 juta.
Contohnya untuk barang yang harganya kurang dari / sama dengan Rp1 juta, gue bisa memakai opsi PayLater dengan cicilan 3 bulan, alasannya karena cicilan sekitar Rp300 – 400 ribu per bulan masih masuk dalam budget gue.
Sedangkan untuk barang dengan harga lebih dari Rp1 juta, gue bisa ambil opsi cicilan 3 – 6 bulan, begitupun seterusnya (harga barang lebih mahal dari Rp2 juta, bisa dicicil 12 bulan). Alasannya supaya anggaran bulanan gue nggak membludak dan malah membuat gue kesulitan untuk urusan operasional sehari-hari.
Nah, kebijakan bunga kredit / cicilan ini jadi hal kedua yang perlu lo perhatikan.
Masing-masing platform punya kebijakan bunganya masing-masing, tapi rata-rata bunga kreditnya berkisar di angka 2–4% per bulan.
Bunga kredit ini sekilas seperti nggak akan memberatkan lo, tapi lo perlu sadari bahwa semakin panjang jangka cicilan maka bunga yang lo bayarkan akan semakin besar, terlebih kalo lo ambil cicilan 12 bulan, bunganya bisa lebih dari ¼ harga barang yang lo beli, Civs.
Maka dari itu, jangan sampai lo nggak melakukan hitung-hitungan dulu sebelum checkout barang pakai PayLater, karena bunganya rata-rata lebih besar daripada bunga kredit di bank yang cuma 1,75% per bulan.
Ketiga, usahakan pembayaran PayLater jangan sampai lewat dari tanggal jatuh tempo, meskipun dendanya nggak seberapa (rata-rata 5% dari tagihan per bulan).
Kenapa ini jadi hal yang penting? Jawabannya, karena PayLater atau penyedia pinjaman digital yang resmi pasti bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan pencatatan status dan riwayat pinjaman / kredit.
Jadi, kredit macet (nggak bisa bayar tepat waktu) bisa memengaruhi credit score secara negatif. Contoh paling simpelnya yaitu lo bisa dengan mudahnya ditolak bank saat mengajukan KPR rumah di masa depan nanti.
Berabe banget kalo nantinya lo nggak bisa beli rumah karena masa muda lo pernah nunggak cicilan dan kena denda dari PayLater, meskipun cuma Rp10 – Rp20 ribu aja. Jadi, pertimbangkan matang-matang dulu Civs sebelum lo memutuskan beli barang pake PayLater, terlebih kalo harganya nggak seberapa.
Nah, itu tadi beberapa hal yang anak muda kreatif harus pertimbangkan sebelum memakai PayLater. Fitur ini sendiri bisa jadi hal yang berguna bagi sebagian orang, dan bisa jadi petaka bagi yang lainnya. Jangan sampai pikiran impulsif bikin lo nggak terkontrol yak~ (*/)