In Depth

TERBUKTI BERMANFAAT, KENAPA BANYAK ORANG ENGGAN KONSULTASI PSIKOLOG?

Jika dirasa butuh bantuan profesional terkait masalah kesehatan mental, konsultasi ke psikolog adalah jalan yang tepat. Walau demikian, ternyata masih banyak yang ogah melakukannya dan memilih untuk memendam masalahnya sendirian. Kenapa?

title

FROYONION.COM Beberapa tahun terakhir, kesadaran akan kesehatan mental makin ramai digalakkan oleh kaum muda. Faktanya, bukan hanya fisik yang butuh perawatan ahli jika dirasa kurang sehat. Mental juga harus mendapat penanganan dari profesional yang tepat apabila memang ditemukan gejala masalah. 

Jasa layanan konsultasi kesehatan mental memang bisa dengan mudah ditemukan, mulai dari Puskesmas setempat sampai dengan aplikasi daring. Tapi, hanya sedikit yang memanfaatkannya dan lebih banyak orang memilih untuk memendamnya sendirian. 

Bukan tanpa alasan, ada sejumlah hal yang akhirnya membuat orang-orang nggak mau mendatangi psikolog untuk mendapat penanganan medis terkait kesehatan mental mereka. Apa saja dan bagaimana caranya untuk mendorong mereka agar mau dibantu? 

1. STIGMA BAHWA GANGGUAN MENTAL = GILA

Berbeda dengan penyakit fisik yang bisa dengan jelas dilihat oleh mata dan diketahui penyebabnya, penyakit mental kerap nggak menunjukkan gejala. Untuk menentukan diagnosis, penyebab hingga cara mengobatinya juga seringkali membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. 

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat awam akan kesehatan mental turut menimbulkan stigma dan generalisasi bahwa gangguan mental sama dengan gila. Padahal, gangguan mental sendiri sangat banyak jenisnya sehingga nggak bisa dipukul rata bahwa semua orang yang memiliki masalah kesehatan mental pasti gila. 

Pernah dengar nama Lia Eden? Seorang perempuan yang mengaku sebagai Malaikat Jibril dan menyebarkan ajaran kepercayaan baru. Ia dicap sebagai orang gila, padahal dari segi medis, apa yang dialami oleh Lia Eden termasuk dalam gangguan mental dengan nama Delusion of Grandeur. 

BACA JUGA:

JANGAN RAGU MENCARI BANTUAN, INI 10 TANDA KAMU PERLU PERGI KE PSIKOLOG 

Delusion of grandeur adalah sebuah kondisi yang menyebabkan seseorang percaya bahwa dirinya memiliki kekuatan melebihi manusia normal, menganggap dirinya dewa atau Tuhan dan mampu melakukan hal-hal di luar wajar. 

Baru tahu ada istilah ini? Iya, memang ada banyak sekali sebutan untuk gangguan mental dan nggak bisa semuanya disebut gila. 

Stigma bahwa gangguan mental sama dengan gila inilah yang kemudian membuat orang-orang mengurungkan niatnya mencari bantuan ke psikolog. Cap negatif dari lingkungan sekitar seringkali dirasa akan memperburuk kondisi psikis sehingga memendam masalah sendiri lebih banyak dipilih. 

2. “KAMU CUMA KURANG IBADAH!” 

Selain digeneralisasi sebagai orang gila, seseorang dengan gangguan mental kerap dihakimi bahwa dirinya kurang beribadah. Cara memulihkan kesehatan mentalnya kemudian dianggap cukup sebatas memperdalam ajaran agama dan semakin mendekatkan diri dengan Tuhan. 

Beribadah dengan khusyuk sesuai kepercayaan masing-masing memang bisa mendatangkan rasa tenang dan rileks. Akan tetapi, tetap saja itu bukan cara untuk mengurangi gejala sakit mental yang dialami. Perlu campur tangan ahli, dalam hal ini seorang psikolog, untuk bisa memberi diagnosa penyakit dan cara-cara penyembuhannya.

Benar, Tuhan adalah sebaik-baiknya tempat meminta. Tapi, ingat juga kalau Tuhan nggak akan mengubah kaumnya sampai kaum itu mengubah dirinya sendiri. Artinya, kita sebagai manusia diharuskan untuk berusaha mencari jalan keluar, sisanya barulah Tuhan yang akan menentukan bagaimana akhirnya. 

3. DIGANGGU JIN 

Unsur mistis masih sangat erat dengan keseharian masyarakat Indonesia. Apalagi untuk hal-hal yang belum dapat dijelaskan atau belum diketahui jelas penyebabnya, seringkali orang awam akan dengan cepat menyebutnya sebagai akibat dari keterlibatan makhluk halus. 

Karena kesehatan mental itu sendiri masih belum banyak disadari, maka seseorang dengan gangguan mental juga kerap mendapat penghakiman bahwa ia tengah diganggu jin. Fenomena kesurupan, misalnya. Dari segi medis, kesurupan sebenarnya disebut possession trance disorder

Istilah ini merujuk pada kategori gangguan disasosiatif, yaitu gangguan mental dengan ciri hilangnya sebagian hingga seluruh integrasi pikiran, identitas diri, memori, kontrol gerakan tubuh dan lingkungan sekitar. Possession trance disorder diyakini timbul dan berkembang karena faktor genetik, lingkungan dan budaya yang membentuk watak serta kepribadian seseorang hingga adanya stres psikososial seperti kesusahan ekonomi. 

Penjelasannya cukup panjang, ya. Mengatakan “gangguan jin” terasa lebih singkat dan bisa dipahami, sehingga itulah yang akhirnya banyak dipercaya oleh masyarakat kita. 

BACA JUGA: INI DIA BEBERAPA ALTERNATIF YANG BISA DICOBA JIKA KAMU BELUM MAU KE PSIKOLOG 

4. BIAYA KE PSIKOLOG ITU MAHAL 

Masih ada anggapan bahwa berobat ke psikolog itu mahal. Apalagi, konsultasi ke psikolog biasanya nggak cukup hanya sekali. Perlu beberapa pertemuan sampai kondisi mental dinyatakan membaik. 

Jasa psikolog sendiri sangat beragam rentang harganya. Untuk kalian yang terkendala dana bisa mencoba melalui aplikasi seperti HaloDoc dengan biaya lebih terjangkau. Puskesmas dan layanan kesehatan terdekat yang menerima BPJS juga bisa jadi pilihan. 

Beberapa kondisi mungkin akan mengharuskan kalian menghadiri lebih dari satu sesi konsultasi. Tapi, semua ini demi kebaikan, kok. Percayalah, akan jauh lebih baik untuk mengobati gangguan yang dialami daripada memendamnya sendiri. 

Sudah saatnya untuk nggak lagi menganggap semua gangguan mental itu pasti gila, apalagi menghubung-hubungkannya dengan gangguan jin yang hanya dikarenakan kurang ibadah. Seperti halnya penyakit fisik, penyakit mental juga bisa berujung serius apabila dibiarkan terlalu lama tanpa penanganan ahli. 

Jangan ragu untuk mencari bantuan apabila kalian merasa memerlukannya dan selalu ingat kalau diri kalian berharga. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Wahyu Tri Utami

Sometimes I write, most of the time I read