Sebagai sosok yang terlahir sebagai Gen Z. Gua udah cukup lelah dengan berbagai stereotip dan hidup dengan selalu disalah-salahkan.
FROYONION.COM - Sebagai bagian dari Gen Z, gua udah cukup lelah dengan stereotip yang diberikan oleh masyarakat kita. Karena seringkali, stereotip tersebut berujung menjadi ajang untuk menyalahkan Gen Z atas sesuatu hal.
Mulai dari stereotip Gen Z sebagai generasi yang manja, serba instan, sampai ke generasi yang ga bisa kerja. Well, emang iya di tahun ini mulai banyak Gen Z yang udah ke usia dewasa yang dituntut untuk berhadap dengan masyarakat sekitar seperti bekerja dan lain sebagainya.
Dan jujur aja, di media sosial banyak banget konten-konten yang menyudutkan Gen Z dengan segala stereotip yang ada. Dan biasanya, konten-konten yang dibuat selalu menyudutkan Gen Z dengan generasi-generasi di atasnya dengan isi konten yang biasanya membuat generasi di atas Gen Z sebagai generasi yang lebih tough dan juga lebih kuat sehingga menciptakan stereotip seakan-akan seluruh Gen Z adalah generasi yang lemah dan manja.
BACA JUGA: ADU KEPAHITAN HIDUP ANTARA GEN X DAN GEN Z: BUKANNYA SALING SUPPORT MALAH LOMBA BANDING-BANDINGIN
Stereotip ini emang sebenarnya muncul beriringan dengan perkembangan teknologi dan informasi itu sendiri. Gen Z yang lahir di era internet, seringkali dianggap sebagai generasi yang memiliki ketergantungan dengan media sosial. Makanya, banyak yang beranggapan Gen Z sebagai generasi yang caper, manja, dan lain sebagainya karena dianggap apapun yang terjadi terhadap mereka, akan selalu mereka sebar di media sosial.
Well, di satu sisi hal tersebut emang nyebelin dan bikin gua sendiri pun kesal. Tapi, apa iya semua Gen Z punya tabiat dan perilaku yang sama? Apa iya semua Gen Z doyan oversharing di media sosial? Apa iya semua Gen Z selalu bergantung pada media sosial?
Dari rasa kekesalan tersebut, gua pun mencoba mencari alasan kenapa akhirnya Gen Z seringkali dijadikan sebagai sosok yang disalahkan dengan menggunakan stereotip-stereotip yang melekat pada mereka.
BACA JUGA: KENAPA GEN Z SUKA NONTON BOKEP?
Alasan pertama yang membuat Gen Z seringkali disalahkan dan lahirnya stereotip-stereotip yang menyudutkan adalah adanya superiority complex dari generasi di atas mereka.
Karena gini, seringkali Gen Z dianggap sebagai sosok “bocah” yang belum paham akan bagaimana hidup berjalan. Sehingga, sosok-sosok yang merasa generasinya lebih “dewasa” ini seakan-akan merasa bahwa generasi mereka berada di atas Gen Z ini.
Salah satu aspek yang membuat gua percaya superiority complex ini menjadi salah satu akar dari permasalahan ini adalah ciri dari superiority complex itu sendiri. Salah satu ciri dari superiority complex adalah adanya rasa untuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain, yang mana dalam kasus ini adalah adanya tendensi dari generasi sebelum Gen Z yang seringkali membandingkan era di generasi mereka dengan era Gen Z itu sendiri.
Contohnya? Well, di awal tulisan gua udah sempat nyinggun konten-konten yang seringkali menjatuhkan Gen Z dengan generasi di atasnya. Mulai dari membandingkan perilaku di lingkungan pekerjaan, membandingkan sikap di media sosial, atau dengan cara membandingkan Gen Z dengan generasi di atasnya melalui berbagai fenomena sosial yang terjadi.
Dengan adanya superiority complex ini, generasi yang menganggap dirinya lebih superior dibandingkan dengan Gen Z pastinya akan selalu menganggap Gen Z sebagai generasi yang akan selalu salah dan ga akan bisa menjadi “sehebat” diri mereka. Padahal faktanya, ga juga. Nyatanya banyak generasi di atas Gen Z yang nyatanya ga jadi apa-apa, dan ga sedikit juga Gen Z yang sukses melewati kesuksesan orang-orang yang berasal dari generasi di atas mereka.
Dari sini lo harusnya paham, baik sikap, cara kerja, dan segala tetek bengeknya, sebenarnya ga didasari oleh generasi kelahiran lo. Semuanya balik lagi ke individu masing-masing. Dan lo juga harus paham, ga ada generasi yang lebih superior daripada generasi lainnya. Karena tiap generasi, pastinya punya peaknya masing-masing.
Alasan berikutnya adalah ageism. Lahirnya stereotip Gen Z sebagai generasi yang ga bisa kerja, manja, dan lain sebagainya bisa dibilang muncul akibat adanya ageism.
Ageism sendiri adalah diskriminasi terhadap seseorang yang didasari oleh usianya. Yang mana disini, Gen Z seringkali dianggap sebagai “bocah kemarin sore” oleh beberapa orang yang berasal dari generasi lain.
BACA JUGA: SERING MENGKATEGORIKAN ORANG DARI GENERASINYA? HATI-HATI, JANGAN-JANGAN LO KENA 'AGEISM'
Dari adanya anggapan ini, ga jarang akhirnya Gen Z selalu disalahkan dan cenderung tidak mendapatkan rasa kepercayaan yang sama dari orang di atas mereka. Dan akhirnya, segala sesuatu yang dilakukan Gen Z akan terlihat salah di mata mereka.
Persoalan ageism ini memang seringkali terjadi di lingkungan kerja. Terlebih, di beberapa tahun belakangan ini, banyak dari Gen Z yang sudah memasuki lingkungan kerja. Dan dengan adanya ageism yang melahirkan stereotip-stereotip ini, pada akhirnya membuat Gen Z kesulitan untuk beradaptasi pada lingkungan kerja yang akhirnya berujung ke lahirnya stereotip-stereotip lain.
Sederhananya, bisa dibilang stereotip-stereotip ini muncul akibat tekanan dan juga diskriminasi usia yang ada. Dan ketika para Gen Z sudah lelah dan ga mampu untuk menghadapi diskriminasi ini, pada akhirnya mereka akan dianggap sebagai generasi yang ga bisa apa-apa. Padahal, kalau diberi waktu dan diperlakukan dengan cara yang sama tanpa melihat usianya, gua rasa Gen Z pun bisa menjadi sosok adaptif dan juga siap untuk masuk lingkungan kerja.
Terakhir, yang akhirnya membuat Gen Z selalu menjadi sosok yang disalahkan adalah kurangnya pemahaman akan teori generasi itu sendiri. Karena lucunya, seringkali orang yang menyalahkan Gen Z adalah orang yang berasal dari Gen Z itu sendiri.
Gen Z sendiri merupakan bagian dari teori generasi yang dikemukakan oleh Graeme Codrington dan Sue Grant-Marshall. Dimana terdapat 5 klasifikasi yang diukur berdasarkan periode waktu kelahiran, yaitu Generasi Baby Boomer (1946-1964), Generasi X (1965-1979), Generasi Y (1980-1995), Generasi Z (1996-2009), dan Generasi Alpha (2010).
Uniknya, Gen Z seringkali dianggap sebagai sosok yang lahir di awal era 2000an, padahal nyatanya orang-orang yang sudah berusia 25 tahun ke atas pun nyatanya masih menjadi bagian dari Gen Z itu sendiri.
Tapi balik lagi, karena adanya superiority complex dan ageism, banyak orang-orang yang berusia 25 tahun ini menganggap dirinya bukan bagian dari Gen Z karena merasa dirinya jauh lebih dewasa dibandingkan Gen Z.
Dan dari adanya ketidakpahaman ini, ga jarang akhirnya Gen Z seringkali menjadi bulan-bulanan banyak orang untuk disalahkan. Padahal, semuanya itu balik lagi ke pribadi dan diri masing-masing.
Seperti yang udah gua bilang, banyak dari Gen Z yang nyatanya jauh lebih dewasa dari Generasi Baby Boomer, Gen X, ataupun Gen Y. Dan ga sedikit juga Gen Alpha yang jauh lebih dewasa dari Gen Z. Pelabelan generasi ini ya pada dasarnya buat gua semata-mata hanya untuk mengklasifikasikan manusia berdasarkan tahun lahirnya aja. Ga ada tujuan untuk mengklasifikasikan generasi-generasi ini berdasarkan tingkah laku dan pola pikirnya. Karena ya semuanya balik lagi ke pribadi masing-masing. (*/)