In Depth

SUDUT PANDANG ‘PEREMPUAN ADALAH PELAKOR’ DALAM MEDIA ENTERTAINMENT

Berkali-kali menonton film dengan premis perselingkuhan, kenapa selalu karakter perempuan yang menjadi sorotan?

title

FROYONION.COM - Berhubung pekerjaan lebih cepat selesai sebelum waktu pulang, aku memutuskan untuk membuka Netflix dan menonton Noktah Merah Perkawinan sembari menunggu jam pulang. Kebetulan, film ini tengah viral dan baru saja masuk Netflix.

Tidak jauh dari kebanyakan film Indonesia tentang perselingkuhan dalam sebuah hubungan, film Noktah Merah Perkawinan ini juga menceritakan hal tersebut– meskipun katanya film ini lebih dari itu, tapi aku lagi-lagi melihat perempuan mendapatkan peran sebagai seorang pelakor.

Sebutlah serial Indonesia Layangan Putus dan serial Korea The World of the Marriedkedua serial ini sama-sama membawa premis perselingkuhan pria yang telah berkeluarga terhadap perempuan lajang. Keterlibatan perempuan dalam kedua serial yang memiliki tema ‘perselingkuhan’ begitu besar.

Hal tersebut membuahkan tanda tanya besar di kepalaku. Mengapa film dan serial yang sempat menghebohkan jagat maya ini sama-sama menggambarkan perempuan sebagai seorang perusak hubungan rumah tangga? Ada apa gerangan?

PEREMPUAN SELALU MENJADI PERUSAK HUBUNGAN?

Biasanya, jika terjadi sebuah perselingkuhan yang akan disoroti terlebih dahulu ada para perempuannya. Entah itu pasangan atau si selingkuhan. Pokoknya, harus perempuannya terlebih dahulu yang mendapat komentar. Si pria bisa belakangan.

Sewaktu kecil, aku sering sekali mendengar cibiran tetangga jika ada sinetron tentang perselingkuhan di televisi. “Oh pantas aja selingkuh, istrinya kalah cantik, sih” atau “Kayak nggak ada laki-laki lain aja, jadi perempuan kok gatel banget!”  

Sampai sekarang juga masih, sih. Bedanya disampaikan melalui tulisan yang dibagikan melalui media sosial. Ambil contoh paling dekat mengenai film Noktah Merah Perkawinan, kemarin ada yang membagikan pendapat penyebab Gilang (Oka Antara) sempat kepincut dengan Yuli (Sheila Dara).

Tentunya, Yuli sebagai pelakor tidak akan lepas dari komentar Netizen. Ada juga yang mengatakan Yuli terlalu mengambil hati perlakukan Gilang yang hanya sekadar mencari udara segar, Istilah kerennya, Yuli yang terlalu ‘baper’ sama Gilang.

Padahal kalau aku perhatikan dengan seksama, gayung saling bersambut. Tidak ada yang hanya ‘sekadar’ dalam perlakuan Gilang terhadap Yuli. Apalagi melihat interaksi antara Gilang dan Yuli ketika tengah meeting atau berduaan di bawah payung. Belum lagi menyebut candaan receh tentang jerapah, gosh!

Tidak hanya Yuli, aktris cantik asal Korea Han So Hee juga terpapar hujatan netizen Indonesia pada Instagram pribadi miliknya. Lucunya, hujatan yang berdatangan ini berasal dari geramnya netizen atas perannya di serial Korea The World of the Married.

Meskipun ini merupakan kisah fiktif, tidak dapat dipungkiri bahwasannya kisah-kisah ini terinspirasi dari peristiwa nyata yang terjadi di lingkungan masyarakat kita. Perempuan selalu menjadi masalah retaknya sebuah hubungan. Pertanyaannya adalah kenapa?

BACA JUGA: MENGAPA PEREMPUAN CENDERUNG MAMPU BERTAHAN DALAM ‘TOXIC RELATIONSHIP’?

LUHURNYA NILAI KETIDAKSETARAAN GENDER DI MASYARAKAT

Merupakan sebuah nilai yang lumrah, jika perempuan menjadi sosok perusak dalam sebuah hubungan asmara. Ironisnya, pelabelan tersebut tidak hanya digembar-gemborkan dalam dunia nyata. Namun, seakan-akan media hiburan juga ikut mempromosikan label pelakor tersebut.

Tidak hanya media visual, sebelum menulis ini aku mendapati beberapa media tulisan juga membuat beberapa artikel dengan tajuk perempuan sebagai perusak hubungan. Coba saja masukan kata kunci tersebut, akan ada banyak sekali media yang berlomba membagikan tips tersebut. 

Menjamurnya nilai yang menyimpang mengenai perempuan ini diakibatkan luhurnya ketimpangan gender yang ada di Indonesia. Di mana perempuan selalu dijadikan benda mati yang seakan-akan tidak memiliki alasan, tidak bisa memberikan justifikasi atas tindakannya.

Masyarakat seakan tutup mata, padahal bisa saja perempuan-perempuan yang katanya sukarela menjadi selingkuhan ternyata dipaksa, dirayu sedemikian rupa, atau bahkan diancam. Namun, bagi masyarakat kita pasti akan berbunyi, “Yah kan bisa nolak, bilang aja emang mental pelakor”.

Waduh, aku membayangkan saja tidak sanggup. Bagaimana seorang perempuan bisa menolak, padahal nyawanya tengah terancam. Agak mengerikan ya, Civs? Ketika nyawa diambang pintu, tapi harus dilawan demi memuaskan ego masyarakat.

Dikutip dari CNN, menurut Tunggal Pawestari seorang konsultan gender dan HAM mengatakan munculnya pandangan masyarakat yang sudah mengakar karena nilai mengenai laki-laki yang nakal dan agresif dan perempuan patuh dan menerima telah lama ditanamkan.

Jadi wajar saja, jika terjadi sebuah perselingkuhan di area gosip ibu-ibu sore hari maupun kisah fiktif sinetron di televisi. Perempuan selalu mendapat sorotan lampu hujatan paling terang, daripada laki-laki. Wong, nakal dan agresif jadinya ya mohon maklum ya.

Maka dari itu, Civs. Setelah menonton Noktah Merah Perkawinan kemarin, yang digadang-gadang sebagai film tak hanya sekadar tentang perselingkuhan, mendapatkan nilai yang sama saja dengan film-film yang mengusung premis ini, setidaknya di mataku.

Lha, yang jadi perusak hubungannya tetap karakter perempuan, yang mendapat hujatan dan kegemasan netizen tetap karakter si perempuan, yang mendapatkan penderitaan juga si karakter perempuan. Padahal, kalau ditinjau lebih lanjut karakter Gilang ini cukup problematik, ya? Hehe. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Zulfah Sela

Creative writing enthusasist