In Depth

‘STRESSLAXING’: MENCOBA RILEKS MALAH NGEBIKIN LO SEMAKIN STRES?

Pernah gak sih lo ketika mencoba untuk rileks dari gempuran permasalahan duniawi, bukannya ngebikin santai kayak di pantai malah ngebikin diri sendiri stres gak karuan. Kalau iya, hati-hati barangkali lo lagi kena penyakit mental yang namanya stresslaxing!

title

FROYONION.COMStresslaxation merupakan istilah baru untuk menggambarkan gangguan mental berupa kecemasan yang terlalu berlebih, ketika lo mencoba untuk rileks. 

Bahkan dalam sebuah studi terbaru yang berjudul Relaxation-induced anxiety: Paradoxical anxiety enhancement due to relaxation training, kejadian seperti ini bisa terjadi pada 30% hingga 50% orang saat mencoba rileks, tetapi malah justru menyebabkan gejala stres. Gejalanya itu bisa berupa detak jantung yang cepat, atau keringat yang berlebihan. 

Tentu ini jadi paradoks, mengingat ada orang yang mengalami stresslaxation ini gak bisa ngapa-ngapain untuk menghilangkan stres. Mau santai gak bisa, mau dipaksa beraktivitas pun malah bikin nambah stres. Tapi, gak semua orang bisa mengalami stresslaxation ini, Civs. 

Beberapa riset menunjukkan bahwa penderita kecemasan lebih rentan terhadap masalah ini, namun pada riset itu juga ada beberapa alasan yang lain kenapa lu bisa stres meskipun lu udah nyoba rileks dan bagaimana tips untuk mengatasinya!

SUKA GAK NGAKU BAHWA LO LAGI STRES

Berpura-pura bodo amat dan menganggap lo ga punya masalah apapun, menjadi salah satu langkah yang paling enggak efektif untuk mengatasi stres lo, Civs. Bahkan dalam kasus stresslaxing, saat lo menyangkal semua masalah, tubuh lo akan otomatis terus mengirimkan sinyal stres supaya lo mengambil tindakan dan segera menyelesaikan masalah. 

Mungkin beberapa orang sering menyangkal suatu masalah untuk membantu dirinya mengatasi emosi. Ibarat ada orang terdekat yang kena musibah, lo berusaha untuk menyangkal bahwa semua bakal baik-baik aja dan gak pernah terjadi apa-apa.

Namun, ketika lo sering melakukan penyangkalan untuk mengatasi stres sehari-hari, itu bisa membuat lo terus menerus terjebak dalam suatu kebiasaan, sehingga itu juga menjadi  penyebab ketika lo mencoba bersantai alih-alih mengatasi penyebab stres malah ngebikin semakin stres.

Maka mengakui kalo diri lo sendiri lagi dalam keadaan gak baik-baik saja bisa membantu mengatasi masalah tersebut. Karena ketika tubuh lo udah mencoba mengingatkan bahwa ada masalah yang perlu buat dibenerin, otomatis jaringan fisiologis dalam tubuh lo langsung bekerja. 

Misalnya, dengan peningkatan detak jantung lo yang semakin cepat, sehingga membantu tubuh lo membawa lebih banyak darah beroksigen ke otak. Alhasil otak lo bisa menemukan solusi dari masalah yang lo alami.

BACA JUGA: SERING MERASA BAHAGIA, LO YAKIN NGGAK KENA DUCK SYNDROME?

LU TERLALU MIKIRIN PERKATAAN ORANG LAIN

Ketika lo udah mempunyai sesuatu yang amat di sukai, baik itu dari hobi maupun dari pekerjaan, maka yang menjadi alasan terpenting itu ialah motivasi lo dalam memilih hobi maupun passion. Apa sih yang bikin lo buat milih kerjaan atau hobi ini?

Namun, beberapa dari kita termasuk lo Civs, mungkin ada yang mengejar passion maupun hasrat hanya karena ingin meningkatkan kepedean, memang ingin mempunyai skill yang baru atau bisa jadi untuk kebutuhan primer maupun sekunder, dan bagi gw itu masih menjadi alasan yang wajar.

Tapi akan beda ceritanya dengan beberapa orang yang hanya bekerja atau memenuhi hasratnya hanya karena ingin mendapatkan pengakuan orang lain. Golongan yang kayak gini cenderung mengejar hal tertentu agar bisa dipuji oleh rekan kerja atau bahkan membuktikan nilai diri kepada teman maupun doi, bagi gw ini sudah menjadi alasan yang gak bisa dibenarkan.

Dengan mengejar suatu hasrat hanya demi penilaian orang lain menjadi penyebab orang terlalu memaksakan dirinya sendiri. Misalnya, hanya demi penilaian dari gebetan bahwa lo orang yang baik dan pintar, lo sampai rela-relain bikinin tugas gebetan, disaat lo lagi sakit beneran. Atau si yang paling suka minta tugas kampus hanya demi caper ke dosen.

Dari hal-hal begituan bisa memicu stres dan menyulitkan diri lo sendiri untuk bersantai. Ibaratnya dalam pikiran lo itu udah terpatri anggapan bahwa " loh, kok gw malah buang-buang waktu ya dengan nyoba santai gini, ntar dikira pemales ama doi dan bla bla". 

Maka dengan pola pikir begitu ,ketika lo mencoba untuk rileks, lo malah stres sendiri karena dihantui sama penilaian orang lain. Disaat seperti itu, penting bagi lo meluangkan waktu untuk "istirahatin mental dan pikiran" dari semua aktivitas yang menghantui. Istirahatnya gak harus lama, dan gak perlu ribet juga.

Cukup dengan waktu jeda yang dapat membantu lo untuk gak terlalu overthinking dari penilaian orang lain terhadap apa yang lo lakuin. 

LO GAK BISA NGAMBIL SEBUAH KEPUTUSAN

Ini sering terjadi bagi kaum yang mendang mending, dan terlalu banyak pertimbangan alias mikir. Karena ketika ingin membuat suatu keputusan, lo selalu berpikir  'ah mending gua gak ngelakuin ini ketimbang itu' atau ' kalo gua nyoba buat liburan untuk bersantai, pengeluaran gua jadi nambah nih'.

Bisa juga ketika ingin memilih opsi untuk nyantai, pengen mau nonton bioskop, tapi kalo setelah dipikir-pikir mending baca buku di perpustakaan aja, karena dinilai lebih hemat. Nah dengan plin plannya lo ngambil keputusan cuman buat menghabiskan waktu untuk bersantai, alih-alih ngebikin lu rileks malah ngebikin stres. 

Maka, cara yang paling tepat untuk mengatasi itu ialah, lo harus ingat lagi apa sih alasan lo untuk nyoba rileks? tanpa harus mikirin uang maupun opsi yang lebih murah. 

Dan satu lagi, lo kudu membatasi jumlah keputusan yang lo buat. Lo rencanain terlebih dahulu, kapan lo ingin ngelakuin sesuatu yang menenangkan, berapa lama lo ingin ngelakuinnya sehingga lo gak ragu dan bimbang yang akhirnya ngebikin stres diri sendiri.

Gapapa dan harus untuk sekali-kali mencoba sesuatu yang bener-bener bisa menenangkan diri lo tanpa mikirin pengeluaran, maupun pendapat doi. Love your self! (*/)

BACA JUGA: JAMUR AJAIB ATAU ‘MAGIC MUSHROOM’ BISA BIKIN KREATIF, BENARKAH BEGITU?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Bayu Dewantara

Mahasiswa UI(n) Jakarta, Content Writer, Civillion, Penulis buku antologi "Jangan Bandingkan Diriku" dan "Kumpulan Esai Tafsir Progresif"