Ekspresi kesedihan biasanya adalah dengan menangis atau dengan menunjukkan wajah murung. Lalu bagaimana dengan orang yang biasanya menanggapi sebuah kesedihan dengan tersenyum? Simak selengkapnya di sini!
FROYONION.COM - Tersenyum adalah salah satu ekspresi manusia yang dapat mengalirkan energi positif. Senyum yang tulus memiliki manfaat bagi kesehatan, salah satunya meningkatkan hormon dopamin, endorfin dan serotonin yang dapat memperbaiki mood seseorang.
Alasan inilah yang memunculkan paradigma bahwa seseorang yang tersenyum sedang menunjukkan keadaan yang baik-baik aja.
Namun, sebagian orang memakai senyum untuk fungsi sebaliknya. Ya, untuk menutupi keadaan yang nggak baik-baik aja. Kondisi ini bertujuan agar orang-orang sekitar tidak mengetahui permasalahan atau kesedihan yang sedang hadapi.
Lo pernah denger kan ada kalimat yang bilang kaya gini: “Biasanya orang yang ketawanya paling kenceng, dia yang paling banyak nyimpen kesedihan”.
Mungkin banyak dari kita yang pernah ngalamin kondisi kaya gini, di luar keliatan happy-happy aja padahal mood dan pikiran lagi ancur-ancuran. Bisa jadi kita lagi ngalamin yang namanya smiling depression.
Pengertian smiling depression menurut sebuah laman healthline.com merupakan sebuah kondisi saat seseorang hidup dengan gangguan depresi tetapi tetap berusaha menampilkan kondisi seolah-olah dia bahagia.
Mereka dengan kondisi seperti ini mungkin masih dapat berbaur dengan orang-orang sekitar dan masih beraktivitas dengan normal bahkan terlihat memiliki kehidupan yang sempurna.
Ada banyak faktor kenapa seseorang bertingkah “pura-pura bahagia”. Misalnya stigma sosial terkait depresi sebagai suatu gangguan jiwa kerap menjadi alasan seseorang tak mau menunjukkan keadaan depresinya kepada khalayak.
Perasaan tak mau merepotkan dan sulit untuk meminta bantuan membuat orang pengidap smiling depression memilih memendam kesedihannya sendiri.
Smiling depression ini tidak diakui sebagai diagnosis Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), namun kemungkinan termasuk dalam diagnosis gangguan depresi mayor dengan fitur atipikal.
Survei kesehatan mental nasional yang dilakukan oleh Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) pada bulan Oktober 2022 menunjukkan bahwa 43,8% remaja yang membutuhkan bantuan profesional untuk mengatasi permasalahan kesehatan mental memilih tidak meminta bantuan. Mereka memilih menangani masalahnya sendiri atau dengan dukungan keluarga dan teman-teman.
Belum lagi temuan fakta dalam kurun waktu satu tahun terakhir saat survei itu dilakukan, hanya 2,6% saja dari remaja yang menggunakan fasilitas kesehatan mental dan konseling untuk mengatasi masalahnya.
Okey, data di atas udah jadi gambaran kan betapa banyaknya kesedihan yang tersembunyi di luar sana :)
Menyoal kondisi smiling depression, kita bisa lho mengenali tanda-tandanya lewat beberapa hal berikut ini:
Perubahan pola tidur berkaitan dengan kondisi depresi yang dihadapi. Pengidap depresi biasanya tidur secara berlebihan. Menurut psikolog Michelle Drerup, tidur ini jadi bentuk pelampiasan seseorang yang mengalami depresi.
Alasan lainnya adalah karena pengidap depresi susah buat tidur lebih awal, akhirnya mereka mengganti kekurangan tidur itu dengan tidur lebih lama.
Kalau lo sadar, perubahan nafsu makan merupakan tanda yang paling mudah dilihat dari seseorang yang lagi depresi. Nafsu makan bisa tiba-tiba meningkat atau sebaliknya.
Saat stress, tubuh mengeluarkan hormon kortikotropin yang dapat menurunkan nafsu makan. Tapi kalau stress lo berlanjut yang keluar adalah hormon kortisol yang bisa menaikkan nafsu makan. Makannya seringkali perubahan nafsu makan akibat depresi ini membuat berat badan seseorang naik atau turun.
Bagi sebagian orang yang lagi depresi hidup akan terasa ga menarik. Istilahnya boro-boro untuk melakukan hal yang disukai, menjalani aktivitas wajib kaya makan aja kadang males kan. Depresi yang dialami ini memberikan perasaan tidak berharga dan putus asa pada pengidapnya.
Tanda ini biasanya dialami pada internal individu itu aja, karena pengidap smiling depression akan menunjukkan hal yang berbeda saat beraktivitas diluar bersama yang lainnya. Capek banget kan harus pura-pura excited :(
Saat ini hidup emang kayaknya susah lepas dari yang namanya media sosial, terutama bagi kaum Millennial ke bawah. Seseorang dengan indikasi mengalami smiling depression akan mencoba selalu menunjukkan kehidupan yang bahagia di dunia maya.
Momen-momen itu ia bagikan dalam bentuk story atau postingan. Padahal kenyataannya ia tidak menjalani perasaan senang seperti di postingannya.
Tanda yang satu ini berkaitan dengan data yang udah disebutin di atas Civs. Seseorang dengan permasalahan kesehatan mental enggan meminta bantuan kepada profesional bahkan enggan bercerita kepada keluarga dan teman.
Misalnya ada istilah kalau laki-laki sejati tuh ga nangis, menceritakan kesedihan kepada orang lain membuat laki-laki terlihat lemah “katanya”.
Padahal ga gitu juga kan konsepnya. Kasus lain pada seorang perempuan yang dituntut untuk selalu mandiri, dia cenderung lebih memilih menyimpan dan menyelesaikan permasalahannya sendiri dan selalu terlihat tegar di hadapan orang lain.
Tanda berikutnya, pengidap smiling depression selalu berusaha untuk menghindari perasaannya.
Dibandingkan harus mengekspresikan perasaan sedih dan meminta bantuan, mereka lebih memilih untuk mencari kesibukan lain untuk melupakan depresi yang menghantui. Bila terus menerus dilakukan, hal ini dapat menimbulkan kelelahan emosional dan fisik.
Smiling depression ini memiliki bahaya yang cukup fatal kalau dibiarin terus-terusan. Risiko suicide alias menghilangkan nyawa sendiri lebih besar pada seseorang pengidap smiling depression. Hal ini dikarenakan mereka memiliki energi lebih banyak untuk memikirkan bunuh diri dan menindaklanjutinya. Kondisi ini diperparah lagi karena nggak ada yang sadar orang itu lagi depresi dan butuh bantuan.
Sudah selayaknya kita lebih sadar soal kesehatan mental ini. Kalau lo udah ngerasa ada yang nggak beres di diri lo, belajarlah untuk menjadi terbuka kepada orang lain. Jangan takut buat konsultasi ke psikolog dan psikiater supaya bisa dapet diagnosis yang tepat. Tenang aja, layanan psikiater sekarang bisa pake BPJS kok.
Jadi kalau lo sadar ada orang di sekitar lo yang ngelakuin smiling depression, plisss kasih dia dukungan emosional dan ajak diskusi soal apa yang lagi dia khawatirin. Tindakan dan kepedulian kecil lo mungkin bisa nyelamatin hidup seseorang, Civs. (*/)