Sebuah strategi marketing dan entertainment yang bikin orang makin gampang khilaf belanja lewat TikTok Shop. Yuk kita cari tau bareng apa itu shoppertainment!
FROYONION.COM - Civs, ngerasa nggak sih kalau akhir-akhir ini kita jadi makin gampang banget impulsive buying barang-barang lewat TikTok Shop gara-gara liatin orang live? Ternyata salah satu alasannya adalah tren shoppertainment yang saat ini mulai masif dilakukan para online seller untuk bikin kurir makin rajin ngunjungin rumah kita.
Shoppertainment, sebuah tren marketing yang menggabungkan konten hiburan dan edukasi untuk membantu memasarkan produk. Lewat strategi ini, para penjual online akan berusaha untuk menarik perhatian audience melalui livestreaming di akun tokonya masing-masing.
Tren ini sebenernya bukan hal baru, kalau kamu sering nonton TV circa 2007 ke bawah akan ada banyak sekali acara yang isinya demontrasi tentang cara penggunaan, manfaat produk, keunggulan produk, dan diskon-diskon yang bisa kamu dapet jika kamu beli saat itu juga (biasanya sih acara dipandu oleh artis TV dan seorang ahli sesuai dengan produk yang dijual). Saat itu pembelian biasanya dilakukan dengan cara kita menelpon langsung ke CS produk itu.
Seperti yang kita tahu, saat ini metode ini cuma ganti media aja. Kalau dulu ada di channel home shopping, sekarang shoppertainment jadi makin mudah dijangkau semua kalangan lewat e-commerce dan media sosial seperti TikTok dan Instagram (dulu channel home shopping ini hanya tersedia jika kita berlanggan saluran itu).
Hari ini, bentuk marketingnya pun jadi macam-macam, mulai dari produk-produk ajaib (dan unfaedah bin lucu) yang jarang banget kita temuin kalau pergi ke toko-toko offline, sampai dengan persona penjual yang sangat kuat saat berjualan seperti Bunda Corla.
Kalau jualan gorden aja bisa menarik kita yang anak muda ini, bayangin gimana efek shoppertainment kalau diterapin ke produk-produk yang emang deket dengan kehidupan kita. Yak bener, efeknya ya gaji yang cuma lewat itu, hahaha.
Let’s talk about data, mengutip dari katadata.co.id, TikTok bekerjasama dengan Boston Consulting Group (BGC) membuat sebuah survei bertajuk Shoppertainment: APAC’s Trillion Dollar Opportunity. Survei ini menunjukkan bahwa potensi pasar di Asia Pasifik akan mencapai 1 Triliun Dollar US pada 2025.
Indonesia diproyeksikan akan menyumbang GMV Shoppertainment terbesar di Asia Pasifik sebesar 26%. Dari data ini aja bisa kita ambil kesimpulan kalau orang Indonesia emang doyan banget untuk belanja online saat nonton orang live.
Jadi kesempatan nambah cuan atau ngabisin penghasilan, pilihannya ada di kamu, Civs!
Setelah baca soal laporan ini, aku penasaran sebesar apa tayangan live terutama di TikTok ini memengaruhi keputusan membeli seseorang, karena jujur aja aku tipe orang yang jarang banget buka TikTok dan belum pernah beli dari TikTok Shop.
Akhirnya, aku coba ngobrol sama temen-temen yang biasanya belanja lewat e-commerce, sekarang jadi sering belanja lewat TikTok Shop. Kurang lebih rangkumannya kayak gini.
“Kenapa milih belanja lewat Tiktok Shop?”
“Pernah impulsive buying nggak sih gara-gara liat orang live?’
Dari hasil ngobrol itu, aku bisa narik kesimpulan kalau fenomena belanja lewat live TikTok ini menutup gap saat kita belanja online, yaitu interaksi langsung antara penjual dan pembeli. Interaksi ini bikin belanja online terasa kayak beli offline tapi jauh lebih praktis dan murah.
Ngeliat gimana ajaibnya shoppertainment, aku jadi gatel buat cari tau gimana manfaatin tren ini buat buat bikin strategi marketing baru (maklum lah ya, kan kerjaannya emang di digital marketing hahaha).
Semoga bisa jadi manfaat buat kamu yang nyoba live jualan.
Hari ini udah banyak banget yang live, kalau kita nggak punya ciri khas, akan susah banget narik perhatian orang.
Pernah liat iklan-iklan produk luar negeri (biasanya dari China) yang bikin kita mikir, “Kalo aku beli ini pasti masalahku selesai”. Kalau diliat lagi ya, alasan iklan itu menarik karena kita ditunjukin masalah spesifik yang bisa diatasi kalau kita beli produk itu.
Namanya juga shoppertainment, jualan dan hiburan harus seimbang. Kalau jualan terlalu hard selling mau live dimanapun bakal tetep sepi, Civs!
Kalau sebelumnya ngasih tips buat yang mau jualan, nggak adil rasanya kalau kita nggak bahas bikin tips dan trik biar shoppertainment ini nggak bikin kita jadi pribadi yang boros.
Aku akan coba rangkumin beberapa tips yang aku tau dan aku praktekin agar terhindar dari impulsive buying.
Ada sebuah teori yang menyarankan kita agar menunggu 30 hari sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu. Dengan cara ini, kita akan tahu apakah barang itu memang kita butuhkan atau kita cuma pengin sesaat.
Untuk beberapa barang yang sifatnya keinginan, alangkah baiknya kita hanya membeli barang yang bernilai tidak lebih dari 10% “uang nganggur” kita.
Salah satu faktor yang bikin impulsive buying adalah “mumpung diskon”. Di marketing sendiri ini memang salah satu strategi, namanya scarcity. Diskon yang punya batas waktu bikin kita terburu-buru dalam ambil keputusan, jadi matanya jangan langsung ijo ya kalau liat diskon.
At the end of the day, akan selalu ada tren-tren baru yang terus bermunculan di dunia marketing. Mau kita manfaatin atau kita yang dimanfaatin tren, pilihannya ada di kita masing-masing, Civs!
Yuk, jadi anak muda yang lebih bijak dalam bertindak! (*/)