In Depth

SERING MERASA BAHAGIA, LO YAKIN NGGAK KENA DUCK SYNDROME?

Civs, lo punya nggak teman yang hidupnya keliatan bahagia, tapi sebenarnya dia lagi berusaha buat nutupin kegelisahan? Dia cuma pengen orang lain melihat dia seakan santai tanpa tekanan apa-apa dalam hidup. Bahkan bisa jadi lo sendir sedang mengalami duck syndrome.

title

FROYONION.COM - Pasti banyak ya Civs, orang-orang di sekitar lo yang sukses meraih keinginannya dalam karir atau pendidikan. Biasanya muncul pertanyaan nih, kok mereka keliatan mudah dan gampang banget buat meraih hal itu ya. Sementara kita meraih keinginan yang kita mau kok rasanya sulit, kayak ngelewatin jalanan penuh dengan kerikil.

Tapi lo kebayang nggak sih kalo di balik kesuksesan tersebut ada sisi gelap yang mereka tutupi. Misalnya, kita nggak pernah tau sejauh mana mereka tertekan dan menderita untuk meraih kesuksesan tersebut.

Atau lo sendiri yang sekarang lagi mengalami perasaan ini. Lo mungkin tampak tenang melalui hidup dan dengan mudah memenuhi tuntutan orang di sekitar lo, tetapi pada kenyataannya, lo dengan panik berusaha untuk tetap mengikuti alur tersebut dan bertahan.

Siapa sangka bisa jadi lo sedang mengalami fase Duck syndrome. Ngomong-ngomong, lo udah pada tau belum apa itu Duck Syndrome?

Melansir dari Medicine Net, Duck syndrome merupakan istilah yang berasal dari kisah seekor bebek saat sedang berenang. Bebek akan terlihat tenang saat meluncur di permukaan air, namun mengayuh dengan panik di bawah permukaan untuk tetap mengapung.

Awal mula istilah ini muncul di Stanford University, iya tempat Maudy Ayunda lanjutin program magister hehe. Sindrom ini gambarin perilaku mahasiswa tahun pertama yang sebenarnya sedang dirundung banyak masalah tapi kelihatan baik-baik aja dari luar.

Mereka menjalani dengan mudah, tetapi panik dan berusaha memenuhi tuntutan hidup. Sering kali mereka mungkin memberi tekanan pada diri sendiri untuk berhasil atau merasa bahwa mereka harus memenuhi harapan yang tinggi.

Sindrom ini banyak terjadi pada remaja yang masih bersekolah atau berkuliah dan para dewasa muda yang baru memulai karirnya di dunia kerja.

BACA JUGA: DENGERIN LAGU SEDIH TERNYATA BIKIN LO SENENG

KENAPA DUCK SYNDROME BISA TERJADI SIH?

Dari beberapa sumber yang gue temukan, sindrom ini terjadi karena beban yang mendorong untuk mempertahankan citra baik yang ada pada diri lo. Misalnya, waktu lo di sekolah menengah, lo adalah salah satu murid terbaik. Pujian dari guru dan teman-teman udah menjadi makanan sehari-hari.

Pujian-pujian itu akhirnya buat lo merasa optimis dan makin berambisi buat meraih prestasi yang lebih besar suatu saat nanti. Sayangnya, di masa ini lo nggak bisa mengikuti alur dengan baik dan berbagai tuntutan mulai menghantui. Akhirnya lo mulai merasa kewalahan.

Lagi-lagi citra diri tadi, lo nggak mau mengakui dan tetap berusaha mati-matian agar terlihat tenang dan berhasil mengerjakan semuanya. Lo mulai nggak peduli akan keadaan diri yang lelah, perasaan dan batasan diri, tujuan lo cuma satu dapet apa yang lo inginkan dan seakan nggak pernah mengalami kegagalan.

MEMBANDINGKAN DIRI SENDIRI TERMASUK GEJALA DUCK SYNDROME

Sering kali seseorang yang mengalami duck syndrome membandingkan diri dengan orang lain. Merasa orang lain memiliki kehidupan yang lebih baik dibanding dirinya. Timbul tekanan terhadap diri sendiri yang membuat dirinya merasa kewalahan dan nggak bisa dikendalikan.

Akibatnya seseorang akan lebih mudah gugup dan mudah khawatir. Keinginan untuk mencapai target yang tinggi cenderung buat mereka jadi pelupa dan sulit konsentrasi. Pikiran jadi mudah terkuras dan sering kali memunculkan perilaku yang berkaitan dengan kegelisahan, seperti gugup dan gigit jari.

DUCK SYNDROME NGGAK BISA DIDIAGNOSIS

Nah faktanya, nggak ada kriteria resmi nih buat mendiagnosis sindrom ini. Namun ada, penanganan secara efektif untuk kondisi kesehatan mental. Misalnya, kecemasan dan depresi.

Mengutip asumsi.co, secara biologis, depresi, kecemasan, dan sejenisnya bisa disebut duck syndrome. Gejala ini dapat dikaitkan dengan tingkat neurotransmiter yang tidak normal di otak, ukuran beberapa area otak yang lebih kecil, dan peningkatan aktivitas di bagian otak lainnya.

Memang sih kalo lo mengidap duck syndrome, nggak bakal ada perawatan khusus. Namun, ada perawatan dan strategi yang sangat efektif untuk mengatasi kecemasan dan depresi.

Pertama, lo bisa mendekati masalah daripada menghindarinya. Jadi, alih-alih terus ‘mendayung mati-matian di bawah permukaan,’ lo bisa mengakui masalah itu dan mencari dukungan.

Lo bisa melakukan konseling dengan konselor kesehatan mental berlisensi, seperti penyedia layanan prime, psikiater, psikolog dan lain sebagainya. Karena seseorang yang mengalami duck syndrome beresiko tinggi mengalami masalah psikologis.

Lo mungkin bisa telisik kembali kapasitas diri sendiri supaya dapat bekerja sesuai kemampuan, belajar mencintai diri sendiri dan jalani gaya hidup sehat. Coba untuk sekedar meluangkan waktu untuk diri sendiri dengan relaksasi dan jauhi media sosial dalam beberapa waktu ke depan.

JENIS DUCK SYNDROME YANG SERING DIALAMI MILENIAL

Ngomongin jauhin media sosial, Pakar Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Margaretha Rehulina, S.Psi., G.Dip.Psych., M.Sc. bilang kalo ada jenis-jenis duck syndrome yang sering dialami oleh milenial, salah satunya karena media sosial.

Pertama, menipu diri agar terlihat sukses. Nggak cuma satu atau dua orang milenial yang ingin menampilkan diri di media sosial agar terlihat glamor dan sukses. Padahal di balik itu ada usaha dia harus berhutang dan bekerja keras.

Margaretha juga bilang buat ngadepin ini, diperlukan kejujuran untuk dapat menerima diri sendiri. Bersyukur dan menyadari bahwa apa yang dimiliki saat ini adalah yang terbaik. Katanya, nggak perlu berpura-pura dan menipu diri di sosial media buat menampilkan kesuksesan walaupun sebenarnya itu bukan gambaran dirinya.

"Poinnya adalah menerima diri sendiri agar bisa menjadi pribadi yang otentik," kata Margaretha.

Kedua, dia juga bilang seseorang yang tertutup dan cenderung pendiam biasanya mengalami jenis duck syndrome satu ini. Ciri-cirinya adalah selalu berusaha ingin terlihat baik-baik saja meski sebetulnya mereka sedang mengalami banyak masalah.

Kalo kata Margaretha, jenis duck syndrome ini paling berbahaya karena terkait dengan persoalan mood seperti depresi atau gangguan kecemasan lainnya. Dia juga nyaranin kalo hal ini terjadi di sekitar kita, jangan sungkan buat bantu memahami persoalan yang sedang terjadi.

"Kita hanya butuh minta bantuan kepada orang yang profesional atau keluarga untuk membantu persoalan yang dia alami. Jangan menutupi persoalan yang sedang dihadapi dan tidak apa-apa meminta bantuan orang lain," ucapnya.

Nah belajar untuk mencintai diri sendiri dan telisik kapasitas diri lo ya Civs! (*/)

 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Abdurrahman Rabbani

Cuma buruh tinta yang banyak cita-cita.