In Depth

SERING DIANGGAP NAIF, KENAPA TOKOH PROTAGONIS DALAM FILM MEMILIKI PEMIKIRAN UTOPIS?

Saat menonton sebuah film, kita seringkali dibuat kesal oleh tokoh utama yang kita anggap naif karena pemikiran utopisnya. Tapi, mengapa akhirnya tokoh utama dalam sebuah cerita memiliki pemikiran utopis?

title

FROYONION.COM - Umumnya dalam sebuah cerita, baik berupa film, series, novel, dan lain sebagainya. Tokoh utama atau protagonis seringkali disukai oleh para penikmatnya. Kenapa? Sesederhana karena dia adalah sosok tokoh utamanya. 

Tapi, sebagai penonton ataupun penikmat sebuah cerita, kita seringkali disuguhi dengan sosok tokoh utama dengan pemikiran utopisnya. Pemikiran utopis sendiri adalah sebuah pemikiran yang mengharapkan suatu kondisi yang nyaris sempurna.

Utopis sendiri merupakan kalimat yang berasal dari bahasa Yunani dan diadopsi oleh Sir Thomas More dalam karyanya yang berjudul Utopia. Karya ini awalnya ditulis dalam bahasa Latin dan diterbitkan pada tahun 1516. 

Utopia menggambarkan sebuah masyarakat di pulau fiktif yang terletak di Samudra Atlantik. Kemudian, istilah ini digunakan untuk menggambarkan baik kelompok yang memiliki tujuan menciptakan masyarakat ideal, maupun masyarakat imajiner yang dihadirkan dalam karya fiksi. 

BACA JUGA: APAKAH TOKOH THOMAS SHELBY DAN ORMAS ‘PEAKY BLINDERS’ BETULAN ADA?

Beberapa contoh pemikiran utopis dalam sebuah karya adalah ketika sosok tokoh utama memiliki pemikiran untuk menyelamatkan semua orang, membawa perdamaian, atau bahkan mengharapkan manusia menjadi sosok yang baik sepenuhnya. Dan nggak jarang, pemikiran tersebut seringkali membuat kita sebagai penonton merasa kesal dengan pemikiran tersebut.

Sederhananya, jika tokoh antagonis memiliki sifat yang lebih realistis, di sisi lain sosok protagonis memiliki sifat yang lebih idealis. Sosok protagonis seringkali memikirkan hal-hal paling ideal demi kebahagiaan bersama. 

Namun, mengapa akhirnya tokoh utama dalam suatu karya terutama karya fiksi memiliki pemikiran tersebut? Mengapa sosok tokoh utama seringkali memiliki pemikiran utopis?

GAMBARAN TERBAIK MANUSIA

Pada dasarnya, sebuah karya fiksi tentunya berusaha menggambarkan bagaimana keadaan di dunia yang sebenarnya agar para penonton dapat merasakan film tersebut dengan baik. Namun di sisi lain, sebuah karya fiksi nyatanya membutuhkan sosok yang menjadi gambaran terbaik dari seorang manusia, mulai dari fisik, sampai ke pemikiran yang dirasa sulit dicapai di dunia nyata.

Makanya, seringkali kita disuguhkan dengan tokoh utama dengan penampilan fisik yang tampan, berotot, dan lain sebagainya. Dan untuk makin menyempurnakan tokoh tersebut, tokoh utama diberikan pemikiran yang utopis seperti, “aku akan menyelamatkan dunia”, “aku dapat menyelamatkan semua orang”, “aku akan membuat semua orang menjadi sosok yang lebih baik”, dan lain sebagainya.

Karena melalui pemikiran tersebut, sosok ‘sempurna’ yang sulit digambarkan di dunia nyata mampu dihadirkan melalui sebuah karya. Sehingga, film tersebut akan jauh lebih menarik dengan hadirnya sosok yang sempurna tersebut.

PENYEIMBANG TOKOH UTAMA

Pada dasarnya, kesimbangan menjadi hal utama dalam kehidupan. Baik dan buruk yang ada di dunia nyata pun diimplementasikan pada sebuah film. Sosok antagonis yang memiliki pola pikir ‘realistis’ dan seringkali bersifat destruktif, dihadapkan dengan sosok protagonis yang memiliki pola pikir utopis dan juga humanis.

Dan ‘keseimbangan’ dalam film tersebutlah yang akhirnya menciptakan konflik untuk sebuah film. Ketika sosok protagonis dengan pemikiran utopis berusaha mewujudkan impiannya harus dihadapkan dengan sosok antagonis yang berusaha menggagalkan rencana tersebut melalui pemikiran ‘realistisnya’. 

BACA JUGA: SPOILER ALERT! INI TOKOH-TOKOH YANG MUNGKIN AKAN MUNCUL DI FAST X PART 2

Pun sebaliknya, antagonis yang berusaha mewujudkan impian ‘realistisnya melalui rencana yang destruktif, akan berusaha dihentikan oleh tokoh utama dengan pemikiran utopis dan humanisnya.

Keseimbangan inilah yang akhirnya dibutuhkan para penulis film untuk menciptakan konflik dalam suatu cerita. Meskipun pemikiran-pemikiran utopis ini seringkali terkesan naif dan tidak relate dengan kehidupan nyata, namun pemikiran utopis ini juga lah yang akhirnya mampu mengembangkan sebuah alur cerita. 

CUMA FIKSI

Pada akhirnya, pemikiran utopis pada seorang tokoh protagonis atau tokoh utama dalam sebuah film hanyalah kebutuhan film saja. Pada akhirnya, sosok dengan pemikiran utopis hanyalah fiksi belaka saja. Sesuai dengan pengertiannya, utopis pada dasarnya khayalan dengan kualitas yang diinginkan atau didambakan oleh manusia yang nyaris sempurna.

Pun dalam etimologinya, kata utopis sendiri terbentuk dari sebuah karangan fiksi oleh Sir Thomas More pada tahun 1516 yang menggambarkan masyarakat di suatu pulau khayalan di Samudera Atlantik. 

Sehingga, dapat dikatakan pemikiran-pemikiran utopis pada dasarnya hanyalah khayalan manusia mengenai suatu keadaan yang memang dianggap sempurna dan khayalan tersebut ditumpahkan dalam suatu karya berbentuk film, series, novel, dan lain sebagainya. 

Film dengan tokoh protagonis yang memiliki pemikiran utopis pun nyatanya dibutuhkan oleh diri kita yang hidup di dunia nyata. Seringkali, karena ‘ditampar’ oleh realitas, kita lupa akan mimpi-mimpi yang kita kira hanyalah khayalan belaka. Melalui kegigihan tokoh protagonis dalam sebuah film untuk mewujdukan pemikiran utopisnya, kita seakan diberi tahu untuk tetap memiliki mimpi setinggi apapun, walaupun terkesan hanyalah khayalan belaka. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Radhytia Rizal Yusuf

Mahasiswa semester akhir yang hobi menonton anime dan memiliki ketertarikan dalam berbagai budaya populer seperti, anime, J-pop, K-Pop