In Depth

SAMPAI USIA BERAPA KALIAN PERCAYA SAMA ZODIAK?

Baru saja, seorang kawan menyebut diri gue cuek karena seorang Aquarius. Gue iyain aja, karena gak mau repot. Kami sama-sama berusia 20-an. Gue sama sekali gak percaya zodiak. Entah, mau sampai kapan kawan gue ini percaya sama zodiak?

title

FROYONION.COM - Artikel di media massa yang membahas tentang zodiak, selalu terbit pada setiap pekan. Gemini katanya begini, Aquarius katanya begitu. Zodiak cukup sering jadi bahan omongan, kayak gak ada habisnya. Namun, zodiak beneran berpengaruh sama kepribadian kita gak sih? 

Mengutip dari Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia (KBBI), zodiak artinya lingkaran khayal di langit yang dibagi menjadi dua belas tanda perbintangan. Sedangkan astrologi adalah ilmu perbintangan yang dipakai untuk meramal dan mengetahui nasib. Astrologi sama astronomi beda loh, ya. 

Keliatannya gak ada yang bahaya dari mempercayai zodiak dan astrologi. Melansir dari Psych News Daily, zodiak dan astrologi juga berkaitan dengan teori konspirasi dan ilmu semu lainnya. Para peneliti mencoba mencari tahu, bagaimana orang-orang bisa mempercayai zodiak dan astrologi, serta bagaimana ciri-ciri kepribadian mereka?

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai zodiak dan astrologi, para peneliti ngumpulin sebanyak 264 reponden. Para peneliti menilai kepribadian, tingkat IQ, dantingkat kepercayaan responden terhadap zodiak dan astrologi. Para peneliti juga mengumpulkan informasi tentang usia dan jenis kelamin para responden. Sebagian besar responden adalah perempuan (87%). Mereka berusia kisaran 25 – 34 tahun. 

Buat mengukur seberapa percaya mereka sama zodiak dan astrologi, para peneliti meminta mereka menyelesaikan psikometri singkat, yang disebut dengan Belief in Astrology Inventory. Responden diminta untuk menilai pernyataan mengenai zodiak dan astrologi, seperti “Horoskop memprediksi masa depan seseorang.” 

Responden juga diminta untuk menilai pernyataan kayak begini, “Cara saya berhubungan dengan orang lain, tergantung pada tanda zodiak saya.” Mereka diminta untuk menilai pernyataan tersebut dalam skala 1 sampai 5. Responden juga nyelesain beberapa penilaian kepribadian, salah satunya adalah tes kepribadian standar sebanyak 30 item. 

Dalam penelitian ini, terdapat alat khusus yang dirancang untuk mengukur narsisme. Para responden diminta untuk menanggapi pernyataan seperti "Orang-orang melihat saya sebagai pemimpin alami" atau "Saya bosan bergaul dengan orang biasa." 

Proses penilaian dari reponden akhirnya selesai. Dan hasilnya menunjukkan, bahwa orang yang percaya pada zodiak dan astrologi, cenderung lebih narsis dan memiliki IQ rendah. Studi ini mengatakan, bahwa semakin tinggi IQ, semakin rendah jug kemungkinannya bagi dia buat percaya dengan zodiak dan astrologi.

Para peneliti juga menemukan, bahwa responden wanita dan kalangan tua sedikit lebih percaya dengan zodiak dan astrologi daripada responden lainnya. Ramalan zodiak positif yang ‘menguntungkan’ bagi pemilik zodiaknya, dinilai sebagai alasan yang membuatnya lebih menarik bagi narsisis. Mereka percaya bahwa zodiak dan astrologi berkaitan dengan sains, padahal tidak.

Studi ini menunjukkan, bahwa para narsisis umumnya lebih tahan terhadap fakta, alias susah juga dibilangin. Mengutip dari Pew Research Center, 29% orang dewasa Amerika percaya dengan zodiak dan astrologi. Hasil dari polling yang dilakukan juga memperlihatkan, bahwa wanita cenderung lebih percaya pada zodiak dan astrologi (37%) daripada pria (20%). 

Polling tersebut juga menunjukkan, bahwa Katolik sedikit lebih mungkin percaya dengan zodiak dan astrologi (33%) daripada Protestan (24%). Agnostik dan Ateis juga mengikuti polling ini. Agnostik cenderung tidak percaya dengan zodiak (18%), dan Ateis (3%), tentu tidak akan percaya dengan hal semacam ini. 

Tidak hanya zodiak dan astrologi, menentukan kepribadian berdasarkan golongan darah pun ternyata juga tidak relevan. Ada sebuah kisah, seorang pria menjalani hidupnya dengan begitu santai.

Setiap ada temannya yang bertanya kepadanya, “Santai banget sih hidup lo?” Pria tersebut selalu menjawabnya begini, “Iya lah gue santai, soalnya golongan darah gue B.” Dia terus mengungkapkan hal tersebut, hingga suatu ketika, dia melakukan tes golongan darah. 

Hasilnya: ternyata golongan darahnya adalah O. Cerita ini merupakan kisah nyata yang saya dapat semasa di kampus. Mengutip dari Live Science, menggambarkan kepribadian berdasarkan zodiak atau golongan darah, sebaiknya hanya untuk bersenang-senang saja. Tidak perlu dijadikan sebagai acuan. 

Sebuah studi di National Library of Medicine tahun 2021 menunjukkan, bahwa kepribadian tidak berkaitan dengan faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, ketinggian IQ, maupun budaya. Mengetahui kepribadian seseorang bukanlah dengan cara melihat zodiak, tapi dengan melakukan tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI). 

Kepribadian pun dapat berubah-ubah, baik seiring bertambahnya usia, maupun sesuai keinginan. Menurut Live Science, seiring bertambahnya usia, mereka menjadi lebih ekstrover, lebih menyenangkan, dan lebih berhati-hati. Psikolog di University of Illinois bernama Brent Roberts mengatakan, “Jika Anda fokus dan bersedia melakukannya secara sistematis, Anda dapat mengalami perubahan.” 

Akhir kata, gue masih gak terima dibilang cuek. Dasar, Gemini! (*/Photo credit: Nastya Dullhier)

BACA JUGA: MEMPELAJARI KEPRIBADIAN DIRI BERNAMA AMBIVERT BERSAMA ERWIN PARENGKUAN

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Fadhil

Content writer Froyonion, suka pameran seni dan museum, sesekali naik gunung