Hasil penelitian ini menyatakan bahwa komedian memiliki tipe kepribadian yang terkait dengan gejala psikosis, sebagaimana para pekerja kreatif lainnya yang erat kaitannya dengan penyakit mental. Ini sekaligus menjelaskan alasan mengapa mereka dapat menghibur banyak orang.
FROYONION.COM – Sebagai seorang comedian sudah menjadi pekerjaannya untuk menghibur banyak orang melalui tawa. Namun di balik kemampuan mereka untuk menghibur dan memberikan punchline tak terduga, ada alasan serius yang mengaitkan kepribadian mereka dengan gejala psikosis.
Bagi yang belum familiar untuk itu berikut ini penjelasannya. Mengutip dari Halodoc, Psikosis adalah penyakit mental yang menyebabkan pengidapnya mengalami gangguan dalam membedakan antara imajinasi dengan realita. Gangguan psikosis ditandai dengan munculnya gejala halusinasi dan waham (delusi).
Menurut studi yang dilakukan para peneliti dari Universitas Oxford. Para komedian memiliki skor yang tinggi dalam karakteristik yang pada beberapa kasus dikaitkan dengan penyakit mental.
Tidak seperti kebanyakan orang, para komedian memiliki tingkat introversi (introvert) dan ekstroversi (extrovert) yang tinggi.
Para tim peneliti mengatakan bahwa elemen kreatif yang dibutuhkan untuk membuat suatu humor atau jokes mirip dengan karakteristik dari orang yang mengidap psikosis.
Ini juga mendukung konsep yang mengatakan bahwa para pekerja di dunia seni memiliki hubungan yang erat dengan gangguan mental.
Ya walaupun sebenarnya tidak banyak penelitian yang mengatakan bahwa komedia memiliki karakteristik yang diasosiasikan dengan gejala psikosis. Namun bukan berarti bisa langsung dibantah, melainkan dapat diperdebatkan untuk digali lebih dalam dan detail lagi.
Jadi para peneliti dari Oxford ini mengamati 523 komedian yang terdiri dari 404 Laki-Laki dan 119 Perempuan.
Lalu sebagai perbandingan mereka juga mengundang 364 aktor (atau profesi lain yang sering “tampil”) juga ada 831 orang yang bekerja diluar industri kreatif.
Mereka semua diminta untuk mengisi kuisioner guna mengukur kecenderungan atau sifat psikotik seseorang. Terdapat 4 aspek yang mereka nilai yaitu:
Pertama, Unusual Experiences. Misalnya percaya dengan peristiwa paranormal juga supranatural.
Kedua, Cognitive disorganization. Yaitu kesulitan untuk memfokuskan pikiran.
Lalu ketiga, Introvertive anhedonia. Kurangnya kemampuan untuk merasakan kesenangan sosial maupun fisik, dan selalu menghindari sesuatu yang sifatnya intim.
Dan terakhir Impulsive non-conformity, Yaitu kecenderungan terhadap perilaku impulsif dan anti sosial.
Para peneliti menemukan bahwa comedian memiliki skor yang jauh lebih tinggi pada keempat jenis kepribadian psikotik daripada kelompok lainnya. Namun selain itu, kelompok aktor memiliki kepribadian yang tinggi pada ketiga aspek, kecuali kepribadian introvert.
Para peneliti yakin bahwa kepribadian seperti inilah yang membuat mereka dengan mudah menghibur penontonnya.
Kalau kalian tahu dan sering mengikuti konten konten yang membahas komedi, terutama stand up comedy. Kalian akan paham bahwa salah satu formula fundamental mereka dalam membuat sebuah jokeadalah pematahan asumsi.
Pematahan asumsi berguna untuk mendukung teori dari set up-punchline. Jadi ketika para penonton sedang mendengarkan comedian dan tertawa itu karena ada pematahan asumsi didalamnya.
Asumsi yang ada di kepala penonton adalah asumsi logis tentang apa yang akan terjadi, namun komedian berusaha mematahkan itu dengan membawanya pada jawaban yang lain.
Lalu seorang Profesor dari Departemen Psikologi Eksperimental Universitas Oxford bernama Gordon Claridge menjelaskan, ” Elemen kreatif yang dibutuhkan untuk menghasilkan humor sangat mirip dengan yang mencirikan gaya kognitif orang dengan psikosis , baik skizofrenia maupun gangguan bipolar.”
Ia juga menambahkan walaupun skizofrenia atau gejala psikosis dapat merusak sebuah humor atau joke. Namun dalam tingkatan yang biasa dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk menggabungkan hal-hal aneh atau berpikir diluar kebiasaan.
Lalu Profesor Gordon juga menambahkan, ada istilah yang disebut “Manic Thinking” dimana biasa ditemukan oleh penderita bipolar. Uniknya Hal ini malah justru dapat membantu mereka dalam menggabungkan ide-ide untuk membentuk suatu koneksi yang baru, lucu, sekaligus menghibur.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sangat mudah bagi seorang komedian untuk mematahkan asumsi logis penonton dan membawanya pada punchline yang di luar “normal”. Karena kenyataannya, bentuk kepribadian mereka mendukung hal tersebut. (*/)