In Depth

RISET: ORANG PERFEKSIONIS LEBIH RENTANG KECANDUAN ALKOHOL

Berdasarkan survei, orang yang menerapkan standar lebih tinggi terhadap diri sendiri soal pekerjaan dan kehidupannya sehari-hari lebih berisiko menjadi peminum berat. Emang iya? Berikut penjelasannya.

title

FROYONION.com - Ada banyak alasan orang mengkonsumsi minuman keras atau minuman beralkohol. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang mengalami kecanduan alkohol, antara lain faktor psikologis seperti stres, depresi dan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru. Selain itu, faktor sosial seperti dorongan dari orang lain yang mengajak untuk minum alkohol serta ketersediaan minuman beralkohol di sekitarnya. 

Terlepas dari segala kontroversinya, beberapa alasan kenapa orang-orang minum minuman beralkohol, antara lain karena alasan rekreasional, relaksasi, sosialisasi,  hingga untuk tradisi adat istiadat dan upacara keagamaan tertentu 

Orang-orang yang perfeksionis ini berjuang keras untuk meraih kesempurnaan dan juga mengharapkan baik dirinya maupun orang lain untuk mengupayakan agar diri mereka terlihat sempurna. 

Biasanya orang-orang yang perfeksionis memiliki reaksi yang sangat negatif terhadap kesalahan. Mereka mengkritik diri mereka sendiri secara keras. Mereka punya keraguan terhadap kemampuan kinerja mereka sendiri dan mereka mempunyai perasaan kuat bahwa orang lain sangat kritis dan menuntut banyak dari mereka. 

Perfeksionisme meningkat akibat semakin kompetitifnya dunia saat ini, yang mengutamakan peringkat dan kinerja secara berlebihan, dan keberhasilan individu sangat diutamakan.

Selain itu, orang tua yang sangat mengontrol anak-anak mereka dan mendorong sikap perfeksionisme dalam diri anak mereka sendiri. 

Hal ini bisa terlihat dengan banyaknya postingan di media sosial yang menampilkan kehidupan “sempurna” yang tidak realistis dan iklan yang menggugah yang menggambarkan standar kesempurnaan yang tidak dapat dicapai.

Kaum milenial kini dikelilingi terlalu banyak tolak ukur untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan mereka. Karena tren anak muda Indonesia saat ini, bersaing dengan tetangga pun tidak pernah sesulit ini. 

Masalah perfeksionisme dalam masyarakat modern di dunia Barat modern merupakan masalah serius bahkan bisa mematikan. 

Dalam penelitian lain yang dilakukan di negara Barat yang terkait dengan perfeksionisme ini menunjukkan hubungan antara perfeksionisme dengan gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan, stres, depresi, gangguan makan bahkan sampai bunuh diri. 

Karena itu, banyak orang terutama anak muda yang terlalu mengejar kesempurnaan dalam hidup yang berisiko terjerumus ke dalam jurang penyalahgunaan alkohol atau minuman keras.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan awal bulan ini dalam jurnal Alcoholism: Clinical & Experimental Research, yang diterbitkan oleh para peneliti dari The Belgian Fund for Scientific Research mengaitkan sifat perfeksionis dengan konsumsi alkohol berlebihan. 

Studinya menemukan orang yang mempunyai standar tinggi terhadap dirinya sendiri, serta mereka yang terlalu memikirkan penilaian orang lain, cenderung lebih rentan mengalami kecanduan alkohol tingkat berat.

Tak ada faktor pasti yang dapat ditetapkan sebagai pendorong kebiasaan minum seseorang dan perfeksionisme bukan satu-satunya penyebab orang menjadi kecanduan alkohol. 

Pengenalan miras pada usia dini, adanya anggota keluarga yang tergolong peminum, stres dan tekanan sosial di lingkungan sekitar juga bisa memicu terjadinya gangguan penggunaan alkohol (AUD). Namun, penelitian ini tetap memberi penjelasan bagaimana kebiasaan mengkonsumsi alkohol bisa terbentuk. 

Alkoholisme adalah kondisi yang menggambarkan ketidakmampuan seseorang untuk membatasi atau menghentikan konsumsi minuman keras meski kebiasaan ini telah merugikan kesehatan serta kehidupan pribadi dan profesional mereka. Ada tiga kategori yang mengukur tingkat kecanduan alkohol, yaitu ringan, sedang, dan berat.

Dalam penelitian ini, para peneliti membagi 65 orang peserta yang semuanya warga Belgia menjadi dua kelompok untuk mempelajari hubungan antara perfeksionisme dan AUD. Kelompok pertama beranggotakan pengidap SAUD (kecanduan alkohol tingkat berat), sedangkan anggota kelompok satunya lagi tidak memiliki masalah dengan alkohol. Kedua kelompok wajib mengisi kuesioner Hewitt Multidimensional Perfectionism Scale dan jawabannya ini yang akan dijadikan bahan penilaian apakah mereka termasuk salah satu dari tiga jenis perfeksionisme.

Orang-orang yang menunjukkan tanda “perfeksionisme yang berorientasi pada diri sendiri” biasanya memaksakan diri untuk memenuhi ekspektasi tidak realistis yang ditetapkan oleh diri sendiri. 

Mereka yang memiliki sifat ini cenderung sangat keras pada diri sendiri, dan lebih berisiko mengalami depresi. Selanjutnya ada “perfeksionisme yang ditentukan secara sosial”. Untuk tipe perfeksionisme ini, seseorang meyakini adanya keharusan untuk mengikuti apa yang telah diharapkan orang lain darinya. Orang-orang yang memiliki tipe ini biasanya lebih mudah cemas dan minder di depan orang lain. 

Jenis yang terakhir adalah “perfeksionisme yang berorientasi pada orang lain” atau penetapan standar yang terlampau tinggi untuk orang lain. Sifat ini dapat menyebabkan munculnya perilaku suka mengkritik. 

Dari data yang didapatkan dari penelitian ini, Para peneliti menemukan 79 persen peserta yang mengalami SAUD yang menunjukkan tanda-tanda tipe pertama yang jauh lebih besar daripada kelompok kontrol, sedangkan 88 persennya lagi menunjukkan kecenderungan perfeksionisme berorientasi sosial yang lebih tinggi. Para pengidap SAUD dalam penelitian ini juga melaporkan gejala depresi dan gangguan kecemasan yang lebih tinggi. Tidak ada perbedaan signifikan untuk perfeksionisme yang berorientasi pada orang lain di antara kedua grup.

“Ini konsisten dengan faktor-faktor penyebab AUD berat yang diketahui berkaitan dengan diri sendiri dan antarpribadi, seperti harga diri yang rendah, kecenderungan menyalahkan diri sendiri, dan perbedaan antara hal-hal ideal dan kenyataannya,” demikian penjelasan Research Society on Alcoholism.

Ini bukan penelitian pertama yang mengaitkan perfeksionisme dengan kebiasaan minum alkohol dan sebagian besar memiliki kesimpulan yang serupa. Namun, studi kali ini sekaligus memberi gambaran untuk pengobatan kecanduan alkohol yang dapat dilakukan. Para peneliti mengatakan bahwa perfeksionisme bisa menjadi target pengobatan penting bagi mereka yang ketergantungan miras. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Satrio Adi Pradipto

Hamba tuhan yang selalu mencintai sepakbola (dan kamu).