Kalau lagi nongkrong, gua saranin pakai kaos polos aja dibanding kaos band. Bisa-bisa lo kena tilang sama polisi skena gara-gara ga tau lagu band yang ada di kaos lo.
FROYONION.COM - Civs, lo pernah ga sih pas nongkrong pakai kaos band terus tiba-tiba ada temen lo yang nyeletuk, “Eh, lo pakai baju band ini ya? Lagu mereka yang lo dengerin apa aja emangnya?”. Dan ketika lo jawab ga tau dan pernah dengerin lagu mereka, lo tiba-tiba dikatain “poser”.
Selamat, lo baru saja kena tilang “polisi skena”!
Akhir-akhir ini, istilah polisi skena mulai naik lagi nih, Civs. Polisi skena sendiri adalah sebuah budaya menghakimi oleh orang yang merasa memiliki wewenang atas bagaimana orang menikmati sebuah musik. Istilah ini bahkan dibuat lagu oleh Sir Dandy dengan judul yang sama, yaitu “Polisi Skena”.
Istilah polisi skena mulai panas lagi sejak munculnya orang-orang yang ga suka dengan orang yang menggunakan kaos musisi kesukaan mereka tanpa tahu lagu dari musisi tersebut. Biasanya, orang-orang yang pakai kaos musisi tanpa tahu lagu dari musisi tersebut akan dicap sebagai “poser” atau orang yang cuma ikut-ikutan aja.
Umumnya, orang-orang yang ga suka dengan orang yang pakai kaos musisi tanpa tahu lagu musisi tersebut lahir dari kalangan pecinta musik-musik yang dianggap eksklusif dan ga banyak orang yang dengar. Sehingga, seringkali mereka tertrigger ketika nemuin orang yang dianggap sebagai poser hanya karena pakai kaos dari musisi kesukaan mereka atau mulai mendengarkan lagu-lagu musisi kesukaan mereka.
BACA JUGA: APA YANG DIHARAPKAN DARI MUSIK POP DI TAHUN 2023?
Dan jujur aja, fenomena polisi skena ini sudah mulai ke tahapan yang cukup meresahkan. Banyak musisi yang akhirnya menyuarakan ketidaksetujuannya akan fenomena polisi skena ini.
Gua pun mencoba mencari alasan kenapa akhirnya fenomena polisi skena ini tumbuh subur di skena permusikan Indonesia. Dan berikut beberapa alasan mengapa fenomena polisi skena hadir di Indonesia.
Dasar dari lahirnya fenomena polisi skena ini lahir adalah rasa kecintaan yang luar biasa terhadap satu musisi tertentu atau biasa disebut dengan fanatisme. Dan berawal dari fanatisme ini, akan memunculkan rasa eksklusivitas untuk fans musisi tertentu.
Sederhanya gini, seringkali beberapa orang menaruh kecintaannya terlalu berlebihan terhadap satu musisi tertentu, sampai-sampai lahir perasaan bahwa hanya dirinya saja lah yang paling paham, paling mengenal, yang akhirnya membuat dirinya merasa bahwa hanya dirinyalah yang boleh mengidolakan musisi tersebut.
Sehingga, ketika ada orang awam yang mau mencoba mendengarkan musisi tersebut, mereka cenderung berusaha untuk “melarang” dengan cara mencap orang-orang tersebut sebagai sosok yang cuma ikut-ikutan tren aja.
Karena seringkali, sosok-sosok fans dengan perilaku seperti ini lahir dari komunitas musik-musik “eksklusif” atau “indie” yang rasanya ga semua orang bisa suka dengan lagu atau musik yang mereka buat.
Makanya, ketika musisi tersebut naik, para fansnya cenderung denial ga terima kalau ada orang lain yang mulai menyukai hal-hal yang mereka suka. Karena secara ga langsung, kesan “eksklusif” yang diberikan musisi tersebut pudar.
Padahal, dengan semakin terkenalnya musisi yang lo suka, justru hal tersebut menjadi hal positif buat musisi yang lo suka. Mereka bisa makin termotivasi untuk menciptakan karya yang semakin berkualitas guna memanjakan fansnya.
BACA JUGA: MEMAHAMI ‘LANGIT TAK SEHARUSNYA BIRU’ DARI SISI LAIN
Melanjutkan dari rasa eksklusivitas, nyatanya banyak orang yang menjadi polisi skena nyatanya ingin menjadi paling beda dari yang lain. Dan perasaan ini terlahir dari adanya sifat eksklusif tersebut.
Sebenarnya ga ada salahnya ketika lo ingin menjadi orang yang memiliki genre musik yang berbeda dengan orang kebanyakan. Yang menjadi masalah adalah ketika lo mulai membandingkan musik yang lo dengarkan dengan musik yang orang lain dengarkan.
Ketika lo mulai membanding-bandingkan genre musik tertentu atas dasar yang subjektif seperti kesukaan lo terhadap musisi tertentu, ya lo rese namanya. Bukan berarti ketika lo menjadi sosok yang beda, lo bisa menghakimi genre musik orang lain.
Dan jujur aja, ketika lo mulai membandingkan genre musik yang lo suka dengan genre musik yang lain, lo akan bertemu di situasi dimana bisa aja musisi lo tiba-tiba memainkan genre musik mainstream yang sering lo hina-hina. Bisa jadi, lo malah jilat ludah sendiri.
Dan ketika ada orang yang akhirnya tertarik buat dengerin genre musik yang “beda”, jangan malah lo katain poser. Harusnya lo seneng ketika akhirnya lo nemuin orang yang tertarik dengan musisi yang lo suka. Lo bisa ngasih rekomendasi lagu atau bahkan ngajak mereka ngegigs bareng, sehingga akhirnya musisi yang lo suka punya fans baru yang mana akan memberikan keuntungan buat musisi kesukaan lo.
Alasan lain akhirnya banyak orang yang menjadi polisi skena adalah perasaan insecure atas musisi yang mereka suka. Insecure disini dalam artian, mereka takut kalau musisi mereka memiliki fans baru atau pendengar musik mereka bertambah, akan berpengaruh terhadap kualitas musik yang mereka buat.
Well, sikap ini sebenarnya wajar. Karena ya balik lagi, banyak orang yang suka terhadap musisi tertentu disebabkan dengan genre musik yang mereka bawakan. Tapi, ya lo pun harus paham, dengan semakin berkembangnya jumlah pendengar dari musisi kesukaan lo, hal tersebut juga akan berpengaruh positif terhadap musisi kesukaan lo.
Pun akhirnya mereka merilis lagu dengan genre musik yang berbeda, bukan berarti lo ga bisa dengerin lagu mereka dengan genre yang lo suka kan? Lo masih bisa dengerin genre musik yang lo suka dari lagu-lagu lain mereka.
Selain itu, gua pun percaya bahwa musisi pada akhirnya memiliki idealisme yang tinggi. Gua percaya, mereka ga akan ngerubah genre musik mereka hanya karena pendengar lagu mereka bertambah. Pun, kalau pendengar lagu mereka bertambah, berarti mereka pun suka dengan genre lagu tersebut kan? Jadi lo ge perlu khawatir akan hilangnya idealisme musisi kesukaan lo.
Sebagai penutup, gua cuma pengen ngasih tau kalau sebenarnya ga salah buat make kaos musisi tertentu tanpa tau lagunya. Karena gini, kaos musisi tertentu utamanya adalah merchandise yang dibuat guna mendukung musisi tersebut.
Yes, emang target pasarnya seringkali ditujukan untuk fans musisi tersebut. Tapi, ya kalau ada orang di luar fanbase tersebut akhirnya beli merchandise atau kaos tersebut ya ga salah juga.
Banyak alasan akhirnya orang beli merch tersebut, mulai dari desainnya yang bagus, bahannya nyaman, atau ya memang kebetulan menang giveaway, sekali lagi ya ga ada salahnya.
Lagi pula, sebenarnya banyak cara untuk menanggapi orang-orang yang pakai kaos musisi tanpa tau lagu mereka selain ngatain mereka dengan sebutan poser.
Sebagai fans, lo bisa ngasih mereka rekomendasi dari lagu musisi tersebut, sehingga akhirnya mereka mencoba untuk mendengarkan lagu dari musisi yang lo suka. Dan akhirnya selain make kaosnya, mereka pun jadi tau lagu dari musisi tersebut.
Selain itu, lo pun harus menghilangkan rasa fanatisme, perasaan eksklusif, dan juga insekuritas yang lo berikan terhadap musisi kesukaan lo. Kalau pada akhirnya jumlah pendengar dari musisi lo bertambah, ya lo jangan malah sedih dan marah. Seharusnya, lo merasa senang karena akhirnya musisi kesukaan lo dapetin pendengar dan fans baru yang mana bakal nge improve kualitas musik mereka.
So, udah waktunya buat lo yang masih menjadi polisi skena untuk cukup menjadi penikmat aja. Bukan hak lo untuk menilai, menghakimi, bahkan melabeli orang-orang atas dasar preferensi lagu yang mereka suka. (*/)