Frasa “sok tua” atau “remaja jompo” mulai familiar di telinga kita. Bisa jadi pada usia yang muda, seseorang telah mencapai fase dewasa. Lalu pada usia berapa anak muda mulai berpikir dewasa?
FROYONION.COM - Seiring berjalannya waktu, tubuh dan pikiran kalian tidak lagi merasa muda. Maka dari itu, muncul rasa “remaja jompo” ataupun “sok tua”. Lalu pada usia berapa sih anak muda mulai berpikir seperti orang dewasa?
Akan ada waktunya, kalian akan lebih memilih minum teh hangat tawar ketimbang es jeruk, istirahat seharian daripada bepergian, ataupun memilih mengunyah tahu ketimbang tempe.
Hal itu bisa jadi menandakan bahwa kalian telah berpikir dewasa. Misalnya memilih teh hangat tawar ketimbang es jeruk untuk alasan kesehatan dalam membatasi asupan gula pada tubuh.
Seorang adik di rumah yang baru saja menginjak kelas 1 SMA (15 tahun) mengeluh tubuhnya mulai mudah merasa pegal. Ia mengaku sudah merasa jompo. “Halah,” ujarku yang berusia 27 tahun. Bukan hanya dia, teman-teman seusianya juga berpikir demikian.
Merasa dewasa bisa terjadi pada pikiran anak muda ketika keadaan ternyata memengaruhi tubuh dan pikiran. Misalnya kalian berada dalam kondisi harus bekerja di usia muda, ataupun pola hidup kurang sehat yang membuat tubuh kalian rentan, seperti orang dewasa.
Dalam hal ini, mungkin yang terjadi pada adikku adalah kebiasaan rebahan yang membuat tubuhnya tidak sehat sehingga sebagai remaja, ia merasa jompo.
BACA JUGA: CARA MENJAGA KESEHATAN BAGI REMAJA JOMPO
Masa remaja (usia 12-18 tahun) adalah fase yang kalian lewati sebelum menjadi memasuki masa dewasa. Mengutip Big Think, Proses menuju masa dewasa ditandai dengan perubahan besar dalam proses psikologis, emosional, dan sosial.
Masa dewasa sering kali dikaitkan dengan perilaku yang menantang. Menurut teori ilmu saraf, orang dewasa kematangan fungsi eksekutif dan pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi, seperti pengambilan keputusan dan perencanaan.
Dengan begitu, orang dewasa mampu mengkoordinasikan kemampuan dan perilaku kognitif lainnya. Anak muda akan mampu menguasai kemampuan tersebut melalui proses pendewasaan.
Lalu pada usia berapa proses pendewasaan ini selesai sehingga bisa disebut sebagai orang dewasa?
Studi menunjukkan dengan tepat kapan fungsi eksekutif tersebut sudah bisa dibilang matang. Namun, sebelumnya, peneliti harus memberikan batas antara usia remaja dan dewasa.
Brenden Trevo-Clemmens dari University of Minnesota dan tim penelitinya mengumpulkan empat penelitian besar untuk menghasilkan satu kumpulan data.
Data tersebut terdiri dari kinerja hampir 10.800 individu berusia 8-35 tahun, pada 23 ukuran fungsi eksekutif yang berbeda, dari 17 tugas yang berbeda.
Dengan demikian, mereka mampu memetakan kematangan fungsi eksekutif sepanjang masa remaja. Analisis data mengungkapkan bahwa kinerja pada hampir semua tugas meningkat seiring bertambahnya usia,
Peningkatan terbesar terjadi antara masa remaja awal hingga pertengahan (10-15 tahun). Peningkatan yang lebih kecil, tapi tetap signifikan terjadi pada masa remaja pertengahan hingga akhir (15-18 tahun).
Kinerja seluruh pengukuran stabil pada tingkat orang dewasa antara usia 18 hingga 20 tahun. Pada usia inilah biasanya anak muda, berdasarkan kemampuan berpikirnya, bisa disebut dewasa.
BACA JUGA: REMAJA ZAMAN SEKARANG LEBIH GAMPANG JOMPO, KOK BISA?
“Satu gagasan yang kami miliki adalah bahwa pematangan otak di usia 20-an mungkin penting untuk menyempurnakan variabilitas dari kehidupan sehari-hari atau lintas konteks,” kata Tervo-Clemmens.
Trevo-Clemmens mengaku bahwa hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Tim peneliti berpendapat, bahwa grafik kognitif dan perubahan otak hanyalah salah satu bagian dari teka-teki dalam menentukan kapan remaja mencapai usia dewasa,
Keduanya harus digunakan secara paralel dengan respons emosional dan kerangka sosiokultural untuk mendiskusikan dan mempertimbangkan batasan-batasan masa remaja dan dewasa.
Tervo-Clemmens mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya berencana untuk menyelidiki masalah ini dalam konteks yang lebih mirip dengan dunia nyata, dengan menilai fungsi eksekutif dalam kehidupan sehari-hari peserta.
“Kami juga berencana untuk terus mengembangkan wawasan ini untuk menginformasikan munculnya gambaran kesehatan mental, yang biasanya pertama kali muncul pada masa remaja, yang mungkin terkait dengan fungsi eksekutif.”
Hal ini sekaligus memberitahu bahwa anak usia sekolah atau mahasiswa tahun pertama masih membutuhkan pengawasan. Perilaku “sok tua” kemungkinan dilakukan oleh anak muda usia 15-18 tahun.
Mengingat cara berpikir mereka yang belum matang, sangat mungkin mereka bertindak sesukanya. Peran orang tua dan guru masih menjadi faktor penting untuk membantu tumbuh kembang individu menuju ke masa dewasa.
BACA JUGA: APAKAH KRISIS JATI DIRI MENJADI BIANG KEROK KENAKALAN REMAJA?