In Depth

NO VIRAL NO JUSTICE, FENOMENA BURUKNYA LAYANAN PUBLIK NEGARA KITA

Udah jadi rahasia umum ya Civs kalo kasus apapun di negeri ini harus viral dulu baru diurus. Kapan ya layanan publik bisa cepat tanggap kayak pemadam kebakaran, gitu?

title

FROYONION.COM - Twitter, please do your magic!” Sebuah kalimat yang kerap terlihat mengawali utas panjang terkait keluh kesah seseorang di media sosial burung biru. Magic yang diharapkan adalah agar utas yang ditulisnya viral dan segera mendapat solusi atas masalah yang menimpanya. 

Pasalnya, bukan sekali dua kali sebuah kasus di Indonesia baru dilirik oleh penegak hukum setelah kisahnya viral di internet. Sampai-sampai muncul kalimat sindiran keras yang berbunyi, “percuma lapor polisi, mending lapor netizen!”

Contoh kasus yang sempat menyedot atensi publik sampai akhirnya the power of netizen bekerja adalah kasus pemerkosaan tiga anak di Luwu Timur yang proses penyelidikannya dihentikan polisi. 

Setelah viral dan netizen mendesak agar penyelidikan dilanjutkan, barulah polisi menindak tegas terduga pelaku. Memang sih, viralnya sebuah kasus akan sangat membantu polisi dalam menyelesaikan kasusnya. 

Biar aparat penegak hukum itu tau lho kalau sedang ada kasus berjalan yang belum terselesaikan. Tapi, apa iya tiap kasus yang ada harus diviralin dulu biar bisa diusut tuntas? 

Bahkan, kasus yang viral sekalipun tetap nggak jadi jaminan akan selesai sampai si korban mendapat keadilan. Kamu tahu gimana perkembangan terbaru soal  perundungan dan pelecehan seksual pegawai KPI? Sama, aku juga nggak tahu. 

Bayangin, Civs. Udah viral sampai jadi trending berhari-hari aja nggak jamin kasusnya selesai. Gimana dengan yang nggak viral? Gimana dengan orang-orang yang nggak sempat bikin utas di Twitter dan harus menerima gitu aja kalau dirinya sebagai korban nggak dapet perlindungan dan keadilan?

BACA JUGA: SOPANKAH BEGITU? INI KODE ETIK YANG DILANGGAR PERAWAT VIRAL DI TIKTOK

Buruknya layanan publik yang harus nunggu viral dulu baru diusut ini mengingatkan aku pada pemadam kebakaran atau damkar. Mungkin, satu-satunya layanan publik yang nggak harus nunggu viral agar bisa diurus total sampai selesai adalah pemadam kebakaran (damkar). 

Pernah ada video yang cukup populer di media sosial memperlihatkan sekelompok petugas damkar tengah menonton pertandingan sepakbola di televisi. Kemudian, tiba-tiba terdengar alarm tanda tugas bahwa mereka dipanggil untuk memadamkan api di suatu lokasi. 

Tanpa banyak babibu, sekelompok petugas itu segera meninggalkan tempat duduk mereka dan bersiap dengan peralatan masing-masing. Semuanya bergegas menuju mobil damkar dan langsung pergi ke lokasi tempat terjadinya kebakaran. 

Enggak satupun dari mereka menoleh sekali lagi ke arah televisi yang menyiarkan pertandingan sepakbola yang lagi seru-serunya itu.

Petugas damkar nggak akan menunggu utas viral di Twitter tentang kebakaran yang menghanguskan satu rumah. Petugas damkar nggak akan nunggu ada netizen bikin tagar #PercumaLaporDamkar supaya mereka bisa gercep menangani kobaran api. 

Petugas damkar akan langsung turun tangan saat itu juga begitu mendapat panggilan tugas, nggak peduli apapun yang sedang mereka kerjakan saat itu.

 Petugas damkar juga nggak akan pilih-pilih kasus. Akun Instagram damkar Bogor misalnya, pernah mengunggah foto petugasnya yang tengah mengevakuasi ular, sarang tawon sampai melepaskan cincin nyangkut di jari seseorang. 

BACA JUGA: YANG VIRAL DIJUNJUNG TINGGI, YANG BERPRESTASI DITINGGAL PERGI

Mungkin, sampai di sini beberapa dari kalian ada yang berujar, “ya wajar dong kalau damkar harus gercep. Kebakaran kan harus segera ditangani. Itu udah tugas mereka, kok.”

Dengan logika yang sama, bukankah juga sudah menjadi tugas aparat penegak hukum untuk menegakkan keadilan? Kalau mereka nggak gercep kerjanya, gimana dengan korban yang harus menanggung sakit atau bahkan trauma seumur hidup? 

Gimana dengan orang-orang di luar sana yang bisa jadi kepikiran untuk melakukan kejahatan yang sama karena menurutnya nggak akan diusut kasusnya? 

Bukan hanya aparat penegak hukum, tapi layanan publik manapun seharusnya bisa bergerak secepat dan setanggap petugas damkar tanpa menunggu netizen membuatnya viral terlebih dahulu. 

Namanya juga pelayan publik, ya tugasnya melayani, kan? Melayani itu ketika seseorang butuh pelayanannya, bukan ketika sesuatu sedang viral dan bikin gaduh di mana-mana. 

Memang, berubah itu butuh proses. Nggak akan bisa secepat netizen menaikkan tagar di medsos. Butuh ketegasan dari orang-orang di posisi pengambil keputusan juga nih, biar bisa dengan gercep menindak oknum-oknum yang mencoreng nama baik instansi layanan publik terkait.  

Satu lagi yang nggak kalah penting adalah peran kita sebagai netizen. Memviralkan suatu kasus masih jadi salah satu jalan untuk mendapat keadilan, jadi perlu banget nih kita kawal sampai tuntas kasus-kasus yang lagi viral sampai ketemu titik terangnya. 

Semoga ke depannya kita nggak perlu lagi membuat viral suatu kasus terlebih dulu ya Civs supaya bisa ditangani dengan baik dan cepat. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Wahyu Tri Utami

Sometimes I write, most of the time I read