Di industri kreatif, banyak yang bilang katanya cowok lebih kreatif daripada cewek. Emangnya bener ya? Sebuah studi ilmiah menjawab pertanyaan tersebut.
Semua gender dapat bekerja di industri kreatif. Terkadang dalam satu divisi, isinya cewek semua atau isinya cowok semua. Namun, perlu diketahui, bahwa tingkat kreativitas cowok dan cewek ternyata berbeda. Menurut lo mana yang lebih kreatif, cowok atau cewek?
Sebuah penelitian terbaru dari Journal of Applied Psychology menjawab pertanyaan di atas. Banyak yang beranggapan bahwa cowok lebih kreatif daripada cewek. Anggapan semacam itu biasanya terbentuk berdasarkan pengalaman pribadi.
Mengutip dari Psychology Today, studi menunjukkan bahwa stereotip cowok katanya lebih kreatif mulai terkikis seiring waktu, khususnya di negara-negara yang menjunjung kesetaraan gender.
“Kami menemukan bahwa cowok dinilai lebih kreatif daripada cewek,” kata Snehal Hora, peneliti di Universitas di Buffalo School of Management sekaligus penulis utama studi tersebut.
“Namun, kami menemukan hasil yang optimis tentang penurunan stereotip gender dalam beberapa tahun terakhir,” tambah Hora.
Untuk lebih memahami fenomena tersebut, para peneliti mengumpulkan data dari 259 studi independen tentang gender dan kreativitas yang dilakukan selama beberapa dekade terakhir.
Hasilnya menunjukkan bahwa penilaian kalau cowok lebih kreatif dari cewek telah menurun dari waktu ke waktu. Menurut studi tersebut, komposisi gender di dalam industri kreatif tidak memengaruhi gagasan atau stereotip tersebut.
“Kami berharap kesenjangan gender di industri jadi berkurang dengan kehadiran cewek yang lebih banyak,” kata Hora. “Namun, temuan kami menunjukkan bahwa terlepas dari industrinya, kesenjangan gender dalam dunia kreatif sangatlah problematis.”
Menurut Hora, industri kreatif perlu lebih memperhatikan stereotip kreativitas berbasis gender, dan harus mengambil tindakan untuk menguranginya. Hora mencatat bahwa stereotip gender lebih besar ketika karyawan mengevaluasi kreativitas mereka sendiri, dibandingkan dengan ketika kreativitas mereka dinilai oleh orang lain.
“Ternyata disadari atau tidak, cewek lebih kritis terhadap dirinya sendiri dalam hal kreativitas,” kata Hora. “Meskipun penilaian bias orang lain terhadap kinerja kreatif cewek memang ada, bias yang dimiliki cewek terhadap diri mereka sendiri tampak lebih kuat.”
Hora menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, studi gender semakin berfokus pada prasangka orang lain, dan kurang menekankan pada bias bawah sadar yang dikembangkan cewek terhadap diri mereka sendiri.
Mengenai hal tersebut, Hora menyarankan agar industri kreatif mengambil langkah-langkah untuk menyediakan lingkungan yang tepat, yang mana cewek tidak hanya merasa nyaman menjadi kreatif, tetapi juga mendorong mereka untuk melihat kreativitas mereka sendiri secara akurat.
BACA JUGA: KENAPA IDE KREATIF SUKA DATANG SAAT KITA DI KAMAR MANDI?
“Lingkungan yang mendorong kesetaraan gender dan kepedulian terhadap orang lain, kemungkinan besar akan bermanfaat dalam meningkatkan kreativitas cewek dan cowok,” kata para peneliti. Mereka juga mencatat bahwa kesenjangan gender bergantung pada konteks dan faktor budaya.
“Budaya juga memainkan peran penting dalam menentukan perbedaan gender,” kata para peneliti. “Budaya yang lebih maskulin (misalnya di AS) dapat merugikan kreativitas cewek, sedangkan budaya kesetaraan gender atau berfokus pada hubungan antarmanusia (misalnya di negara-negara Nordik) menciptakan lingkungan kondusif bagi kreativitas cewek.”
Tingkat kreativitas antara cowok dengan cewek akan terlihat, begitu mereka berada di lingkungan yang sama-sama menunjang kreativitas. Dengan begitu performa mereka dalam kinerja kreatif akan tampil maksimal.
Kemampuan untuk berkreasi dari masing-masing gender pada akhirnya akan dinilai secara relatif. Setiap orang, baik cowok maupun cewek, memiliki kemampuan yang berbeda. Performa mereka pun pada akhirnya juga bergantung pada lingkungannya. Semakin kondusif lingkungannya, semakin kreatif juga manusianya. (*/)