In Depth

MENIKMATI UDARA SEGAR TAMAN KOTA DI TENGAH MARAKNYA POLUSI UDARA JAKARTA

Masalah polusi udara di Jakarta adalah sebuah persoalan yang kompleks. Terkait masalah tersebut, WRI Indonesia menyajikan data terkait sumber masalah dan solusi yang bisa dilakukan.

title

FROYONION.COM - Bisa menghirup udara segar kini menjadi kemewahan tersendiri, apalagi buat kalian yang tinggal di Jakarta yang sedang marak polusi udara. Cara yang bisa dilakukan warga ibukota salah satunya adalah dengan berkegiatan di hutan kota. 

Studi pun menunjukkan bahwa hutan kota memiliki suhu yang lebih rendah 0,94°C dibanding area perkotaan lain di sekitarnya pada siang hari. Tersedianya transportasi publik yang mumpuni dalam hal ini juga merupakan syarat agar sebuah wilayah dapat disebut sebagai kota berkelanjutan.

World Resources Institute (WRI) Indonesia mengusung prinsip kota berkelanjutan yang melingkupi 3 hal. Gagasan tersebut dikenalkan lewat berbagai aktivitas publik mencakup 3 hal di bawah ini. 

1. Solusi Berbasis Alam (SBA) sebagai fondasi kota berkelanjutan.

2. Inklusivitas kota, khususnya bagi warga dengan disabilitas dan anak dengan memfasilitasi transportasi umum/publik yang terintegrasi dan inklusif, sekaligus untuk memenuhi salah satu syarat kota berkelanjutan.

3. Sistem pangan kota berkelanjutan.

BACA JUGA: 3 STRATEGI KREATIF MENGURANGI POLUSI IBU KOTA LEWAT OJEK ONLINE

WRI Indonesia mengupayakan 3 inisiatif Cities4ForestsKoalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL) dan Clean Air Catalyst (CAC) memperingati Hari Kota Sedunia lewat acara Piknik Jaga Bumi pada Sabtu (4/11) bersama warga dan komunitas di sejumlah taman kota Jakarta. 

Senior Specialist Urban Mobility WRI Indonesia, Retno Wihanesta mengatakan bahwa taman kota memiliki infrastruktur hijau-biru yang berfungsi untuk menampung air, menekan laju emisi, menyerap polutan gas, dan menstabilkan suhu udara sebagai Solusi Berbasis Alam (SBA).

Piknik Jaga Bumi 2 merupakan cara kami mensosialisasikan pentingnya integrasi SBA dengan elemen-elemen kota lainnya, demi mewujudkan kota berkelanjutan serta berkontribusi terhadap upaya penurunan emisi di kota,” terang Retno.

Acara Piknik Jaga Bumi mengajak warga untuk mengunjungi sejumlah taman kota dengan menggunakan moda transportasi rendah karbon, seperti angkutan umum, ataupun berjalan kaki. Warga Jakarta tentu perlu menyadari bagaimana keadaan lingkungan sekitar di tempat mereka tinggal. 

SUMBER POLUSI IBUKOTA

Mendukung prinsip kota berkelanjutan, CAC turut andil dalam pelaksanaan sosialisasi sumber polusi udara, dan pelaksanaan diskusi bertajuk “Rangkum Gagasan Warga Kota untuk Mewujudkan Kawasan Rendah Emisi yang Inklusif” dalam acara Piknik Jaga Bumi 2.

“Polusi udara bukan lagi masalah baru yang dihadapi Jakarta. Beberapa penelitian [telah] dilakukan untuk mengetahui aktivitas apa saja yang menjadi sumber utama polusi udara di Jakarta. Hasilnya menunjukkan, bahwa kontributor terbesar emisi PM2.5 adalah sektor transportasi, diikuti [oleh] sektor industri,” terang Satya Utama, Program Manager CAC.

CAC mengembangkan solusi berbasis data yang sesuai dengan konteks lokal yang bertujuan mengatasi permasalahan udara, serta dampaknya bagi kesehatan masyarakat perkotaan. CAC menyajikan solusi yang berfokus pada reduksi emisi dari sektor transportasi. 

Salah satu solusinya adalah dengan menerapkan perluasan area Kawasan Rendah Emisi (KRE) sebagai upaya mereduksi sumber polutan dengan mendorong peningkatan penggunaan moda transportasi umum.

Mengutip WRI Indonesia, KRE adalah skema pembatasan akses kendaraan bermotor yang tidak memenuhi persyaratan terkait emisi, pada suatu area dengan polusi udara yang tinggi. 

Skema KRE biasanya bertujuan untuk membatasi masuknya kendaraan bermotor yang berpolusi ke wilayah pusat kota. Jenis kendaraan yang dibatasi biasanya mobil, motor, bus, dan truk yang berbahan bakar diesel. 

Pembatasan tersebut tetap memungkinkan masyarakat untuk berkegiatan, misalnya dengan menggunakan transportasi massal berbasis energi yang ramah lingkungan pada area penerapan KRE. 

Dengan memberlakukan skema ini, kualitas udara di suatu daerah diharapkan membaik sehingga mengurangi permasalahan lingkungan dan kesehatan.

TRANSPORTASI DI KOTA BERKELANJUTAN

Kemudahan moda transportasi menuju ke hutan kota juga menjadi faktor penting bagi kota berkelanjutan. Direktur Utama PT Integrasi Transit Jakarta (ITJ) Yulham Ferdiansyah Roestam dalam hal ini turut mendukung integrasi dalam kota berkelanjutan.

“PT ITJ sebagai pengembang dan pengelola Kawasan Terintegrasi terus berinovasi untuk meningkatkan dan mengembangkan pembangunan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para pejalan kaki, pesepeda, dan pengguna transportasi umum di ruang publik,” ujar Ferdiansyah. 

“Tidak terbatas pada itu, kawasan yang dikembangkan seperti ruang terbuka hijau, pedestrianisasi, hingga peremajaan jalan turut memperhatikan aksesibilitas bagi kelompok prioritas, seperti teman dengan disabilitas, sehingga seluruh elemen masyarakat dapat bermobilitas dengan aman dan nyaman,” tambahnya.

SISTEM PANGAN BERKELANJUTAN

Bagi Retno, upaya menekan laju emisi dan menjaga kualitas udara memerlukan solusi di sektor lainnya, termasuk sektor pangan. Maka dari itu sistem pangan berkelanjutan di kalangan masyarakat perkotaan, menurut Retno, perlu digalakkan. 

Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 70% penduduk dunia akan tinggal di kota pada 2050 sehingga kebutuhan bahan pangan juga akan meningkat. Dalam hal ini, memasok kebutuhan pangan melalui pangan lokal akan menjadi lebih efisien.

“Makanan kita memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi,” terang  Gina Karina, Kepala Sekretariat KSPL. “Sebagai konsumen, kita memiliki andil dalam transformasi sistem pangan melalui berbagai praktik mindful eating di keseharian kita.” 

Berikut sejumlah hal yang bisa kalian lakukan dalam mendukung sistem pangan berkelanjutan.

1. Mencari bahan pangan terdekat dari lingkungan sekitar untuk mengurangi emisi dari jalur distribusi yang terlalu panjang. 

2. Membeli bahan pangan dengan harga yang adil bagi petani. 

3. Membuat daftar menu makanan harian yang seimbang gizi dan beragam. 

4. Berbelanja sesuai kebutuhan; tidak belanja berlebih yang mengakibatkan bahan pangan terbuang.

5. Menyimpan hanya bahan pangan yang digunakan; tidak menimbun. 

6. Mengambil porsi makan di piring sesuai kebutuhan dan bertanggung jawab menghabiskannya. 

7. Mengelola limbah sisa olahan makanan dengan sebaik-baiknya hingga sebisa mungkin nol sampah ke TPA—bisa juga digunakan sebagai pupuk kompos. 

Piknik Jaga Bumi 2 oleh WRI Indonesia berupaya merangkum berbagai elemen kota berkelanjutan untuk kembali menumbuhkan kepeduliannya terhadap lingkungan kota dan mengatasi polusi udara. 

Peserta dapat menambah wawasan tentang pangan lokal, belajar mengompos bersama, dan lainnya. Kalian bisa mendapatkan info terbaru tentang kegiatan WRI Indonesia dengan mengunjungi Instagram ataupun website WRI Indonesia. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Fadhil

Content writer Froyonion, suka pameran seni dan museum, sesekali naik gunung