In Depth

MENGUAK ALASAN DI BALIK PACARAN DIANGGAP SKANDAL OLEH INDUSTRI HIBURAN KOREA

Kayaknya cuma di industri hiburan Korea Selatan, berita dating alias pacaran para idol Kpop dikategorikan sebagai skandal. Padahal, bukannya pacaran itu hal wajar, ya? 

title

FROYONION.COM Sudah jadi hal umum kalau berita dating atau pacaran idol Kpop disebut dengan istilah dating scandal. Iya, skandal. Insiden yang dipublikasikan dengan terlibatnya tindakan pelanggaran atau aib. 

Heran nggak, sih? Pacaran toh bukan aib atau pelanggaran. Jelas nggak bisa dan nggak pantes juga disebut sebagai skandal. Tapi, penyebutan dating scandal ini seakan udah jadi bagian dari budaya pop di sana dan tetap dilakukan sampai sekarang. 

Akar dari penyebutan berita pacaran sebagai sebuah skandal ini sebenernya nggak jauh dari strategi pemasaran idol yang digunakan oleh agensinya. Di Korea Selatan, anggota boyband atau girlband disebut sebagai idol. Mereka akan debut di bawah agensi tertentu yang menaunginya.

Nah, sebelum debut, mereka akan dilatih terlebih dahulu dan disebut sebagai trainee. Masa training ini beragam, mulai dari hitungan bulan sampai tahun. Selama menjadi trainee, calon idol ini akan mendapat pelatihan menyanyi, menari, rap sampai akting.

Dari sekian banyaknya trainee akan dipilih beberapa orang yang dianggap paling potensial untuk didebutkan dalam satu grup yang sama. Setelah resmi debut, barulah mereka bisa menyandang predikat idol.

Para trainee sendiri biasanya memulai masa pelatihan mereka di usia yang sangat muda, yaitu di kisaran belasan tahun. Idol-idol juga seringkali memulai debut mereka di usia yang masih terbilang remaja. Jarang banget ada grup yang debut dengan semua anggotanya sudah masuk usia dewasa.

Target pasar idol Kpop sendiri nggak jauh-jauh dari anak-anak remaja yang masih sepantaran dengan para idol yang debut itu. Nah, di sinilah agensi memainkan peranan penting dalam memasarkan grup idol yang mereka debutkan dengan menggunakan trik parasocial relationship

BACA JUGA: 3 ALASAN KENAPA K-POP NGGAK PERNAH KEHILANGAN MASA KEEMASANNYA 

Agensi hiburan Korea Selatan nggak sekedar membentuk idol Kpop menjadi publik figur dengan segudang talenta dan wajah rupawan. Mereka turut membumbuinya dengan fanservice yang memanjakan para penggemar. Salah satunya melalui komunikasi intens dengan penggemar melalui beragam konten media sosial.

Seringkali idol KPop akan merilis vlog berisi keseharian mereka, live streaming hingga acara reality show khusus yang memperlihatkan interaksi antar member. Konten-konten semacam ini dirilis secara berkala dan menjadi hiburan tersendiri bagi para penggemar di samping konten musik yang juga dikeluarkan hampir tiap tahunnya.

Melalui ragam konten ini pula, penggemar bisa mengenal idolnya lebih dalam. Di sinilah, disadari atau enggak, agensi sedang memainkan trik parasocial relationship mereka.

Hubungan parasosial sendiri dapat diartikan sebagai hubungan imajinasi yang terjadi sepihak dan melibatkan penggemar dengan persona media yang ditampilkan oleh idolanya.

Penggemar yang sudah terjebak dalam hubungan parasosial ini nggak hanya akan menganggap idolanya sebagai sosok yang menghibur, tapi juga merasa mengenal lebih dekat sosok idolanya secara pribadi walau hanya melihat mereka melalui tayangan di media.

Pada level yang lebih ekstrem, penggemar akan turut mengembangkan perasaan romantis pada sosok yang diidolakannya. Padahal, hubungan itu sebenarnya hanya ada dalam benak mereka dan hanya terjadi sepihak saja.

Bahasa gampangnya sih, hubungan parasosial ini adalah kehaluan yang dibangun penggemar berdasarkan apa yang idolanya perlihatkan di media sosial.  Fanservice dari para idol Kpop inilah yang jadi poin utama dalam parasocial relationship yang dikembangkan.

Semua ini masih ditambah dengan adanya larangan kencan dari agensi untuk idol yang baru debut untuk menambah kehaluan penggemar. Kalaupun ada idol yang sedang berkencan, mereka nggak akan terang-terangan mengatakannya kepada penggemar. Interaksi antar lawan jenis juga cenderung dibatasi untuk membuat ilusi seolah si idol sedang menjaga perasaan penggemarnya supaya nggak cemburu.

Agensi hiburan Korea tahu betul bahwa target pasar mereka didominasi anak-anak remaja usia belasan tahun. Siapa sih anak remaja yang nggak akan klepek-klepek ngeliat idol Kpop yang cakep-cakep, multi talenta, ngakunya masih jomblo pula? 

BACA JUGA: KENAPA LAGU-LAGU K-POP CENDERUNG MEMILIKI JUDUL LAGU YANG ANEH? 

Sekarang, coba bayangkan seorang idol yang sudah membangun hubungan parasosial dengan penggemarnya tiba-tiba dikabarkan berkencan. Para penggemar yang terlanjur bucin akan merasa dikhianati dan memilih berhenti mengidolakannya.  

Penggemar idol ini nggak lagi membeli album atau pernak pernik grup idolanya, yang berarti pemasukan grup dan agensi jadi terhambat. Pada titik ini, bahkan para investor bisa saja mencabut kucuran dana mereka karena menganggap grup tersebut sudah turun popularitasnya dan nggak lagi terlihat menguntungkan.

Saham agensi dapat turut anjlok dan bahkan si idol yang tertangkap berkencan sampai harus merilis permintaan maaf pada para penggemarnya. Dari sinilah, berita pacaran idol Kpop kemudian dianggap sebagai skandal yang merugikan, nggak ada bedanya dengan tindak pelanggaran berat.

Sampai di sini mungkin kalian akan bilang, “kalau gitu, agensi harus berhenti dong pakai parasocial relationship dalam mempromosikan grup idolnya. Toh mereka juga berbakat dan cakep-cakep, pasti bisa kok terkenal tanpa harus bikin fansnya halu.”

Easier said than done. Strategi pemasaran yang menjual hubungan parasosial antara idol dengan fansnya ini sudah jadi semacam budaya di industri hiburan Korea. Ibaratnya nih, nggak bikin halu ya nggak akan laku.

Akan sangat sulit bagi agensi hiburan Korea untuk menghentikan budaya yang sudah mengakar ini karena penggemar juga sudah terbiasa dengan fanservice idolanya yang berlebihan. Apalagi untuk agensi-agensi kecil yang kekurangan dana, nyaris nggak ada pilihan selain mengikuti tren daripada menciptakan tren baru yang justru bisa bikin grup idolnya kurang diminati. 

Agensi hiburan yang sudah mapan sekalipun belum tentu berani mengambil langkah buat menghentikan parasocial relationship dalam trik marketing mereka. Mendebutkan grup idol butuh waktu dan biaya yang nggak sedikit. Mereka juga pasti mikir cuan, kan.

Padahal, trik marketing ini sudah terbukti membawa banyak kerugian baik bagi idol yang terlibat, penggemar hingga agensinya. Nggak jarang penggemar yang sudah akut halunya akan menyerang pacar si idol yang disukainya dengan alasan karena dia sudah mencuri si idol dari sisinya. 

BACA JUGA: KENAPA SIH FANS K-POP ROYAL SOAL DONASI? 

Apakah mungkin suatu hari nanti berita pacaran nggak akan lagi dianggap skandal di Korea? Well, nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini. Tapi pastinya akan butuh waktu yang lama dan proses yang panjang sampai kita bisa sampai titik di mana berita idol Kpop pacaran dianggap sebagai hal biasa.

Butuh kerjasama dari semua pihak juga supaya suatu hari hal ini bisa beneran terwujud. Pertama, agensi jelas nggak boleh lagi mempromosikan grup idolnya sebagai “perfect boyfriend” buat penggemarnya. Fanservice boleh tetap jalan, tapi harus pakai batasan.

Penggemar juga harus mulai sadar kalau apapun yang berlebihan itu nggak baik, termasuk ngehalu berlebihan. Idol yang lagi ngegombal itu sebenernya lagi kerja supaya penggemarnya mau dukung mereka, bukan karena mau nikahin penggemarnya.

Susah memang, tapi balik lagi kalau nggak ada yang nggak mungkin. Bisa jadi harus nunggu sepuluh atau dua puluh tahun kemudian supaya beneran kejadian, tapi percaya deh, it’ll worth the wait and effort. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Wahyu Tri Utami

Sometimes I write, most of the time I read