In Depth

MENGAPA KITA SERING OVERPROUD KETIKA ORANG ASING MEREVIEW BUDAYA INDONESIA?

Tahu nggak sih, sikap kita yang overproud dan menggebu-gebu itu bisa jadi karena rasa inferior dan butuh validasi?

title

FROYONION.COM - Beberapa waktu ini, di beranda akun YouTube gue sering ada video rekomendasi tentang reaksi orang bule atau orang Korea yang me-review hal-hal tentang Indonesia. Baik itu soal film, makanan, tempat wisata sampai kehidupan di Indonesia. Gue heran, kenapa ya video tentang hal ini banyak berseliweran di beranda gue padahal gue ngga buka video-video dengan tema tersebut.

Nah salah satu kebiasaan gue adalah ketika nemu suatu konten, gue paling demen baca komentarnya untuk melihat seperti apa reaksi para netizen yang budiman itu terhadap sebuah konten. Akhirnya gue buka lah salah satu konten dari orang luar negeri yang react tempat wisata di Indonesia. Tidak mengejutkan tapi tetap mengherankan adalah sikap kita, sebagai masyarakat Indonesia yang kerap kali overproud ketika ada orang luar negeri yang memberikan ‘reaksi’ baik pada hal-hal tentang Indonesia.

“Terima kasih banyak atas reaksinya. Love you all! love Indonesia!”

“Wah harus didukung sih ini!”

“Bangga banget jadi warga Indonesia! Love Indonesia!”

“Proud, proud, proud of you, thanks for the review! Love from Indonesia.”

“Please come to Indonesia!”

“Plis, next try Indonesian food : nasi goreng, rendang, sate, soto. Thank You”

“Come here to Indonesia. We love you, guys!”

Memang menyenangkan jika banyak orang yang menyukai tempat wisata ataupun budaya di Indonesia. Sebab ini bisa menjadi ajang promosi Indonesia dari segi pariwisata dan sebagainya. Tapi menurut gue, kita bisa mengapresiasi atau berterima kasih dengan cara yang lebih sederhana dan tidak menggebu-gebu.  

Gue bahkan sampai menemukan sebuah anekdot yang mengangkat isu overproud ini. Alkisah ada seorang pria bule yang mau tenar, tapi gak tau gimana caranya. Tiba-tiba terbesit sebuah ide dalam benak dia. Dia buka ponselnya untuk live dan ngomong,

“Halo, selamat siang. Saya cinta Indonesia.”

Dia pun banjir komentar positif dari orang-orang Indonesia yang mengelu-elukan betapa kerennya si bule karena mampu berbicara bahasa Indonesia (yang cuma beberapa kalimat itu) serta kecintaan si bule pada Indonesia.

“Wah keren banget bisa bahasa Indonesia!”

“Liat tuh, bule aja cinta Indonesia!”

“Waaahhh! hello sir!”

“Terima kasih sudah mencintai Indonesia!”

Sumber gambar: @nynecomics
Sumber gambar: @nynecomics

Akhirnya auto terkenal deh, hahaha. Rasanya it always works for them untuk mendapatkan perhatian dari kita sehingga berakhir dengan panen AdSense. Tidak percaya? Cek aja beberapa konten YouTuber asing yang membahas perihal Indonesia, terus lo cek kolom komentar dan juga subscribers-nya. 

Sifat masyarakat kita yang seringkali overproud ini pun barangkali disadari oleh konten kreator asing. Sebab jika tidak, kenapa semakin banyak YouTuber yang menyasar pasar dengan target orang-orang Indonesia?

Tapi yang menjadi pertanyaan besar bagi gue adalah kenapa masyarakat kita cenderung overproud jika ada orang asing yang menyukai budaya, tempat wisata hingga makanan dari Indonesia? Berikut adalah beberapa hal yang menurut gue membuat kita menjadi sangat bangga ketika ada orang asing yang membicarakan hal-hal tentang Indonesia.

1. HAUS VALIDASI DARI LUAR

Bukan rahasia umum lagi jika negara-negara dari kawasan Asia Tenggara kerap dipandang sebelah mata. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbandingan ekonomi, tingkat pembangunan ataupun kondisi sosial-politik antara negara-negara di Asia Tenggara dengan negara lainnya. Persepsi seperti ini bisa mendorong kita menjadi haus akan validasi dari warga asing yang negaranya sudah maju. 

Validasi yang gue maksud di sini adalah bentuk pemberian dukungan atau pengakuan pada suatu hal tertentu. Validasi bisa menjadi sesuatu yang berharga bagi beberapa orang dari segi psikologis. Sebab, dengan divalidasi orang lain kita bisa merasakan penerimaan maupun dukungan dari lingkungan sosial yang membuat rasa percaya diri kita semakin kuat.

Nah dalam kasus ini, barangkali saat ada orang asing yang menyukai atau memberikan review baik perihal Indonesia, masyarakat menjadi merasa mendapatkan dukungan dan penerimaan. Sehingga muncullah rasa bahagia hingga bangga.

2. INFERIORITY COMPLEX

Buat lo yang nggak tau, singkatnya inferiority complex adalah rasa rendah diri atau kurang percaya diri akan kemampuan kita jika dibandingkan dengan orang lain. Intinya perasaan minder, gitu deh. Nah dalam kasus ini, inferiority complex yang gue maksud merujuk pada ketidakpercayaan diri kita jika disandingkan dengan negara lain yang lebih maju. 

Hasil dari perasaan inferiority complex yang seringkali dirasakan namun tidak disadari ini yaaaa kita jadi berlebihan atau menggebu-gebu ketika mendapat ‘tanggapan positif’ dari pihak yang dirasa lebih superior. Uniknya adalah seringkali kita nggak merasa sadar kalo berlebihan memuji negara maju, tapi malah menilai rendah produk atau hal-hal dari negara sendiri merupakan salah satu bentuk inferiority complex.

Gue juga dulu begitu, hahaha. Dulu rasanya bangga banget kalo film dari Barat notice dikit aja nama Indonesia. Soalnya dalam benak gue, Barat merupakan kiblat perfilman dan semua film yang diproduksi pasti bagus. 

Berbeda jika orang Indonesia sendiri yang membuat film tentang Indonesia. Gue tetep bangga, tapi nggak sebangga itu. Padahal lo tau sendiri kan, perfilman di Indonesia juga selalu mengalami peningkatan dari segi kualitas. Sampai akhirnya gue sadar bahwa ini juga merupakan bentuk overproud karena rasa inferior.

Jadi pada intinya adalah gue cuma mau menyampaikan bahwa, yaaaa tentu saja rasanya bangga dan menyenangkan jika banyak orang yang menyukai budaya atau hal-hal dari negeri kita. Kita apresiasi itu. Cuman, kalo bisa sih cara lo merespon tidak perlu menggebu-gebu dan terkesan butuh validasi banget. Sederhana aja. Tanpa reaksi dari mereka pun, kita pasti udah sadar kan kalo Indonesia ini negara yang indah? (*/)   

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Kal

Seorang gadis sederhana dengan pikiran ruwet. Punya kecanduan sama film serta buku.