Penting bagi para pencari kerja untuk tetap waspada dan hati-hati saat mencari pekerjaan online. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari jebakan lowongan kerja palsu.
FROYONION.COM - Penipuan dalam dunia pencarian kerja semakin menjadi ancaman yang mengkhawatirkan. Penipu menggunakan berbagai cara untuk mengecoh pencari kerja yang mungkin kurang waspada. Salah satu taktik paling umum yang digunakan adalah penyalahgunaan data pribadi. Walaupun saat ini ada Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDP) yang memberikan perlindungan, masih ada banyak modus penipuan lain yang perlu diwaspadai.
Sebelum adanya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDP), ada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika (Permenkominfo) No. 20 Tahun 2016 yang mengatur perlindungan data pribadi masyarakat Indonesia. Artinya, data pribadi seseorang tidak boleh digunakan atau diungkapkan tanpa izin mereka. Pelanggaran privasi seperti ini dapat berdampak serius secara hukum bagi pelaku penipuan.
Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan peningkatan sebesar 1,87 persen dalam jumlah lowongan kerja baru pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 2021. Meskipun ini merupakan kabar baik bagi para pencari kerja, JobStreet, sebuah platform ketenagakerjaan, memberikan peringatan bahwa peningkatan ini juga bisa berpotensi meningkatkan jumlah lowongan kerja palsu.
Dikutip dari tempo.co, Varun Mehta, Managing Director JobStreet di Indonesia, telah mengingatkan bahwa orang yang sangat mendesak untuk mencari pekerjaan mungkin menjadi kurang fokus secara psikologis. Mereka mungkin cenderung kurang teliti dalam memeriksa iklan lowongan kerja dan kurang waspada terhadap modus penipuan yang mungkin terjadi. Situasi seperti ini sering dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang berafiliasi dengan perusahaan palsu untuk melakukan penipuan.
Salah satu bentuk penipuan yang umum terjadi saat mencari pekerjaan adalah penipuan yang mengaku sebagai wawancara kerja. Biasanya, seorang "perekrut" akan menghubungi kamu melalui email, telepon, atau pesan singkat, dan mereka akan meminta kamu untuk mengikuti proses wawancara. Proses ini seringkali dijadwalkan di luar kota, dan kemudian kamu akan diminta untuk mengirim sejumlah uang sebagai biaya akomodasi di kota tersebut. Penipu-penipu ini sering memperoleh informasi kontak kamu dari internet, dan mereka mungkin mengetahui bahwa kamu sedang mencari pekerjaan, sehingga mereka mencoba mengecoh kamu dengan mengatasnamakan perusahaan besar.
Selain itu, modus penipuan lainnya melibatkan penyebaran lowongan kerja palsu dari perusahaan yang sebenarnya tidak ada. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kandidat yang mendaftar dan memberikan informasi pribadi seperti nomor telepon, alamat email, bahkan alamat rumah mereka. Oleh karena itu, sangat penting untuk tetap berhati-hati dan waspada saat mencari pekerjaan online.
Dalam upaya menghindari jebakan lowongan kerja palsu, terdapat beberapa langkah yang perlu kamu perhatikan. Pertama, penting untuk melakukan riset yang mendalam terkait perusahaan yang mengiklankan lowongan kerja. Ini melibatkan pengecekan eksistensi perusahaan di media sosial dan melalui sumber-sumber terpercaya. Kedua, perhatikan dengan teliti tata bahasa yang digunakan dalam iklan lowongan. Biasanya, lowongan palsu cenderung memiliki tata bahasa yang buruk karena dibuat tanpa keterlibatan profesional.
Selanjutnya, evaluasi tawaran gaji dan cakupan pekerjaan. Jika tawaran tersebut terlalu menggiurkan atau terdengar terlalu baik untuk menjadi kenyataan, ini bisa menjadi tanda bahwa lowongan tersebut tidak valid. Terakhir, periksa dengan seksama domain email yang digunakan oleh perusahaan. Lowongan palsu seringkali menggunakan alamat email pribadi atau domain yang tidak terkait dengan perusahaan yang sah.
Selain itu, penting untuk mencatat bahwa melawan penyebaran lowongan kerja palsu memerlukan literasi digital yang kuat, terutama di kalangan generasi milenial yang aktif menggunakan media sosial. Literasi digital harus mencakup aspek kompetensi teknologi, kognitif, dan sosial guna menghadapi perubahan dalam teknologi digital.
Menurut Retnowati (2015), literasi digital merupakan alat yang membantu melindungi seseorang dari dampak negatif media, dengan memberikan kemampuan untuk berpikir secara kritis, mengekspresikan diri, dan aktif berpartisipasi dalam media. Kurangnya literasi digital, terutama di kalangan generasi milenial, dapat menjadi faktor penentu dalam penyebaran berita palsu.
Hoax dalam konteks lowongan kerja adalah informasi palsu atau manipulatif yang bertujuan memanipulasi informasi pekerjaan yang sebenarnya. Dalam mencari pekerjaan, hoax sering kali merupakan ancaman serius, karena informasi palsu ini dapat mempengaruhi keputusan pencari kerja dan mengganggu proses rekrutmen yang sebenarnya. Hoax pekerjaan juga sering menggunakan data palsu atau informasi palsu yang terlihat meyakinkan, sehingga dapat menipu calon karyawan yang kurang waspada.
Menurut Juditha (2018), media sosial menjadi salah satu platform utama untuk penyebaran hoax, termasuk dalam konteks lowongan kerja. Berdasarkan survei dari MASTEL (Masyarakat Telematika Indonesia), media sosial seperti Instagram, Facebook, WhatsApp, Twitter, Google, YouTube, dan lainnya sering digunakan sebagai saluran penyebaran informasi palsu. Ini menunjukkan bahwa jika tidak digunakan dengan bijak, media sosial dapat menjadi ancaman serius terhadap pencari kerja yang rentan terhadap penipuan lowongan pekerjaan palsu.
Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kemampuan literasi digital yang kuat akan lebih proaktif dalam menggunakan kemampuan interpretasinya. Mereka mampu menempatkan informasi media dalam konteks struktur pengetahuan yang terorganisir dengan baik. Sebagai hasilnya, individu tersebut dapat menginterpretasi informasi yang diterima dari berbagai sudut pandang dan dapat menghindari khususnya lowongan kerja palsu.
Dalam mencari pekerjaan, kita harus waspada terhadap penipuan yang semakin mengkhawatirkan. Penyalahgunaan data pribadi dan penawaran pekerjaan palsu menjadi ancaman serius. Dalam era literasi digital, melindungi diri dan meningkatkan pemahaman tentang taktik penipuan adalah kunci. Dengan langkah berhati-hati dan literasi digital yang kuat, kita dapat menjaga diri dari jebakan dan sukses dalam mencari pekerjaan. (*/) (Photo credit: Scott Graham)