Anthony Brandt, profesor di Shepherd School of Music Rice University, mengajarkan kepada mahasiswanya untuk “buang penghapus dan gunakan banyak kertas” seperti Picasso dan Beethoven.
FROYONION.COM - Nama Pablo Picasso dan Beethoven tentu sudah familiar di telinga lo. Pablo Picasso dikenal sebagai pelukis revolusioner pada abad ke-20. Dia pandai membuat grafis, patung, dan kostum. Lalu Beethoven adalah komponis klasik berbakat, yang pada usia 31, dia mulai kehilangan pendengarannya.
Pada usia 47, Beethoven mulai tuli sepenuhnya, tapi dia terus membuat karya musik. Bahkan karya musik yang Beethoven buat saat dia tuli adalah karya-karyanya yang terbesar. Membuat karya besar tentu bukan persoalan mudah. Perlu eksperimen berkali-kali untuk menciptakan karya besar.
Anthony Brandt, seorang komposer sekaligus profesor di Shepherd School of Music Rice University mengatakan, bahwa lo sering berpikir kalau orang yang paling kreatif adalah orang yang langsung melompat ke langkah yang tepat dan memiliki inspirasi sejak awal.
Namun, ketika dilihat lebih dekat lagi, ide kreatif tersebut lahir dari ide awal yang dikembangkan berkali-kali. Karya yang dibuat oleh Picasso dan Beethoven pun demikian, ia tidak lahir begitu saja karena mereka jenius, tapi karena mereka telah melakukan percobaan berkali-kali.
BACA JUGA: METODE NARASI: MENGASAH KREATIVITAS BIAR LO JADI LEBIH KREATIF LAGI
Anthony Brandt mengatakan bahwa manusia tidak ingin menjalani kehidupan monoton, dengan melakukan hal yang sama, dan mengatakan hal yang sama kepada orang yang sama sepanjang waktu. Melansir dari Think Big, secara biologis manusia dibentuk memiliki dua sisi: sisi yang akrab bagi lo, dan sisi baru alias dunia luar yang ingin lo eksplorasi.
Dalam membuat karya, lo perlu memadukan dua sisi tersebut untuk menemukan sebuah sweet spot yang bakal jadi ide kreatif. “Dan pencarian sweet spot bukanlah sesuatu dengan formula, tapi eksperimen yang dilakukan terus-menerus,” kata Brandt.
Menurut Brandt, dalam hidup pun lo terus-menerus mengarahkan diri lo terhadap hal-hal yang menjadi “batu ujian” yang bikin lo merasa kuat, juga ke tempat-tempat yang mana lo terbang bebas. Dua sisi yang disebutkan sebelumnya akan terus ada di dalam diri lo.
Di balik karya-karya Picasso dan Beethoven, terdapat “bank sketsa” yang berisikan ide-ide mereka sebelumnya. Ide demi ide mereka ciptakan hingga mereka menghasilkan ide kreatif yang mereka jadikan karya. Mereka terus menerus memikirkan segala opsi tanpa menghapus apa pun, lalu memilih satu ide andalan dari semua ide yang telah mereka buat.
Brandt pun mengajarkan kepada mahasiswanya demikian, “Buang penghapus dan gunakanlah banyak kertas.” Membuat ide kreatif bagi Brandt bukanlah seperti membuat istana pasir yang akan hilang tersapu air laut. Lo gak perlu menghapus ide-ide yang udah lo bikin sebelumnya dan membuang mereka, tapi lo bisa simpan semuanya dan melahirkan ide kreatif dari situ.
Bikin ide itu gak cukup cuma satu, tapi cobalah lo bikin tiga, tujuh, atau lebih banyak lagi. Fisikawan Richard Feynman mengatakan, bahwa seluruh kesuksesannya sebagai fisikawan pemenang Hadiah Nobel adalah, karena dia melatih dirinya sendiri secara terus-menerus untuk menemukan berbagai cara agar sampai pada jawaban yang benar.
Ketika Feynman mengalami hambatan, dia tahu bahwa dia bisa melompat ke cara lain untuk mendekati masalahnya. Dan cara yang dilakukan oleh Feynman untuk mengatasi hambatannya adalah sebuah sikap yang oke banget. Selalu ada cara kreatif yang bisa lo coba untuk menyelesaikan masalah lo.
Buat menemukan ide kreatif, lo bisa terus mencobanya mulai dari yang biasa hingga yang aneh, pokoknya lo coba terus sampai akhirnya lo bisa mendapatkan ide kreatif yang lo inginkan. Dengan membuat ide pertama, lo bisa mengembangkan ide tersebut atau membuat variasi darinya. Dengan begitu, ide-ide baru akan terus bermunculan.
Nyari ide kreatif emang gak gampang, dan lo emang bukan Picasso atau Beethoven. Namun, selama lo terus mencoba, lo bakalan berhasil dapet ide yang lo inginkan, Civs! (*/)
BACA JUGA: TIPS JADI ‘EXPERT’ DI BIDANG YANG LO SUKAI