Lawakan-lawakan yang dilontarkan di tempat kerja terbukti bisa ningkatin kreativitas dan produktivitas kerja. Jadi, kenapa harus hidup terlalu serius?
FROYONION.COM - Civs, kalian ngerasa nggak sih kalo kampus atau tempat kerja tuh punya kesan yang mengintimidasi dan terkesan terlalu serius?
Karena kesan atau impresi yang ‘mengerikan’ ini, beban pelajaran dan pekerjaan kita yang memang udah berat jadi terasa semakin berat. Beban kerja ini juga yang bikin banyak orang jadi semakin stress dan nggak nyaman berlama-lama di kampus atau kantor, alhasil performa kerja menurun dan berujung nggak produktif deh.
Dalam kasus ini, humor jadi salah satu tool / skill yang penting buat dikuasai. Udah jadi hal yang umum di berbagai tempat kerja dan lingkungan akademik saat ini untuk mulai aware sama kesehatan mental orang-orang yang terlibat di lingkungan itu.
Dan persepsi “orang yang suka nge-lawak pasti kerjanya nggak bener” harus dihilangkan, Civs. Layaknya taburan garam dalam sebuah hidangan, humor tuh punya posisi sebagai pelengkap dalam pekerjaan. Humor juga bisa menciptakan perspektif baru untuk menghilangkan ketegangan kerja.
Banyak pemimpin di berbagai perusahaan punya karakteristik ‘humoris’, alasannya ya karena humor jadi salah satu bagian kepemimpinan, yaitu menyatukan individu-individu di bawah satu naungan supaya lebih akrab dan menyatukan visi kerja juga.
Ada sebuah riset yang berjudul “Managerial Humor and Subordinate Satisfaction”, yang membahas pentingnya punya pemimpin yang suka melontarkan lawakan apapun di tempat kerja.
Pemimpin di sebuah tempat kerja yang punya selera humor apapun dinilai 27% lebih memotivasi dan dikagumi oleh para karyawan dibandingkan pemimpin yang nggak suka melucu sama sekali. Karyawannya juga 15% lebih berpartisipasi dalam kegiatan sosial di kantor, dan tim yang dipimpin juga dua kali lebih berpeluang menyelesaikan tantangan yang membutuhkan kreativitas, intinya sih meningkatkan performa kerjaan sih ya.
Lingkungan kerja yang suka bikin award ‘receh’ buat karyawannya juga bagus buat kesejahteraan karyawannya, Civs. Meskipun nominasinya receh banget kayak ‘Karyawan Paling Sering Ketawa’, ‘Karyawan Paling Suka Ngelucu’, atau ‘Karyawan Paling Sabar Kalo Dibecandain’, tapi dampak positifnya bagus banget buat jadi moral boost karyawan-karyawan itu.
Dari orang yang pendiem sampe orang yang emang suka ngebanyol, semua bisa menyelipkan komedi atau humor dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Memang sih, nggak semua kondisi bisa di-treat dengan humor, contohnya pas lagi rapat sama klien penting, ataupun presentasi depan guru yang nggak suka dibecandain, intinya tetap liat situasi dan kondisi.
Tapi, bukan berarti setiap hal serius nggak boleh ada momen ‘lawak’-nya. Dan yang menariknya, humor ini bukan sebuah ‘talent’ yang udah ada sejak lahir, lebih dari itu, humor adalah kemampuan yang bisa dipelajari.
Setiap orang harus sadar kalo masing-masing itu punya definisi ‘lucu’-nya masing-masing. Terkadang yang dirasakan beberapa orang yang nggak secara ‘natural’-nya lucu adalah keburu minder, terlalu khawatir kalo lawakannya bakal flat.
Padahal kita harus percaya diri. Jangan sampe terbata-bata karena gugup duluan dan delivery dalam lawakan nggak boleh ‘mumble’ biar orang yang dengerin nggak hilang fokus, yang penting apa yang kita berusaha sampaikan nggak menyakitkan perasaan orang lain dan terdengar ofensif.
Hal yang juga harus lo sadari bahwa humor adalah alat paling ampuh buat bonding sama karyawan-karyawan di kantor atau tongkrongan di kampus, terutama buat orang-orang yang baru dapet kerja atau mahasiswa baru yang butuh beradaptasi.
Kalo lo merasa diri lo nggak begitu lucu amat untuk menghibur temen-temen kantor atau tongkrongan, cukup rajin senyum aja, Civs. Senyum bisa ‘menular’ ke orang-orang di sekitar kita. Semakin rajin kita senyum, semakin banyak orang yang senyum balik ke kita. Meskipun senyum bisa di-fake, naturalnya sih senyum itu lahir dari humor yang terjadi.
Jadi, meskipun kita nggak bisa bikin orang lain ketawa karena lawakan kita, setidaknya dengan senyuman mereka aja udah cukup membuktikan bahwa kita udah melahirkan sedikit kebahagiaan yang malah terkesan lebih personal. Jadi, udah waktunya kita buat menganggap humor dengan serius.(*/)